Dilematika Praktik Lapangan Kependidikan (PLK) di Masa PPKM
Oleh: Mangifera Indica J.
Mahasiswa PLK Universitas Negeri Padang di SMA Negeri 1 Manggar
Editor: Ares Faujian
Pandemi Covid 19 menjadi sebuah tantangan di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia yang saat ini jatuh bangun menghadapi goncangan wabah yang akan berusia 2 tahun di tahun ini. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM menjadi sebuah konsekuensi yang harus diterima oleh berbagai profesi atau pekerjaan karena pandemi ini. Termasuk pula pelajar, pegawai pemerintah, karyawan swasta, wirausahawan, hingga mahasiswa.
Pada realitanya, situasi dan kondisi kita semua tidak dalam keadaan yang baik-baik saja. Kita terperangkap dalam sebuah dilematika permasalahan publik, dipaksa untuk bisa dan mampu menyesuaikan dengan apa yang ada. Di tengah kondisi yang tidak berpihak akan aktivitas yang kita lakukan dan dengan segala hal yang sudah kita dipersiapkan, manusia dituntut untuk bisa kreatif dan inovatif dalam menghadapi perubahan sosial ini.
Persoalan corona adalah masalah bagi semuanya. Tidak terkecuali dan tidak memilih. Tidak melihat batas dan tidak melihat ruang bagi semuanya. Hal ini juga yang dirasakan mahasiswa keguruan di saat melaksanakan kegiatan Praktik Lapangan Kependidikan (PLK) di tengah kondisi corona dengan PPKM yang terus-menerus diperpanjang. Hal ini pun membuat sebuah kebimbangan bagi sebagian mahasiswa di dalam melaksanakan PLK, karena proses PLK yang menjadi kurang ‘bermakna’.
PLK adalah salah satu mata kuliah yang harus diselesaikan oleh mahasiswa tingkat akhir, sebagai implementasi atau pengaplikasian teori-teori yang mahasiswa dapatkan selama diperkuliahan. PLK ini hanya dikhususkan bagi mahasiswa yang mengambil program studi kependidikan. Artinya, mahasiswa calon guru ini harus melaksanakan praktiknya di sekolah yang menjadi tujuan impelementasi keilmuannya.
Namun di tengah-tengah kondisi saat ini, faktanya teori yang didapatkan tidak sama dengan apa yang ditemukan di lapangan. Hal ini membuat beberapa mahasiswa mulai merasakan dilema akan apa yang mereka lakukan.
Mahasiswa kependidikan pada dasarnya diajarkan untuk mengajar dan mendidik di dalam ruangan kelas, tapi pada saat (pandemi) ini yang ada adalah mahasiswa terpaksa harus berada pada kelas maya. Hal ini pun berdampak pada olah desain pembelajaran yang harus dilakukan guna menciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajaran daring, terlebih dengan inovasi-inovasi pembelajaran. Yang mana, hal ini dilakukan agar bisa tetap menerapkan teori yang ia didapatkan, meskipun tidak sejalan dengan apa yang dipersiapan pada pembelajaran luring.
Baca Juga:
Peralihan dari ruangan kelas nyata ke google classroom dan google meeting, adalah salah satu cara yang dilakukan agar bisa melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). Ini sebenarnya adalah sebuah kemajuan, di mana memanfaatkan teknologi merupakan upaya mendukung dan menjangkau aktivitas seperti di masa pandemi. Namun tidak dipungkiri, banyak kendala yang kadang mempersulit mahasiswa melaksakan PLK ini.
Pertama, calon pendidik tidak mengenal secara menyeluruh siapa siswa/ siswi di suatu kelas. Hal ini adalah masalah yang krusial bagi mahasiswa yang melaksanakan PLK, karena mereka tidak mampu memahami bagaimana lingkungan dan karakter siswa/ siswi yang mereka didik dan mereka ajar. Alhasil, calon pendidik ini akan merasakan kesulitan dan kebingungan bagaimana menghadapi siswa/ siswi ketika nanti telah menjadi seorang guru.
Kedua, efektivitas kegiatan belajar mengajar yang rendah. Yang mana, mahasiswa PLK dihadapkan pada situasi kebosanan dalam dunia maya pada siswa, karena tidak semua peserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan serius. Kadang ada siswa/ siswi yang tidak mau sama sekali membuka kamera di saat pembelajaran berlangsung, tidur saat kegiatan belajar mengajar, kurangnya tingkat keaktifan dan partisipasi siswa/siswi, serta masih banyak masalah-masalah lainnya.
