Belajar Sejarah Asyik Melalui Jelangkung
Oleh: Dede Sapta Jaya*
Editor: Ares Faujian
Siapa yang pernah belajar Sejarah? Tentunya setiap peserta didik bahkan yang sudah tidak sekolah lagi alias alumni pun pasti pernah belajar tentang ‘masa lalu’ ini. Namun, bagaimana jika kita belajar Sejarah melalui Jelangkung? Kira-kira asyik tidak? Mungkin bisa jadi horor nih!
Saat mendengar kata Jelangkung atau Jailangkung, tentu yang pertama kali muncul di dalam pikiran pembaca saat ini adalah sebuah boneka yang dimainkan untuk memanggil roh-roh halus. Akan tetapi, Jelangkung dalam hal ini bukan Jelangkung yang dimaksud dalam artian supranatural atau mistik. Jelangkung disini memiliki arti, Jelajah lingkungan kampung, atau disingkat Jelangkung.
Menurut penulis, proses pembelajaran Sejarah akan lebih asyik dan menarik apabila dilakukan oleh peserta didik dengan memanfaatkan media autentik, yaitu situs sejarah yang ada di kampung. Yakni, Jelangkung!
Hingga saat ini, pembelajaran Sejarah banyak dilakukan oleh guru di dalam kelas. Sehingga metode belajar yang semacam ini membuat para peserta didik merasa bosan dengan materi yang diajarkan. Para pelajar juga beranggapan bahwa, pembelajaran Sejarah merupakan pembelajaran yang bersifat hafalan dan lebih banyak mencatat. Kebosanan ini juga diperkuat dengan metode ceramah yang masih sering digunakan oleh sebagian guru Sejarah. Dalam mengajarkan siswanya, metode ini membuat siswa menjadi pasif dalam menerima ilmu pelajaran Sejarah di sekolah.
Bila kita melihat kebijakan yang dikeluarkan oleh Mas Menteri Nadiem Makarim tentang konsep Merdeka belajar, disana dijelaskan bahwa guru memiliki kebebasan untuk berinovasi dan mengembangkan kreativitasnya demi mencapai tujuan pendidikan. Kemudian dijelaskan juga bahwa guru bebas menggunakan media apapun untuk membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan inovatif, serta mandiri di dalam proses belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa peran guru dalam menciptakan suasana belajar yang edukatif, aktif, kreatif, dan inovatif, serta mandiri sangat dibutuhkan. Sehingga metode apapun dapat dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran, yang mana salah satu metode yang dapat digunakan adalah Jelangkung.
Pulau Belitung, memiliki banyak sekali situs-situs sejarah yang dapat dipelajari dan tersebar di berbagai kampung. Beberapa kampung tersebut di antaranya adalah, Kampung Lalang Manggar, Laskar Pelangi Gantung, Kampung Gunong, Senyubuk Kelapa Kampit, Kampung Balok Dendang, dan masih banyak lagi.
Supaya kegiatan pembelajaran Jelangkung dapat berjalan dengan optimal, guru Sejarah dapat mengaitkan materi yang dipelajari di dalam kurikulum dengan situs yang ada di berbagai kampung. Contoh, di dalam materi Sejarah terdapat bahasan tentang perkembangan agama Islam di Indonesia. Dampak dari penyebaran agama Islam di Indonesia juga berdampak pada pembentukan kerajan-kerajaan yang bercorak Islam di setiap pulau, bahkan daerah-daerah lainnya yang ada di nusantara.
Pulau Belitung, khususnya di Kab. Belitung Timur juga memiliki situs sejarah. Salah satunya ialah situs kerajaan yang sudah menganut kepercayaan Islam, yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai situs Raja Balok. Raja Balok ini memiliki nama yaitu, KA. Gedeh Ja’kub.
Masuknya agama Islam di Indonesia dan keberadaan kerajaan bercorak Islam di Balok Kab. Belitung Timur ini tentu mengundang rasa penasaran peserta didik. Kemudian, akan muncul pertanyaan-pertanyaan antusias dari para pemuda ini. Misalnya asal muasal kerajaan ini dari mana? Bagaimana penyebaran agama Islam di kerajaan ini? Hingga peserta didik pun akan terpancing dan mulai mencari tahu hubungannya melalui berbagai sumber.
Guru Sejarah dapat meminta siswa untuk mencari kontekstualisasi di dalam keberadaan kerajaan Islam di Balok, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian, dari rumusan-rumusan masalah tersebut akan lebih edukatif lagi apabila peserta didik dilibatkan untuk membuat laporan penelitian. Sehingga dalam pembelajaran Jelangkung ini ada unsur literasi yang dapat dilakukan.
