Bahasa Gaul Dalam Percakapan Sehari-Hari, Bagaimana Dampaknya?
Oleh:
Nadhirah
Siswa SMA Negeri 1 Manggar
Editor:
Ares Faujian
Bahasa gaul atau slang merupakan bahasa yang kerap kali digunakan oleh anak-anak muda dalam percakapan sehari-hari. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, bahasa gaul diartikan sebagai dialek bahasa Indonesia nonformal yang digunakan oleh komunitas tertentu untuk pergaulan. Di era teknologi saat ini, bahasa gaul seperti kuy, mantul, sabi, sans, kepo, dan lain sebagainya, telah menjadi bahasa sehari-hari bagi sebagian masyarakat Indonesia. Bahkan terkadang, bahasa gaul menjadi gengsi tersendiri, yakni orang yang tidak menggunakannya akan dianggap tidak keren dan kurang gaul.
Beberapa waktu lalu, publik sempat dihebohkan dengan adanya larangan penggunaan kata “anjay” yang dianggap melecehkan atau menghina orang lain. Kata anjay sendiri merupakan bagian dari bahasa gaul yang sering digunakan untuk menyatakan kekaguman kepada orang lain atau suatu peristiwa. Akan tetapi, anjay juga dimaknai negatif karena dianggap sebagai pelesetan dari nama hewan, anjing, yang di Indonesia identik dengan najis, kotor, dan rakus.
Larangan penggunaan kata anjay merupakan salah satu akibat dari dampak buruk penggunaan bahasa gaul, yakni dapat menimbulkan penyalahartian dan membuat orang lain merasa tersinggung/ terhina. Hal ini tentunya membuat kita harus berpikir kembali, apakah bahasa gaul yang yang kita gunakan dalam percakapan sehari-hari selama ini, memberi dampak positif atau malah berdampak buruk bagi diri kita dan orang lain. Berikut ini beberapa dampak dari penggunaan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari:
Dampak Positif Penggunaan Bahasa Gaul
- Meningkatkan Kreativitas
Penggunaan bahasa gaul dapat meningkatkan kreativitas. Bahasa gaul yang bersifat nonformal membuat masyarakat bebas dalam membuat, mengubah, atau mengkreasikan bahasa itu sendiri. Berbeda dengan penggunaan bahasa Indonesia yang formal, yakni kita tidak bisa seenaknya mengubah atau membuat kosakata baru. Dengan adanya kebebasan mengkreasikan bahasa gaul, jiwa kreatif masyarakat menjadi semakin terasah dalam menciptakan berbagai kosakata yang bahkan mungkin tidak pernah didengar orang sebelumnya. Hal ini dapat dilihat, seiring perkembangan teknologi, semakin banyak kosakata gaul yang terbentuk dari hasil pemikiran masyarakat dan semakin memperkaya kosakata yang dimiliki bangsa Indonesia
- Lebih Efisien dalam Percakapan Sehari-Hari
Sebagian kosakata bahasa gaul merupakan akronim atau singkatan dari bahasa Indonesia. Kosakata tersebut diperpendek atau disingkat dengan tujuan agar lebih efisien dalam penggunaannya di percakapan sehari-hari. Contohnya kata gercep yang merupakan singkatan dari ‘gerakan cepat’, halu sebagai kependekan dari ‘halusinasi’, mager yakni ‘malas gerak’, mantul atau ‘mantap betul’, baper yakni ‘bawa perasaaan’, dan masih banyak lagi.
- Menambah Keakraban dengan Teman Sebaya
Bahasa gaul juga kadang dapat menambah keakraban di antara sesama teman. Hal ini karena bahasa gaul cenderung lebih santai bila digunakan dalam percakapan sehari-hari, dibanding dengan bahasa Indonesia yang lebih formal dan kaku. Contohnya, kalimat “ah, gue lagi mager, nih” lebih sering digunakan saat berbicara dengan teman, dibanding kalimat “saya sedang malas melakukan apa-apa”, yang terkesan terlalu formal.
