2 Different School (Bagian 2)
Oleh:
Jolin
“Hei.. Jangan diam aja, jawab dong, aku lagi bicara sama kamu” katanya sambil menoel-noel kepalaku.
“Em… Maaf aku mangganggumu! Aku akan segara pergi!” teriakku lalu berlari sekuat-kuatnya menjauhinya.
Tapi sepertinya aku bernasib sial, karena ketika aku berlari kakiku tersandung batu dan aku pun terjatuh dengan mukaku menghadap aspal.
BRUKKK!!!
“Sakit? Ya iyalah sakit. Banget malah. Aduh mukaku yang malang maafkan aku yang tidak bisa menjagamu ini, ok itu dramatis.”
Aku pun langsung cepat-cepat berdiri, tapi aku terepelesat, dan aku pun langsung terduduk kembali di aspal.
“Aduh… Malu banget, mau di taruh di mana mukaku.”
Ketika aku mencoba untuk berdiri lagi, ada sebuah tangan yang terjulur ke arahku. Aku pun langsung melihat siapa pemilik tangan tersebut. Ternyata laki-laki tadi yang menjulurkan tangannya ke arahku.
“Hei… Kau baik-baik saja? Sini aku bantu.” katanya dengan muka yang khawatir.
Aku bukannya membalas uluran tangannya, malah melamun melihat ke arahnya.
“Hei… Kau tidak apa-apa kan? Kenapa melamun?”
“Anak ini baik-baik saja kan, kebentur apa kepalanya tadi, kenapa dia mau menolongku?”
“Ah.. Iya, aku tidak apa-apa” kataku sambil menggapai tangannya.
Aku pun langsung berdiri dan membersihkan rokku yang kotor karena pasir dan debu yang menempel.
“Namamu?”
“Huh?”
Dia menanya namaku ya? Gak salah nih? Aku yakin banget tadi kepalanya terbentur sesuatu, ungkapku dalam hati.
“Kau menanya namaku?” bukannya menjawab pertanyaannya, aku malah balik bertanya.
“Iya, siapa namamu?”
“Oh… Em… Namaku Minami Haruka” kataku sambil membungkukkan badanku.
“Minami ya, namaku Ayato Ichiose.” katanya sambil membalas bungkukkan badanku.
Ayato Ichiose ya, kenapa dia memberi tau namanya kepadaku??? Dia beneran murid Frost Academy kan? Kelakuannya gak ada sedikit pun kaya mereka, bisikku dalam hati.
“Salam kenal Ayato, aku.. Mau pulang dulu ya, udah sore ini, orang tuaku pasti mencemaskanku” kataku bersiap-siap untuk pergi.
“Tunggu, Em… Kalau bisa besok bisa ketemu lagi di sini, aku mau minta tolong sama kamu.”
“Huh?”
Minta tolong sama aku, minta tolong apa? Kenapa perasaanku gak enak ya? Padahal kan aku sudah disuruh untuk tidak dekat-dekat dengan murid dari Frost Academy, astaga… Ya ampun… Kenapa hariku menjadi seperti ini. Hatiku semakin berdegub kencang mendengar permintaannya itu.
“Em… Aku tidak janji.”
“Setidaknya besok kau masih lewat jembatan ini kan? Aku akan menunggumu, aku mohon aku benar-benar membutuhkan pertolonganmu.” katanya sambil membungkukkan badannya.
Waduh… Gimana ini, sepertinya dia emang butuh sesuatu deh, ha… Mau bagaimana lagi.
“Baiklah, aku akan membantumu.”
Mukanya langsung bersinar ketika mendengar perkataanku, dia langsung memegang kedua bahuku dan menggoyangkannya.
“Beneran? Kau akan membantuku kan?!”
“iii.. Iyaa..”
“Baiklah, terima kasih, Minami, kalau begitu aku akan menunggumu besok setelah pulang sekolah di sini. Sampai ketemu besok!” katanya sambil berlari menjauh.
Aku hanya melihat punggungnya semakin menjauh dan lama-kelamaan menghilang dari pandanganku, tidakku sangka kalau aku akan membantunya, setelah dia tidak kelihatan lagi, aku pun pulang ke rumah.
Minami POV (End)
Di hari yang sama seorang laki-laki, baru saja ingin berangkat ke sekolahnya, dia tampak tak semangat untuk bersekolah, tidak memiliki niat sama sekali, ya… Wajar sih, karena dia adalah murid baru dari sekolah Frost Academy, sekolah yang terkenal dengan kenakalan murid-muridnya. Tapi, bukan itu alasan mengapa dia tampak lesu.