Ketiga, kesulitan berinovasi di dalam pelaksanaan belajar mengajar. Ini adalah kendala selanjutnya yang penulis rasakan. Ya, berusaha berinovasi dengan situasi dan kondisi saat ini. Pada realitanya, berinovasi tidak semudah yang dibayangkan. Di saat kita mampu berinovasi, belum tentu siswa/ siswi yang kita didik dan kita ajar bisa menyesuaikan dengan inovasi yang kita terapkan. Berinovasi bukan hanya sekadar rencana, akan tetapi perlu kita pikirkan akan kesiapan dari siswa/ siswi tersebut.
Kempat, kebingungan di dalam menyusun jurnal harian pelaksanaan PLK. Pada dasarnya, untuk penyusunan jurnal harian ini terbagi pada dua program, yakni teaching program dan non teaching program. Program teaching pada dasarnya berkaitan dengan KBM, yang mana selama diberlakukannya PPKM, KBM ini hanya dilakukan satu kali pertemuan dalam satu minggu untuk semua kelas yang diajar (jadwal dinamis). Sedangkan kegiatan non teaching adalah kegiatan di luar dari kegiatan belajar mengajar, seperti kegiatan ekstrakurikuler (jika dilaksanakan), dan membantu progres pelaksanaan program sekolah lainnya.
Hal-hal inilah yang mahasiswa PLK rasakan ketika mengalami ketidakmaksimalnya pelaksanaan PLK, yang pada esensinya praktik ini sebenarnya adalah sebuah simulasi yang mahasiswa lakukan sebelum benar-benar terjun ke dunia pendidikan yang sesungguhnya. Yaitu, untuk mencari pengalaman sebagai bekal ilmu di masa mendatang nantinya.
Sebenarnya masih banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi lainnya. Namun, empat poin tersebut adalah masalah yang sangat membuat sebagian besar mahasiswa PLK merasakan dilematika yang begitu luar biasa.
Banyak tantangan dan hambatan yang dihadapkan dan dirasakan, namun banyak cara dan upaya yang bisa dilakukan sebagai solusi untuk menjawab permasalahan yang dihadapkan. Karena sejatinya, setiap penyakit pasti akan ada obatnya, dan setiap masalah pasti akan ada solusinya.
Pertama, calon guru bisa mengenal siswa dari observasi melalui guru-guru di sekolah. Hal ini merupakan sebuh solusi terbaik yang bisa ditawarkan untuk mampu memahami lingkungan dan karakter dari masing-masing siswa/ siswi yang diajar.
Kedua, memberikan stimulus interaktif secara perlahan kepada siswa/ siswi, yang bertujuan untuk mampu meningkatkan partisipasi siswa. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuat kondisi yang senyaman mungkin selama pelaksanaan belajar mengajar, berusaha membuat siswa lebih berani berargumentasi selama kegiatan belajar mengajar virtual, sehingga tidak hanya menonton guru yang memberikan penjelasan tanpa ada tanggapan dan respon dari siswa/ siswi.
Ketiga, menyesuaikan dengan potensi dari masing-masing peserta didik di dalam penggunaan model pembelajaran, metode pembelajaran, dan media pembelajaran. Pada intinya, mahasiswa mampu mengaplikasikan dan siswa/ siswi mampu menggunakan serta memahami KBM yang dilakukan, hingga indikator pencapaian kompetensi dari materi yang diajarkan bisa tercapai secara maksimal.
Keempat, berusaha peka akan lingkungan sekolah, menawarkan diri untuk bisa membantu segala kegiatan yang dilakukan sekolah. Hal ini merupakan cara meningkatkan kompetensi sosial seorang calon guru, selain mengembangkan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi profesional.
Kelima, membuat sistem belajar kelompok daring, yakni dengan konsep kakak asuh dan abang asuh. Di mana, sistem belajar ini lebih menekankan pada sistem pendidikan sebaya, dengan memanfaatkan siswa/ siswi kelas atas untuk mengajar kelas bawah. Contohnya kelas XII mengajar kelas XI, dan kelas XI mengajar kelas X.
Keenam, penggunaan beberapa media sosial sebagai sarana belajar. Contohnya menggunakan Youtube, Tiktok, dan Instagram sebagai tempat siswa/ siswi untuk membuat berbagai macam video dan poster berisi materi-materi pelajaran yang mereka pelajari dan bertujuan sebagai wahana bermain sambil belajar.
Itulah problematika yang dihadapi oleh mahasiswa PLK berikut ulasan solusi yang bisa penulis tawarkan. Memang situasi dan kondisi saat ini adalah masalah yang tidak bisa kita hindari. Akan tetapi, pada hakikatnya kondisi ini bisa kita nikmati dengan introspeksi diri, melakukan inovasi, dan mengambil hikmah guna meningkatkan kompetensi diri. Yang terpenting adalah, jangan terjebak dalam sebuah ruang yang membingungkan, karena semua hal bisa kita lakukan, bisa kita hadapi, bisa kita antisipasi, dan bisa kita siasati.
Baca Juga:
Kerennn!!! By Ghozi