Dinamika Kehidupan Remaja Indonesia: Lingkunganmu Mempengaruhimu
Oleh: Ares Faujian
Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Manggar
Prov. Kep. Bangka Belitung
Banyak gejala dan fenomena sosial tentang remaja yang tidak henti-hentinya dibahas dan diperbincangkan. Mulai dari musik K-Pop yang telah merajai belantara generasi muda Indonesia, goyang ‘latah’ zaman (caisar, oplosan, gotik, Tik Tok, dll) yang mendapat apresiasi serta kritikan dari masyarakat, dan prostitusi yang berkembang melalui dunia maya (cyberporn, cyber prostitution, sex online dan cybersex).
Selain itu, ada pula gejala sosial dari aksi narsis para remaja yang ber-selfie ria di media sosial, idol group yang juga populer saat ini, hingga pernah ada fenomena ‘cabe-cabean’ dan ‘terong-terongan’ yang menjadi isu sentral di kalangan kaula muda. Yang mana, semua itu dikaji sebagai bahan yang menarik dalam menganalisa realitas sosial akan dinamika remaja Indonesia abad ini.
Fenomena generasi muda memang tidak ada matinya. Penuh pesona, bergelora, gengsi, dan tinggi akan hasrat eksistensi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Layak diberikan apresiasi positif bagi remaja yang telah memberikan prestasi dan kebanggaan bagi sekolah dan daerahnya. Namun bagaimana keadaan remaja (pelajar) yang ‘luntang-lantung’ tanpa ada arah yang jelas seperti para pecandu narkoba/ inhalan, geng motor, remaja sekolah menengah yang bernasib sebagai ‘ayam abu-abu’, seks bebas yang berakhir dengan pernikahan usia dini, maupun berbagai macam bentuk kenakalan remaja dengan mereka (remaja) yang hidup dengan subkultur atau kebiasaan yang menyimpang dan tidak lazim dipandang oleh masyarakat?
Berbagai berita melalui media sosial telak menyoroti kasus-kasus asusila dan amoral yang dilakukan remaja saat ini. Sayangnya remaja pun lebih pintar dalam mempelajari dan mencari solusi untuk mencapai gairah semu dengan terpengaruh lingkungan tempat mereka berada. Segala cara pun rela ditempuh agar kepuasan itu terpenuhi dengan berbagai bentuk dan variasi kenakalan remaja yang semakin berkembang sesuai perkembangan zaman. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi? Mengapa hal tersebut terus terjadi? Dan siapa yang bersalah dalam hal ini?
Kenakalan remaja dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang (deviant behavior). Kartini Kartono (1988) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak yang cacat sosial. Kenakalan tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang membuat perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan (cacat) dan menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang menurut Paul B. Horton pada laman http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang, perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Kondisi kelainan dan menyimpang itulah menjadi masalah sosial karena perilaku para remaja yang berlawanan dengan nilai dan norma sosial serta merugikan berbagai pihak, termasuk diri mereka sendiri.
Menurut Talcott Parsons, seorang sosiolog yang pertama kali melakukan studinya terhadap remaja tahun 1940-an, remaja diartikan sebagai sebuah konstruksi sosial yang terus-menerus berubah sesuai dengan waktu dan tempat (Barker, 2000). Remaja adalah sebuah konsep yang bersifat ambigu, labil, dan terkadang tidak konsisten. Artinya remaja berada pada posisi pencarian identitas dan jati diri mereka dengan bergantung pada tempat dan lingkungan mereka berada. Sehingga pada periode transisi dari anak-anak menuju dewasa ini, remaja akan banyak meniru (imitasi) dari lingkungan mereka. Mulai dari perilaku dengan proses interaksi yang bersifat positif maupun negatif atau menyimpang.
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh para remaja yang gagal dalam menjalani proses perkembangan jiwanya (labil), baik pada saat remaja maupun pada masa kecilnya. Masa kecil dan masa remaja memang berlangsung begitu cepat dan singkat, baik itu perkembangan fisik, psikis/ emosi dan spiritualnya. Kenakalan remaja juga merupakan perwujudan dari konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kecil maupun remaja oleh pelaku-pelakunya. Seringkali ada trauma masa lalu, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, sehingga menimbulkan gejala trauma terhadap kondisi tersebut. Misalnya pada kondisi finansial yang membuatnya merasa minder dan tidak percaya diri, kondisi jiwa mereka yang rusak karena merasakan ada kejanggalan dalam dan oleh keluarga, pengaruh negatif teman sebaya, maupun pengaruh lingkungan masyarakat yang mentolerir tempat-tempat berbau eksploitasi seksual berkedok tempat hiburan ataupun tempat mengisi waktu luang (leisure) yang semakin merebak.
Fenomena kenakalan remaja memang seperti sebuah siklus dan lingkaran hitam yang tidak akan pernah putus, sambung menyambung dari hari ke hari hingga masa ke masa dan semakin rumit serta kompleks akan dinamikanya. Sejalan pula dengan arus globalisasi, informasi dan teknologi yang semakin berkembang, akses menuju gaya hidup modern mempermudah setiap remaja untuk mengetahui berbagai macam informasi di berbagai media massa (TV, internet, majalah, dsb), yang mana media massa sekarang tidak sepenuhnya bisa mengontrol apa yang layak dan tidak layak disaksikan oleh anak seusianya. Dan akhirnya di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai lapisan masyarakat.
Kenakalan remaja sebagai perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Tetapi dengan memberikan lingkungan yang baik sedini mungkin disertai pemahaman akan perkembangan anak dengan baik, maka akan membantu mencegah dan mengurangi kenakalan remaja. Lingkungan yang dimaksud adalah agen-agen utama dalam bersosialisasi yang berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan anak (remaja), yaitu keluarga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan (sekolah), masyarakat, dan media massa. Agen-agen tersebut harus mampu berperan aktif dan positif dalam rangka membebaskan remaja kita dari kelainan sosial yang seharusnya tidak pantas mereka dapatkan.
Selain itu, yang diperlukan kaula muda sekarang adalah tanamkan sugesti motivasi dan pikiran positif yang membuat diri menjadi pribadi yang bisa lebih baik dan disayangi oleh orang di sekitar. Tentunya kontrol diri harus ditingkatkan dengan mendekatkan diri pada lingkungan yang terbaik serta menjauhi lingkungan yang buruk. Karena lingkungan akan berpengaruh terhadap karakter diri dan kepribadian seseorang. Tidak mengenal waktu, tempat dan usia. Cepat atau lambat, besar ataupun kecil. Di mana saja, kapan saja dan kepada siapa saja. Peran serta dan kerja sama yang baik sebagai kontrol sosial seluruh elemen termasuk pemerintah sangatlah dibutuhkan dalam membantu mewujudkannya.
Akhirnya, remaja sebagai agent of change bagi perubahan masa depan suatu negara sangatlah penting. Sayangilah dia, karena masa depan suatu bangsa ada di tangannya. Mencapai Indonesia Emas 2045 tentunya sangat sulit dan dibutuhkan usaha yang keras. Hanya para remaja sebagai generasi penerus bangsa yang bisa melanjutkan pembangunannya. Teruslah berjuang melawan serangan zaman dan masa yang terus berubah-ubah. Raihlah karakter pribadi diri sesuai budaya dan kearifan lokal Indonesia. Live locally grow globally. Raih Indonesia Emas 2045, Salam! Â
Keterangan:
Tulisan ini terbit pertama kali secara lengkap di Babel Pos Edisi Kamis, 20 Maret 2014 dan telah direvisi
One Comment