Ayato POV
Hai, namaku Ayato, hari ini adalah hari pertamaku bersekolah di Frost Academy. Sebenarnya aku tidak ingin bersekolah di sana, kenapa?,Ya… Alasannya tentu saja, karena murid-murid di sana sama sekali tidak baik, kelakuannya kasar.
Sebenarnya ada 3 alasan kenapa aku masuk ke sekolah Frost Academy. Alasannya adalah, pertama, rumahku dekat dengan Frost Academy. Kedua, Ayahku bekerja di sana sebagai seorang guru, jadi akan sangat mudah untuk memantauku. Dan ketiga, aku bukan termasuk golongan orang yang memiliki otak yang encer, dengan kata lain aku ini tidak terlalu pintar.
Sebenarnya aku juga tidak terlalu keberatan masuk ke Frost Academy. Tapi kalau dengan tingkah laku murid-muridnya yang seperti itu aku sama sekali tidak betah. Ditambah lagi, murid-murid di sana jarang mendengarkan guru menerangkan pelajaran, hanya segelintir orang saja yang mau mendengarkan guru. Tidak jarang juga sering terjadi perundungan di sana, membuatku cemas untuk bersekolah di sana, ha…
Aku sebenarnya ingin mengubah Frost Academy, tidak perlu menjadi sekolah yang pintar atau memiliki prestasi. Tapi aku ingin murid-murid di sana memiliki tata krama yang baik. Pintar mudah untuk di dapatkan, selama masih ada niat untuk belajar, pasti bisa. Tapi tata krama harus diajarkan dan susah untuk didapatkan. Karena ini mencakup kebiasaan orang masing-masing dalam menghadapi sesuatu.
“Ayato! Jangan melamun! Mau sampai kapan kamu berdiri di depan pintu, cepet masuk ke mobil, nanti kita bisa telat!”
Aku terkejut dan sadar dari lamunanku, ternyata Ayah yang memanggilku dan menyuruhku untuk cepat-cepat masuk ke mobil.
Aku pun langsung bergegas memakai sepatuku dan masuk ke mobil, Ayah pun langsung membawa kami ke sekolah, ha… Semoga tidak terjadi hal yang diinginkan hari ini.
Setelah kami sampai, aku pun langsung berpamitan dengan Ayah dan menuju aula sekolah. Di sana kita akan mendengarkan kepala sekolah kami, Pak Makoto Kamishiro, yang memberikan sambutan, dan tentu saja tidak ada yang mendengarkan, ha… Aku merasa kasihan dengan kepala sekolahku, yang sabar ya pak, ini ujian dari Tuhan.
Setelah kepala sekolah memberikan sambutan, kami langsung dibubarkan, hm? OSIS? Di sini enggak ada OSIS, tidak ada yang mau mencalonkan diri mereka menjadi OSIS.
Aku pun langsung berjalan ke kelasku. Kelasku adalah X ILSOS 2. Setelah aku melangkahkan kakiku ke ruang kelas, semua penghuni di situ langsung menatapku, aku jadi merasa canggung sendiri ditatap banyak orang.
Aku pun langsung berjalan ke arah mejaku, yaitu deretan paling belakang. Selama menunggu guru, aku melamun tidak memikirkan apa-apa, sampai ada suara orang yang memanggilku.
“Hei.. Kau!”
Aku pun langsung menolehkan kepalaku ke arahnya. Besar, badannya besar dan tinggi, aku jadi takut sendiri, emangnya ada ya anak kelas satu sebesar itu? Bisa mampus aku kalau cari masalah sama dia! Ungkapku dalam hati.
“Ya.. Kau memanggilku”
“Iya, siapa namamu?” tanyanya.
“Namaku Ayato Ichiose, panggil saya Ayato” kataku menjawab pertanyaannya.
Selama beberapa saat terjadi keheningan di antara aku dan dia.
“Hm.. Namaku Guren Izamu, kau.. Mau menjadi temanku?”
Ha? Gak salah nih orang, dia mau jadi temanku? Aku pun terdiam sebentar mencerna perkataannya.
“Em.. Boleh aja sih.”
“Ha?! Beneran!, Untunglah, aku kira aku tidak akan punya teman di sini.” katanya dengan tampang yang lega.
