Ada Apa dengan Generasi Strawberry?
Oleh: Citra Resmi
Guru BK SMAN 1 Manggar
Editor: Ares Faujian
Banyak orang yang bertanya-tanya, apa itu generasi strawberry? Istilah generasi ini tengah ramai dibicarakan di berbagai media sosial. Pemilihan nama ini mencerminkan simbol yang dikaitkan dengan karakteristik buah strawberry, yaitu terlihat cantik di luar, tapi mudah hancur begitu mendapat tekanan.
Berbagai referensi serupa mendeskripsikan bahwa asal mula generasi strawberry berasal dari Taiwan dan generasi ini ditujukan pada generasi yang lahir pada 2000-an. Generasi strawberry ini diartikan sebuah neologisme bahasa Tionghoa untuk orang Taiwan, yakni gampang berkerut layaknya strawberry, yang mana generasi ini sulit menghadapi tekanan sosial atau kerja keras seperti generasi orang tua mereka. Istilah ini lebih tepat merujuk kepada orang yang manja, penyendiri, sombong, dan malas kerja.
Generasi strawberry adalah istilah yang dideskripsikan sebagian generasi muda saat ini. Mereka dikenal sebagai karakteristik yang memiliki ide kreatif dan inovatif. Sayangnya, mereka mudah menyerah, mudah sakit hati, mudah terjebak dalam zona nyaman, dan pesimis terhadap masa depan. Bahkan tak sedikit dari mereka yang memiliki kecenderungan putus asa.
Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan lahirnya genarasi strawberry. Faktor penyebab ini penulis peroleh dari berbagai referensi psikologi yang penulis baca, termasuk dari Prof. Rhenald Kalasi dalam bukunya “Strawberry Generation”, antara lain: Pertama, karena pola asuh orang tua.
Tidak ada orang tua yang ingin anaknya tumbuh dalam hal buruk. Oleh karena itu banyak orang tua yang berlomba-lomba memberikan yang terbaik untuk anaknya. Saking khawatirnya, sebagian orang tua justru tidak sadar jika sedang memegang remote perilaku bagi anaknya sendiri. Sehingga anak menjadi kurang diberikan kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dan tanggung jawab atas apa yang dikerjakan pun menjadi berkurang.
Orang tua harus introspeksi akan hal ini. Orang tua berhak untuk mengarahkan, namun tidak berkewajiban untuk memaksakan kemauannya kepada sang anak. Orang tua perlu memberikan kepercayaan kepada anak untuk bisa membuat keputusan dan bertanggung jawab atas keputusannya sendiri.
Kedua, fenomena labeling. Memberikan label atau cap pada anak juga salah satu hal yang sering terjadi dari orang tua, dan ini terkadang tidak disadari. Misalnya label malas, labil, susah diatur, dan lain sebagainya. Ternyata, hal ini dapat berefek pada perkembangan anak. Anak yang sering dicap negatif akan tumbuh dalam rasa kekhawatiran hingga ketidakpercayadirian.
Ketiga, mudah mendiagnosa diri sendiri. Maraknya informasi di media sosial membuat anak mudah mendapatkan dan menyerap suatu informasi secara berlebihan. Salah satu hal yang mudah ditemui adalah melakukan self diagnose, yaitu pada saat diri merasa sedang merasa tidak baik-baik saja. Padahal sebenarnya hal tersebut tidak dianjurkan, sebab sudah ada lembaga yang kompeten apabila ada terkendala dalam aspek psikis.
Keempat, terpaku pada zona nyaman. Meski dikenal dengan generasi yang kreatif, namun generasi strawberry ini juga kerap kali takut gagal. Oleh karena itu, terpaku pada zona nyaman jadi pilihan.
Generasi strawberry ialah sebutan lain dari generasi Z yang memiliki beragam keunikan. Sisi positif dari generasi strawberry adalah generasi ini memiliki energi dan pengetahuan yang luar biasa. Seperti banyak memiliki ide atau gagasan cemerlang yang terbilang sangat maju apabila dibandingkan dengan generasi sebelum-sebelumnya. Generasi ini memiliki antusias yang tinggi untuk belajar suatu hal yang baru dan menyukai tantangan.
Menurut Prof. Rhenald Kalasi, ia menyebutkan bahwa generasi ini diidentifikasi penuh dengan ide, kreatif, inovatif namun mudah menyerah dan mudah sakit hati. Hal ini dicurigai sebagai hasil dari didikan orang tua yang terlalu memanjakan dan melindungi anaknya.
Di balik sisi positif yang ada pada generasi strawberry, ternyata ada sisi negatif yang juga cenderung melekat pada diri mereka. Generasi strawberry memang terlihat baik dan cantik jika dilihat dari personal branding-nya. Namun, di balik citra yang sedemikian baiknya, mereka banyak memiliki kelemahan. Generasi ini cenderung mudah menyerah dan kurang tahan banting ketika menghadapi persoalan ataupun pekerjaan dengan tingkat tekanan yang tinggi.
Langkah Menjadi Generasi Strawberry yang Lebih Tangguh
Dari berbagai persoalan yang ada dan kelebihan yang dimiliki oleh generasi strawberry, tentu mereka bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi jika diberi stimulus tepat serta dukungan yang memadai. Prof. Rhenald Kasali memberikan beberapa solusi terkait hal ini, yaitu:
Pertama, membekali diri dengan literasi digital yang baik. Upayakan kalian sebagai generasi strawberry untuk tidak menelan informasi yang diterima begitu saja. Pastikan untuk mencari akurasi data dengan membaca referensi terpercaya, ataupun berkonsultasi langsung dengan orang yang ahli di bidang tersebut. Jangan tergesa-gesa untuk melakukan self diagnose.
Kedua, pola asuh dan dukungan orang tua. Orang tua harus mampu menjadi role model yang baik bagi anak-anak mereka dan bersikap tegas atas segala konsekuensi yang dilakukan oleh sang anak. Biarkan mereka mengeksplorasi dunia mereka secara positif serta mengedukasi hal-hal yang perlu mereka ketahui tentang dunia luar.
Ketiga, sistem pendidikan. Setiap generasi memiliki keunikannya tersendiri, termasuk dalam cara mendidik dan mentransfer ilmu pengetahuan. Pendidik dan tenaga pendidik bisa menyesuaikan cara mengajar dan melayani dengan sikap eksploratif yang dimiliki oleh generasi strawberry.
Inilah deskripsi generasi strawberry yang menjadi sebagian fenomena sosial saat ini. Semoga para guru, orang tua, dan orang-orang pada generasi ini memahami keberadaan mereka dengan melakukan perlakuan yang tepat untuk mereka sendiri.