Dampak Negatif Penggunaan Bahasa Gaul
- Dapat Menimbulkan Penyalahartian dan Kesalahpahaman
Tidak seperti bahasa Indonesia baku yang memiliki Kamus Umum Bahasa Indonesia untuk menafsirkan setiap kosakatanya, bahasa gaul tidak memiliki pedoman resmi dalam penerjemahannya. Sehingga, setiap kata dalam bahasa gaul bisa dimaknai berbeda tergantung dari pemikiran setiap orang. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman di antara beberapa orang yang memiliki penafsiran berbeda atas suatu kata, apalagi bila orang tersebut cenderung tidak mengikuti perkembangan bahasa gaul di masyarakat (berpotensi salah penafsiran).
Contohnya saja untuk kasus kata anjay. Kata anjay menurut Komnas Perlindungan Anak dianggap sebagai pelesetan nama hewan, anjing, yang apabila digunakan dapat merendahkan martabat seseorang. Padahal dalam pelaksanaannya, penggunaan kata anjay dalam masyarakat lebih ditujukan untuk menyatakan rasa kagum, salut atas suatu peristiwa
- Eksistensi Bahasa Indonesia Menjadi Terancam
Dewasa ini, bahasa gaul seakan menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya generasi muda. Bahkan, para generasi muda terkadang lebih sering menggunakan bahasa gaul dibanding bahasa Indonesia yang malah dianggap kuno. Jika dibiarkan, hal ini dapat menyebabkan pudarnya bahasa Indonesia di kalangan generasi muda. Sehingga mungkin saja di masa yang akan datang, bahasa Indonesia bisa hilang (punah) akibat tergeser oleh maraknya penggunaan bahasa gaul.
- Menyulitkan Penggunaan Bahasa yang Benar di Situasi Formal
Penggunaan bahasa gaul hanya diperuntukkan bagi situasi nonformal, seperti saat berbincang dengan teman. Lalu bagaimana dengan penggunaan bahasa di situasi formal? Saat berada di situasi formal, seperti saat seorang siswa berbicara dengan guru di sekolah, kita diharuskan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Penggunaan bahasa gaul yang berlebihan dalam kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan kesulitan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang tepat di situasi formal. Hal ini dikarenakan kita sudah terbiasa dengan kosakata-kosakata dalam bahasa gaul dan cenderung jarang menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan masalah yang sepele. Bayangkan bila seseorang sudah tidak bisa menempatkan bahasanya di situasi yang tepat, maka orang tersebut bisa saja dicap tidak sopan oleh orang lain.
Contohnya, seorang siswa berbicara kepada gurunya di sekolah, “Ini tugas Matematika gue, Bu. Cusss.. dinilai ya, Bu”, “BTW, Bu Guru mo sekalian ikut gue ke koperasi ga? Sekalian ambil spidol nih, Bu, kuy!”, atau “Kepo banget sih, Pak”, “Ciyus nih, Bu, miapah?”. Tentu gurunya bisa saja merasa tersinggung karena pemilihan kata siswa tersebut yang dinilai tidak sopan. Walaupun siswa tersebut sudah merasa benar-benar akrab dengan sang guru, tetap saja seharusnya bahasa Indonesia-lah yang ia gunakan karena ia sedang berada di situasi formal, yakni di lingkungan sekolah.
Demikian beberapa dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari. Penggunaan bahasa gaul bisa bermanfaat bagi kita bila digunakan seperlunya, akan tetapi bila digunakan secara berlebihan, bahasa gaul juga berpotensi menimbulkan kesalahpahaman bahkan bisa menghilangkan keberadaan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kita harus bijak dalam menggunakan bahasa gaul. Bahasa gaul boleh saja digunakan, asal pada situasi dan kondisi serta lawan bicara yang tepat. Selain itu, ada baiknya kita tetap menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, agar tetap lestari dan tidak tenggelam ditelan masa.
mantappp diraaaa
By Liendrie