Hal ini tentu akan lebih bermakna, bila dibandingkan belajar Sejarah di dalam kelas dengan hanya melihat perkembangan Islam di Indonesia melalui tulisan-tulisan yang panjang. Dengan mengunjungi situs-situs sejarah yang ada di kampung ini, membuat mata pelajaran Sejarah menjadi hidup dan lebih dekat dengan peserta didik.
Masih banyak lagi situs-situs sejarah kampung di pulau Belitung yang bisa dieksplorasi potensinya, serta dikorelasikan dengan materi yang ada di dalam kurikulum sekolah. Yang mana, ‘Jelajah lingkungan kampung’ ini akan menambah wawasan kesejarahan baru bagi peserta didik, khususnya berbicara sejarah lokal. Karena banyak sekali adat, budaya, kearifan lokal, dan tapak tilas yang dapat dipelajari sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman.
Metode Jelangkung ini berdampak positif terhadap wawasan generasi muda akan keberadaan sejarah lokal yang bisa dikatakan kurang eksis. Padahal, keberadaan sejarah lokal ini sebenarnya merupakan identitas bagi suatu daerah bahkan memperkokoh khazanah histori suatu bangsa. Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pernah berkata, “Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.” Hal ini membuktikan bahwa sejarah bukan hanya suatu peristiwa yang terjadi pada masa lalu, namun terdapat nilai-nilai yang dapat kita ambil sebagai acuan untuk pijakan pada hari ini, dan masa yang akan datang untuk lebih baik lagi.
Metode pembelajaran Jelangkung memiliki banyak manfaat bagi proses belajar mengajar Sejarah, di antaranya adalah peserta didik dapat mempelajari sejarah nasional dan mengenal sejarah lokal sebagai identitas lokal. Tidak hanya itu, metode ini juga membuat siswa menjadi lebih aktif, kreatif, inovatif dan edukatif melalui observasi dan perolehan data-data via laporan hasil penelitian sejarahnya.
Selain memiliki manfaat edukatif, pembelajaran Jelangkung ini memiliki manfaat lain, yaitu manfaat rekreatif bagi peserta didik. Kolaborasi manfaat edukatif dan rekreatif ini sangat memiliki imbas bagi peserta didik. Disamping menambah wawasan, peserta didik juga bisa jalan-jalan sembari menikmati kekayaan budaya dan sejarah yang ada di kampungnya.
Penerapan metode pembelajaran Jelangkung yang tepat di dalam proses belajar Sejarah dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran peserta didik. Dalam pembelajaran Jelangkung, proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa. Guru yang awalnya sebagai pemberi ceramah, kini berubah menjadi seorang fasilitator dalam metode pembelajaran ini.
Di masa menipisnya minat dan semangat peserta didik dalam mempelajari sejarah, tentu tidak membuat para guru Sejarah berhenti untuk mencari ide-ide asyik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan semata-mata untuk membangkitkan lagi semangat dan minat siswa dalam mempelajari mata pelajarah Sejarah.
Melihat kondisi saat ini apalagi di masa pandemi, membuat para guru Sejarah harus bisa memanfaatkan berbagai media pembelajaran untuk mewujudkan program Merdeka Belajar. Yang mana, pada program ini guru dibebaskan untuk melakukan kegiatan yang bersifat aktif, kreatif, serta mampu berinovasi.
Melalui metode belajar Jelajah lingkungan kampung atau Jelangkung, diharapkan dapat menambah wawasan baru bagi guru dan peserta didik untuk mengembangkan wadah pembelajaran yang asyik. Tentunya metode pembelajaran Jelangkung ini membuat peserta didik lebih mengenal kebudayaan, sejarah, serta kearifan lokal yang ada di daerahnya.
Selain itu, metode pembelajaran ini juga membantu siswa untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang tekandung di dalam peristiwa sejarah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan agar pembelajaran Sejarah menjadi lebih edukatif, inspiratif, dan bermakna. Dengan demikian, metode belajar Jelangkung ini dapat membawa dampak positif, serta menyegarkan kembali gairah peserta didik untuk kembali belajar di dalam kelas.
*Penulis adalah Guru Sejarah di SMA Negeri 1 Manggar
Foto: Jelajah Lingkungan Kampung “Jelangkung” di Situs Sejarah Raja Balok Kab. Belitung Timur (Dokumentasi Dede Sapta Jaya)