Masa sih, nih anak gak punya temen, tapi kenapa dia mau temenan sama aku coba.
“Kalau gitu Aya salam kenal ya!”
“Aya?”
“Iya, namamu kan Ayato? Aku singkat menjadi Aya saja, simple, dan mudah diingat.”
Gila nih anak, kenapa namaku jadi kaya nama perempuan sih! Ya ampun, ha… Sudahlah suka-suka dia saja.
Aku dan Guren pun berbicara bersama-sama sampai seorang guru memasuki kelas kami, dan tentunya murid-murid yang lain tidak menghiraukan guru tersebut.
“Baiklah anak-anak minta perhatiannya sebentar, Bapak adalah wali kelas kalian, nama bapak adalah Kenzo Kei. Jadi selama 1 tahun ini Bapak lah yang akan membimbing kalian semua.”
Setelah memperkenalkan diri, Pak Kenzo pun memulai pelajaran, dan tentu saja lagi, tidak ada yang memperhatikan, bahkan Guren sekalipun. Dia bahkan mengajakku berbicara lagi, dan tentu saja aku menasehatinya, dan tidak diduga-duga dia menerima nasehatku dengan senang hati.
Aku pun melewati hari melelahkan ini, setelah semua pelajaran berakhir, aku langsung pulang ke rumah, dengan berjalan kaki. Ayahku? Dia masih ada kerjaan, jadi terpaksa aku pulang sendiri.
Dalam perjalanan pulangku, aku memutuskan untuk ke jembatan dulu, menikmati matahari sore yang indah dan hangat, ya.. Tentu saja aku tau, kalau di sebelah jembatan ada sekolah yang sangat terkenal yaitu Imperial High School, sekolah tempat anak-anak pintar berkumpul.
Selama aku menikmati matahari sore, aku tidak menyadari ada seorang gadis yang dari tadi memandang ke arahku. Ketika aku tersadar aku pun langsung menatapnya. Dia memiliki rambut coklat pendek sebahu dan mata ungu yang indah, dan menggunakan seragam Imperial High School. Seragamnya mudah ditebak, karena blesternya tersebut berwarna merah marun. Hanya Imperial High School lah, yang memiliki blaster berwarna merah marun.
Aku pun memutuskan untuk mendekatinya, kutatap dia dengan tajam, kisahnya mau sok galak.
“Hei.. Sedang apa murid dari Imperial High School di sini, kau mau cari mati ya!” kataku dingin.
Dia tampak ketakutan dan terkejut, hm.. Seru juga rupanya jahillin orang, dia sama sekali tidak merespon ucapanku.
“Hei.. Jangan diam aja! Jawab dong! Aku lagi bicara sama kamu!” kataku sambil menoel-noel kepalanya.
“Em… Maaf aku mangganggumu! Aku akan segara pergi!” teriaknya, lalu berlari menjauhiku.
Tapi naas, dia… Terjatuh.
BRUKKK!!!
Uh… Itu pasti sakit.
Aku pun terkejut dan menghampirinya. Dia berusaha bangun. Tapi terjatuh kembali. Kasihan banget dah.
“Hei… Kau baik-baik saja? Sini aku bantu.” kataku khawatir sambil mengulurkan tanganku.
Tapi, bukannya mengapai tanganku, dia malah melamun melihatku.
“Hei… Kau tidak apa-apa kan? Kenapa melamun?” tanyaku kembali khawatir.
Dia pun langsung membalas pertanyaanku.
Sebenarnya, aku kagum dengan murid dari Imperial High School, aku ingin menjadi seperti mereka, pintar, hebat, berprestasi dan yang lebih hebat lagi, memiliki tata krama yang sangat baik. Aku… Ingin seperti mereka.
Dan, secara tiba-tiba aku mendapatkan sebuah ide. Aku pun langsung menanyakan namanya, ternyata namanya adalah Minami Haruka. Aku pun langsung memberitahu namaku. Ketika Minami buru-buru ingin pergi, aku langsung menghentikannya, dan memintanya untuk menemuiku di jembatan ini lagi. Aku ingin minta tolong dengannya, dan untungnya dia bilang iya, aku pun mengucapkan terima kasih dan berpamitan dengannya. Semoga aku bisa bertemu dengannya lagi di sini, semoga saja. Dia gadis yang baik.
Ayato POV (End)
Bersambung
Pic by Pinterest
Bagian 1
https://belitungmuda.com/2-different-school-bagian-1/