Edukasi Kreativitas Teknologi Guna Meningkatkan Kompetensi Diri di Era Revolusi Industri 4.0
Oleh: Binasti*
Editor: Ares Faujian
Di era revolusi industri 4.0, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi kebutuhan yang sangat penting di masyarakat. Karena kemajuan tersebut, teknologi semakin berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga kita tidak dapat melarikan diri dalam kehidupan ini. Berkat TIK ini, orang dapat melakukan segalanya dengan lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efisien.
Kemajuan teknologi di satu sisi memberikan dampak yang positif, seperti memudahkan interaksi antarmanusia, memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas, dan mempermudah dalam memperoleh infomasi yang dibutuhkan. Kemudahan informasi yang diperoleh masyarakat ini dapat memengaruhi cara pandang, gaya hidup, dan budaya dalam suatu masyarakat tertentu.
Di sisi lain, teknologi juga berdampak negatif. Perubahan teknologi membawa inovasi-inovasi yang menimbulkan perilaku menyimpang pada remaja. Apalagi berbicara remaja saat ini yang sudah terbiasa dengan teknologi yang membawa kemudahan, kecepatan, dan akses instan. Mudahnya menerima informasi terutama melalui internet, membuat efek remaja malas untuk belajar, sehingga sekolah/ kuliah bagi remaja hanyalah ritualisme untuk mendapatkan gelar atau diploma, bukan untuk mencari ilmu.
Perubahan teknologi dan komunikasi yang terjadi dengan sangat cepat dan pesat dari tahun ke tahun dapat memengaruhi cara berpikir seorang remaja berikut interaksi sosialnya. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi dalam pencarian jati diri, sehingga tanpa bimbingan dan pengawasan keluarga atau orang yang dicintai, teknologi dan komunikasi dapat digunakan untuk melakukan tindakan negatif, seperti melanggar nilai dan norma yang ada di masyarakat.
Penanaman sikap berpikir kreatif (Profil Pelajar Pancasila) sejak dini merupakan salah satu upaya untuk mendorong generasi muda mewujudkan potensi kreatifnya dan menciptakan prakarsa yang berdampak positif bagi negara. Menurut kajian psikologi, berpikir sebagai suatu proses mental dalam mengeksplorasi pengalaman yag merupakan satu keterampilan bertindak dengan kecerdasan sebagai sumber daya penalaran (Surya, 2015: 117). Pentingnya pemikiran di luar pembangkitan pemikiran juga dapat berupa konstruksi pengetahuan, penalaran dan proses yang lebih tinggi seperti refleksi.
Surya (2015: 119) mengategorikan dua macam berpikir, yaitu berpikir dengan otak kiri dan berpikir dengan otak kanan. Masing-masing kategori mempunyai karakteristik tersendiri dan berbeda dalam fungsinya. Berpikir dengan otak kiri lebih bersifat rasional, logis, kritis, analitis, dan memberikan timbangan. Berpikir dengan otak kanan mempunyai karakteristik abstrak, konseptual, kreatif, imajinatif, dan intuitif.
Johnson (2014: 214) berpendapat, bahwa berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Johnson juga mengatakan bahwa berpikir kreatif merupakan aktivitas mental yang menumbuhkan ide-ide orisinal dan pemahaman baru. Jadi berpikir kreatif bukanlah berpikir terorganisir dan mencoba untuk fokus pada proses logis, sebagai bagian dari proses berpikir kreatif.
Semakin canggih teknologinya, semakin pintar Anda berpikir. Dengan menggunakan media seperti gadget, laptop, notebook dan lain-lain, Anda dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang memberikan informasi yang komprehensif.
Dengan menggunakan fasilitas yang ada, kita harus bisa memaksimalkan kreativitas kita untuk bersaing dengan pengguna lain. Seseorang akan dikenal karena karyanya, jadi mulailah bekerja dengan seorang pemikir kreatif yang dapat memunculkan ide-ide untuk menciptakan hal-hal menarik dari pendahulunya atau membuka diri, mengembangkan ide-ide yang sudah ada. Dengan melihat dan mengamati karya orang lain, kita bisa mengubah sebuah ide menjadi sebuah karya baru. Pekerjaan ini dapat dijadikan sebagai sumber penelitian dan menjadi hobi yang sangat menguntungkan.
Realitanya masih banyak peserta didik yang menjadikan budaya mengajar adalah sumber pengetahuan mereka yang masih melekat dalam dunia pendidikan di Indonesia. Inilah salah satu tantangan besar yang dapat menghambat perkembangan kreativitas anak. Anak terbiasa menunggu stimulus dari tim pengajar, berupa materi atau pertanyaan, kemudian memberikan jawaban. Metode pembelajaran ini tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan ide atau pendapat pribadi, karena semua tanggapan pengetahuan tampaknya hanya milik pendidik.
Selain itu, pembelajaran yang berorientasi pada nilai juga dapat menghambat kreativitas. Anak hanya bertujuan untuk mengejar prestasi, sehingga mereka terbiasa untuk menghafal materi tanpa sepenuhnya memahami lebih dalam (Kaufman & Sternberg, 2010; Sawyer, 2012). Seharusnya, perlu untuk membangun pengetahuan mereka melalui inkuiri dan debat, sehingga mereka memperdalam pemahaman mereka dan memahami relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut pendapat Santrock (2011: 311), kemampuan berpikir kreatif dapat dikembangkan melalui pembelajaran di sekolah ada 5 langkah dalam proses kreatif yaitu: a) Preparation, yaitu memberikan masalah yang menarik bagi siswa dan merangsang rasa ingin tahu siswa; b) Incubation, yaitu memberi waktu pada siswa untuk memikirkan masalah tersebut dan membantu siswa untuk membuat koneksi yang tidak biasa dalam pemikiran mereka; c) Insight, yaitu saat semua potongan teka-teki terlihat hubungannya dan cocok; d) Evaluation, yaitu dimana siswa menentukan ide yang memiliki nilai dan merupakan sesuatu yang baru; e) Elaboration, yaitu siswa mengembangkan ide-idenya, pada tahap ini biasanya memakan waktu lebih lama.
Oleh karena itu, edukasi kreativitas sangat penting di kalangan pelajar karena siswa akan menerima berbagai informasi dalam kerangka yang lebih luas dan mendalam guna meningkatkan pemahamannya. Dalam pendidikan ini, guru tidak berperan penting dalam pembelajaran, tetapi guru berperan sangat penting dalam mengembangkan mentalitas siswa. Mentalitas ini akan memberikan kesenangan belajar dan menjadi pribadi yang mandiri, terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, pengetahuan diri, konsistensi dan komitmen baik dengan diri sendiri maupun dengan pemula lainnya.
*Penulis adalah peserta didik Kelas Sosioliterasi Gen 2 SMA Negeri 1 Manggar