2 Different School (Bagian 3)
Oleh:
Jolin
Keesokan harinya, Minami dan Ayato pun berangkat ke sekolah mereka masing-masing. Setelah kejadian kemarin Minami sama sekali tidak bisa tidur, karena terus-menerus memikirkan Ayato yang kemarin meminta bantuan kepadanya.
“Aduh.. Dia mau minta tolong apa ya? Gara-gara dia tidurku semalam enggak nyenyak, ha… Semoga dia enggak minta yang aneh-aneh.” kata Minami dengan muka yang lesu.
Selama perjalanan ke sekolahnya Minami sama sekali tidak bisa berhenti memikirkan permintaan tolong dari Ayato. Sampai ada seseorang yang membuatnya tersadar dari pikirannya tersebut.
“Hei.. Minami, kenapa pagi-pagi gini udah melamun aja kamu? Nanti kamu benar-benar bakalan kerasukan loh!”
Rupanya orang yang menyadarkan Minami adalah Aiko Tsukasa, teman pertama yang dibuat oleh Minami, gadis dengan pipi yang super duper tembem itu.
“Ah.. Ai, gak ada apa-apa kok, aku cuman kepikiran sama kejadian kemarin.” kata Minami terkejut
“hm.. Emangnya kemarin kenapa?” tanya Aiko semakin penasaran.
Minami pun menjelaskan kejadian kemarin, di mana dia bertemu dengan Ayato di jembatan yang memisahkan kedua Sekolah mereka, dan bagaimana Ayato meminta bantuan kepadanya.
“HUH?! Kamu kemarin ketemu sama murid dari Frost Academy?! Gila! Keren banget!” Teriak Aiko semangat.
Hm… Aiko, Aiko, nih anak benar-benar tertarik banget dah sama Frost Academy.
“Keren apanya coba? Aku malah takut kalau dia minta yang aneh-aneh.” kata Minami tidak setuju dengan ucapan Aiko.
“Eh.. Jangan berpikir seperti itu Minami, walaupun dia bersekolah di Frost Academy, belum tentu dia nakal. Ada juga kok anak yang tidak nakal. Jangan mengambil kesimpulan dulu Minami.” kata Aiko berhenti di hadapan Minami
“Ha… Iya deh, ayo cepetan bisa telat nanti kita.”
Minami dan Aiko pun berlari ke arah sekolah mereka, takut telat, biasa anak rajin. Mereka pun melakukan kegiatan belajar mereka.
Sementara itu di sisi Ayato, dia sama sekali tidak berhenti tersenyum. Dia terlalu bahagia karena Minami akan membantunya nanti sore. Setelah pulang sekolah, kegiatan senyum-senyum sendiri itu pun membuat teman pertama Ayato di Frost Academy Guren Izamu terheran-heran melihatnya.
“Aya, kamu baik-baik saja kan?” tanya Guren khawatir.
“Hm.. Aku baik-baik saja kok Guren, tidak pernah merasa lebih baik malah.” kata Ayato disertai dengan senyum yang bagitu indah, sampai siapa saja yang melihatnya harus menggunakan kacamata hitam agar mata mereka tidak buta ketika melihat senyum Ayato yang begitu bersinar terang. Ok, itu lebay.
“Ok.., jadi kenapa kamu senang sekali?” tanya Guren sambil duduk di hadapan Ayato. Untuk sekedar info tempat duduk Guren sebenarnya ada di sebelah Ayato.
“Hm.. Oh.. Kamu penasaran.” kata Ayato dengan muka yang jahil.
“Iya, banget malah.” kata Guren tambah penasaran.
Ayato pun lalu menceritakan kejadian kemarin kepada Guren, dan tentu saja Guren terkejut dan semakin tertarik dengan cerita Ayato.
“Gila kamu Ayato, kamu bisa ketemu sama salah satu murid dari Imperial High School!” kata Guren dengan muka yang terkejut.
“Hehehe… Iya dong!” kata Ayato dengan bangga.
Dan mereka pun melanjutkan pembicaraan mereka tentang Imperial High School, sampai jam pelajaran pun dimulai.
Sepulang sekolah ketika Ayato berlari menuju jambatan. Di sana sudah ada Minami yang menunggu. Ayato pun langsung berlari ke arahnya dengan kecepatan kilat dan sambil meneriaki nama Minami, dan tentu saja Minami terkejut dengan tindakan Ayato dan menghindar darinya. Alhasil Ayato pun mendarat di aspal, berasa deja vu, Minami yang melihatnya pun langsung menghampiri Ayato dan membantunya untuk berdiri.
“Ya ampun Ayato, kamu gak apa-apa kan?”
“Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir, Minami soal permintaanku kemarin.” kata Ayato sambil membersihkan seragamnya.
“Em.. Jadi apa permintaanmu?” tanya Minami dengan muka yang khawatir.
“Minami…, jadilah guruku. Ajarlah aku agar aku bisa menjadi pintar. Ajarilah aku agar aku bisa memiliki tata krama yang baik. Ajarilah aku tentang 5S. Aku ingin mengubah Frost Academy menjadi sekolah yang memiliki nilai moral yang baik. Ku mohon Minami..” kata Ayato sambil membungkukkan badannya.
Minami yang melihat hal tersebut pun terkejut. Dia tidak menyangka kalau Ayato akan meminta bentuan seperti itu kepadanya. Ternyata apa yang dikatakan oleh Aiko ada benarnya, tidak boleh mengambil kesimpulan terlebih dahulu. Merasakan niat yang tinggi dari Ayato, Minami pun dengan senang hati mengajarkan Ayato tentang pelajaran yang tidak dia mengerti dan bagaimana cara memiliki sifat yang sopan.
