Body Shaming Bikin Pusing!
Oleh: Febi Farel
Siswa Kelas Sosioliterasi G4
SMA Negeri 1 Manggar
Editor: Ares Faujian
.
Menurut kalian, mengapa di dunia ini sampai ada yang namanya body shaming? Apa body shaming itu sebenarnya? Ini merupakan fenomena sosial yang tidak hanya terjadi di kalangan remaja saja, namun menjadi hal yang dianggap biasa di kalangan umum, bahkan lingkungan pertemanan.
Menurut web resmi Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders atau ANAD dalam laman gramedia.com (2022), body shaming adalah segala sesuatu atau bentuk tindakan serta praktik dimana seseorang menghina bentuk maupun ukuran tubuh yang dimiliki oleh orang lain. Ya, seperti yang kita ketahui bahwa body shaming adalah suatu tindakan mencela nama baik seseorang dengan mempermalukan fisiknya di depan umum, ataupun di media sosial dengan berkomentar hal yang bersifat negatif (sebuah ejekan).
Sudah tidak heran lagi jika melihat anak muda atau orang tua sekalipun yang selalu bercanda dengan kekurangan seseorang. Kita ambil contoh, pelaku body shaming ini biasanya membuat bahan lawakan kepada orang yang bertubuh gemuk atau pendek, dan juga kepada orang yang mempunyai kulit gelap. Body shaming juga termasuk ke dalam bullying atau perundungan, karena dengan alasan bercanda lalu tiba-tiba memang ingin menghina.
Body shaming ini terjadi akibat pikiran masyarakat yang masih berpikir tradisional. Karena mementingkan standar kecantikan atau kegantengan harus bertubuh ideal, bertubuh tinggi, dan mempunyai kulit yang putih. Akibatnya, adanya body shaming ini membuat tingkat kematian pada anak remaja sangatlah banyak. Tidak hanya itu, karena hal seperti ini, korban body shaming menjadi merasa bahwa dirinya itu tidaklah cukup, menjadi suka menyendiri dan juga trauma.
Di manapun kita berada, pasti saja kita selalu mendengar orang-orang yang selalu berkata “eh, gendutan ya sekarang?” atau “aduh kulitnya item banget, pasti suka berjemur ya?”. Padahal kata-kata seperti itu yang membuat mereka merasa bahwa dia harus berkulit putih agar disenangi, harus berbadan ideal agar dipuji. Akan tetapi, kita tidak harus menjadi seperti itu, namun kita harus menjadi diri kita sendiri.
Untuk pendidikan yang baik di sekolah, bukankah akan lebih baik jika kita bersama-sama mengatakan hal-hal yang positif bukan negatif? Apa lagi di zaman modern seperti sekarang ini, kita bisa lebih mengekspos diri kita di media sosial mana pun dan leluasa menggunakan gawai kita untuk berkomentar. Misalnya, seseorang yang memiliki kekurangan, para pelaku body shaming selalu menggunakan jarinya untuk mengetik hal-hal yang negatif dan ejekan terhadap kekurangan korbannya tersebut. Sedangkan orang yang memiliki standar kecantikan yang diinginkan semua masyarakat, justru mendapat respon positif dan sebuah dukungan.
“Loh, ini bukan body shaming dong, kan ini kata-kata motivasi agar dia bisa berubah!” Kata-kata seperti ini juga adalah suatu kesalahan terbesar seseorang. Seharusnya, kata-kata yang kita berikan kepada orang yang memiliki kekurangan bukanlah dengan berkata seperti itu, atau pun seperti, “kamu gendutan tau, kurusin dikit lagi deh pasti cantik!” Namun kata-kata seperti inilah yang sebenarnya membuat mereka tidak pede dengan bentuk tubuhnya.
Body shaming dilakukan orang-orang secara sengaja maupun tidak sengaja. Kita bahkan juga bisa membedakan kritikan yang sengaja maupun tidak sengaja ini. Biasanya orang yang sengaja mengkritik dengan komentar negatif itu selalu disertai tertawa atau senyuman menjelekkan. Sedangkan orang yang tidak sengaja pasti akan langsung meminta maaf dan pasti merasa bersalah. Ada kemungkinan, orang-orang yang selalu berkomentar buruk tentang kekurangan orang lain itu sedang merasa dirinya disaingi. Karena hal itu jugalah mereka bisa membuat kritikan negatif, supaya si korban jatuh mental dan menjadi kurang percaya diri.
Jadi apa yang perlu kita banggakan menjadi seorang pem-bully? Menjadi orang yang suka mengkritik penampilan tanpa melihat penampilannya sendiri? Menjadi orang yang seperti itu tidaklah berguna dan hanya membuang buang waktu saja. Dimana, seharusnya kita menggunakan kesempatan untuk memberi kata-kata yang menyenangkan (positif), malah sebaliknya digunakan untuk menjatuhkan kepercayaan diri orang lain hanya karena iri, dengki, dan merasa tersaingi.
Kita semua berhak menjadi diri kita sendiri. Kita berhak untuk membalas komentar-komentar negatif tersebut dengan komentar yang positif, dan juga yang mengenal diri kita sendiri adalah diri kita pribadi, bukan mereka. Body shaming seperti ini hanya membuat korban menjadi seseorang yang dibenci orang dan dijauhkan. Jadi, marilah para pembaca kita berhenti melakukan body shaming terhadap orang yang memiliki kekurangan. Ayo kita berikan kata-kata yang menyemangatkan dan nyaman didengar, agar perilaku positif bisa membangun generasi yang positif pula.
Menjadi diri kita sendiri sangatlah baik. Kita tidak perlu mendengarkan ocehan-ocehan pem-bully tentang tubuh kita yang gemuk atau kurus, kulit kita yang gelap, muka kita yang berjerawat, dan pipi kita yang bulat. Itu semua normal! Karena kita adalah manusia. Sehingga kita harus ingat bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Tuhan juga sudah menciptakan kita (manusia) dengan sedemikian rupa dan beragam. Seharusnya kita patut bersyukur karena masih diberi kehidupan yang layak oleh Tuhan yang Maha Esa. Tuhanlah yang menciptakan kita dengan kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.
Dengan kelebihan dan kekurangan kita ini, kita harus buktikan bahwa kita bisa melakukan hal positif yang kita inginkan tanpa harus mendengar celaan dari orang-orang. Mari kita menjadi diri kita sendiri, tanpa menjatuhkan orang lain dengan komentar-komentar negatif karena kebencian maupun kedengkian. Berhenti mencela orang lain dengan alasan sebagai peringatan, dan berhenti mengkritik orang lain seakan-akan kita itu lebih dari sempurna.
“Jadilah diri sendiri, tanpa harusmenjatuhkan orang lain.”