45 Menit (Bagian 1)
Oleh: Bryant Hadinata
Editor: Ares Faujian
Sudah berkali-kali kejadian aneh terjadi pada diriku. Pasrah pun sudah pasti aku ucapkan berulang kali. Sebagai seorang pria yang masih hidup sendiri di rumah baru yang sederhana dan harus terus memikirkan cara supaya tidak dipecat di kantor tempat bekerja, rasanya membosankan jika tidak ada sesuatu yang spesial. Tapi, pada akhirnya aku menarik kembali ucapanku.
Hampir setiap malam, pukul 00:44 jika aku tidak salah ingat, suara seseorang mengetuk pintu selalu terdengar. Yang lebih menegangkan, suaranya bukan berasal dari pintu luar rumahku. Tetapi, tepat di depan pintu kamarku. Sekali lagi aku perjelas, saat ini aku masih tinggal sendirian. Tidak ada siapa-siapa. Awalnya aku tidak peduli dengan suara itu. Karena jika memang itu hantu, ya sudah. Bukan berarti aku sombong.
Semua belum berhenti sampai di situ. Semakin lama, rasanya semakin banyak kejadian aneh dan tidak logis. Aku ingat, saat itu malam hari, saat aku sedang mencuci piring kotor, televisi di ruang tamu menyala dengan sendirinya. Tentu aku matikan lagi. Mungkin terdapat korsleting. Aku tetap berpikir positif.
Tak lama, TV tersebut menyala lagi. Tentu aku matikan lagi. Namun, kejadian yang sama terus berulang. Tentu kali ini aku mencabut colokan TV tersebut.
Tiba-tiba, listrik di rumahku mati total. Aku tetap tidak takut dengan apa yang terjadi. Karena sebenarnya aku orang yang tidak percaya dengan hantu, hal mistis, dan semacamnya. Sampai suatu hari, satu kejadian benar-benar membuatku hampir tidak waras.
Saat itu aku lembur, pulang larut malam, aku mendengar suara aneh dari kamar mandi. Suaranya seperti kran air yang mengalir putus-putus.
Awalnya aku tidak peduli. Namun, tiba-tiba jeritan wanita terdengar tepat dari kamar mandi. Keras sekali.
Saat itu aku sungguh ketakutan dan merinding. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku harus berhadapan dengan sesuatu yang seperti ini? Ya Tuhan…
Perlahan-lahan, aku berjalan ke arah pintu kamar mandi. Aku mulai memegang gagang pintu. Aku tinggal membukanya saja.
Saat aku berusaha membukanya, ternyata terkunci. Yang benar saja. Aku tidak tahu apakah pintunya memang terkunci dari dalam atau rusak.
Aku pun membalikkan badan. Saat itulah sosok wanita berambut putih panjang mendorong tubuhku begitu keras ke dalam kamar mandi.
Aku ketakutan bukan main. Sosok itu pun hilang. Tubuhku membeku. Sebenarnya apa yang telah terjadi?
Saat itulah pikiranku amat kacau. Aku bergegas masuk ke kamar. Tentunya aku langsung lekas tidur tanpa memikirkan baju kotor. Aku ketakutan setengah mati dan tidak tahu harus berbuat apa. Belum lagi semenjak kejadian itu, aku terus mengalami mimpi buruk. Sejak saat itu, aku mulai percaya kalau ada yang tidak beres terjadi padaku.
Kejadian aneh nan mengerikan terus terjadi. Aku pun mulai menceritakan semua itu kepada teman kantorku. Tentu saja pro dan kontra terjadi. Aku pasti akan dianggap tidak waras jika semua kejadian aneh itu tidak segera musnah.
Hingga suatu ketika, Hen kawan lamaku datang berkunjung ke rumahku. Aku sangat senang sampai aku mampu melupakan suasana suram di rumahku.
“Bagaimana suasana di kotamu, Hen?”
“Ya, seperti biasa. Masih penuh asap polusi di langit-langit kota. Susah untuk melihat langit biru atau awan putih. Hahaha!”
Kami berbincang-bincang santai sampai tiba-tiba aku mulai merasa tidak nyaman dengan perkataan Hen.
“Oh ya, tega sekali kau tidak mengundangku di pernikahanmu. Aku kan kawan baikmu.”
Sempat hening. Aku tidak mengerti apa yang Hen bicarakan.
“Apa maksudmu? Aku belum menikah sampai sekarang.”
“Yang benar? Lalu, siapa perempuan yang ada di dapurmu?”
“Apa? Hingga detik ini juga aku masih tinggal sendiri. Perempuan mana maksudmu?”
Aku langsung membalikkan badan dan menuju dapur. Tidak ada siapa-siapa. Sama sekali tidak ada. Hen mengikutiku ke dapur dan berkata, “Istrimu cantik juga ya.”
Aku sangat pusing. Dan sejujurnya aku mulai ketakutan. Aku kembali bertanya pada Hen di mana perempuan itu berdiri.
“Loh, yang baru masuk kamar mandi itu siapa? Kamu bercanda ya? Masa kamu tidak melihatnya,” Hen semakin membuatku merinding. Seharusnya aku yang bertanya kepadanya apakah Hen sedang bercanda.
Siapa yang waras sekarang?
Aku pun segera duduk di ruang tamu sambil menenangkan pikiranku. Hen pun mengikutiku dan kembali bertanya alasan mengapa aku tidak mengundangnya ke pernikahanku, yang mana aku tidak ingat sama sekali pernah menikah. Ya Tuhan, sebenarnya ada apa ini? Aku pun langsung menjelaskan kepada Hen bahwa aku belum menikah dan aku juga bercerita soal kejadian mistis yang terjadi di rumahku, di mana aku masih mencari solusinya.
Anehnya, Hen tidak terkejut sama sekali. Ia hanya bingung dan ia mulai menceritakan rahasia yang ada pada dirinya yang justru membuatku terkejut.
“Jadi begitu, ya. Hmmm, wajar jika kau sangat berniat untuk menjual rumah ini.”
“Uang tidak jatuh dari langit! Tetap saja aku harus membeli rumah baru jika aku menjual rumah ini. Aku masih memikirkan caranya supaya apa pun itu yang mengangguku bisa segera hilang dari sini. Aku tidak tahu dan tidak peduli apa itu hantu, setan, roh, atau semacamnya. Huhh, ini sungguh menyiksa, Hen! Awalnya aku tidak percaya dengan semua itu. Lama-kelamaan, semuanya memaksakan diriku untuk percaya,” aku curhat panjang lebar pada Hen. Saat itulah, Hen bercerita tentang dirinya.
“Oh ya, sebenarnya ada satu hal yang belum pernah aku ceritakan kepadamu. Aku juga tidak tahu bagaimana semua itu dapat terjadi. Sebenarnya,…”
Belum selesai Hen bercerita, suara piring pecah terdengar dari dapur.
“Ya ampun! Apa itu?!” aku terkejut.
“Itu wanita yang tadi aku lihat. Maaf ya, rupanya aku salah lihat. Aku pikir dia manusia. Rupanya, masih sangat sulit untuk membedakannya.”
“Hah? Maksudmu apa, Hen?”
.
-Bersambung-
.
Keterangan:
Sebagian kisah dari tulisan ini adalah cerita nyata yang memang dialami oleh si penulis

Bagian 2: https://belitungmuda.com/45-menit-bagian-2/
Bagian 3: https://belitungmuda.com/45-menit-bagian-3-terakhir/