Setelah kejadian tersebut Minami dan Ayato sering bertemu di jembatan tersebut dan mereka bahkan membawa Aiko dan Guren bersama mereka untuk belajar bersama. Dan sebuah kejutan, Aiko dan Guren menyukai kelompok belajar mereka,
Ayato dan Guren pun belajar banyak hal dari Minami dan Aiko. Kegiatan mereka mulus-mulus saja, bahkan Ayah Ayato juga setuju dengan kegiatan yang dilakukan oleh anak semata wayangnya tersebut.
Bahkan ada murid-murid yang setuju dengan kegiatan mereka. Murid-murid dari sekolah Ayato pun banyak mempelajari tentang tata krama dan bahkan mulai menerapkannya di kehidupan mereka.
Tapi ada hal yang mereka lupa. Tentang kesepakan di mana kedua sekolah tidak boleh bertemu untuk menghindari halal yang tidak diinginkan. Alhasil ada seseorang dari kedua sekolah yang tidak mengetahui kegiatan tersebut, melihat mereka bertemu di jembatan dan melaporkannya ke pihak sekolah.
Karena kejadian tersebut, Minami dan Aiko dipanggil oleh Bu Yumi. Sementara Ayato dan Guren dipanggil oleh Pak Makoto, tidak lupa juga dengan wali kelas mereka berempat Pak Eiji dan Pak Kenzo.
Mereka pun ditanya mengapa sampai mereka bisa bertemu dengan anak-anak dari sekolah masing-masing. Minami dan Ayato ingin menjelaskan, tapi dengan kepala sekolah mereka yang menceramahi mereka, mereka jadi tidak berani. Sampai masing-masing kepala sekolah mengatakan “Kedua Sekolah tidak akan bisa bersatu, apalagi dengan karakteristik sekolah kita yang bertolak belakang”.
Minami dan Ayato yang mendengar hal tersebut pun langsung menentang perkataan kepala sekolah mereka.
“Memang benar Bu, bahwa sekolah kita ini bertolak belakang. Tapi bukan berarti kita tidak bisa bersatu. Ada beberapa murid dari Frost Academy yang mau mempelajari tata krama dan bagaimana cara berprilaku yang benar. Mereka ingin belajar memperbaiki diri mereka Bu. Mereka ingin membuat sekolah mereka menjadi sekolah yang baik. Bukannya Ibu sendiri yang bilang untuk mementingkan tata krama dari pada kepintaran? Bagaimana saya bisa menolak ketika ada seseorang yang ingin belajar tata krama dan memperbaiki diri mereka? Bagaimana saya bisa menolak ketika seseorang ingin mempelajari pelajaran yang mereka tidak pahami?” kata Minami.
“Saya tau tentang hal itu Pak. Tapi apa salahnya mengubah sekolah kita menjadi sekolah yang memiliki tata krama yang baik. Apa salahnya mencoba untuk mengubah sesuatu menjadi hal yang baik. Saya tau dari awal sekolah ini memang tidak memiliki murid yang pintar maupun bersikap dengan baik. Tapi untuk kepintaran bisa dikesampingkan Pak. Saya hanya ingin agar teman-temanku dan kakak-kakak kelasku menjadi kepribadian yang baik. Apa salahnya meminta seseorang mengajarkan sesuatu yang baik? Murid dari Imperial High School memiliki contoh yang baik dan bagus, harusnya kita bisa belajar dari mereka Pak! Bukannya menghindar dari mereka.” kata Ayato.
Kedua kepala sekolah dan kedua wali kelas mereka terkejut dengan perkataan mereka masing-masing. Mereka tidak menyangka bahwa pikiran mereka akan terbuka oleh anak didik mereka sendiri dengan senyum yang tulus.
Kedua Kepala Sekola pun meminta maaf kepada mereka dan menghilangkan aturan bahwa kedua sekolah tidak boleh bertemu. Mereka semua belajar bahwa perbedaan tidak memisahkan mereka, melainkan menyatukan mereka berdua.
Setelah kejadian tersebut, kedua sekolah menjalin persahabatan, bahkan murid-murid dari kedua sekolah pun menyetujui hal tersebut. Menurut mereka tidak salah mencoba hal baru.
Minami pun menjadi juara 1 di kelasnya sekaligus juara umum 3. Sementara untuk Ayato menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Dan untuk Aiko, dia menjadi juara Olimpiade Matematika, serta Guren dia menjadi ketua Keamanan di sekolahnya.
Hm? Bagaimana dengan kisah cinta mereka? Tentu saja… Tidak ada. Sekolah dulu yang bener sampai pendidikan setinggi-tingginya, baru cari jodoh..
TAMAT
Pesan Moral :
– Don’t Judge The Booking By The Cover, jangan menilai buku dari sampulnya, hanya karena mereka memiliki tampang atau reputasi yang buruk bukan berarti mereka adalah orang yang jahat. Jangan menilai orang dari penampilan mereka.
– Perbedaan bukanlah awal perpisahan dan perpecahan, melainkan suatu hal yang akan menyatukan kita semua. Perbedaan adalah suatu hal yang bisa membuat kita melengkapi diri kita dengan satu sama lain, seperti Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
Pic by Pinterest
Bagian 1
https://belitungmuda.com/2-different-school-bagian-1/
Bagian 2
https://belitungmuda.com/2-different-school-bagian-2/