Generasi Sehat, Generasi yang Tak Kenal PMO!
Oleh: Muqbil Ar Rayyan
Siswa Kelas Sosioliterasi G4
SMA Negeri 1 Manggar
Editor: Ares Faujian
Kecanduan game online memanglah sangat berbahaya dan menimbulkan banyak efek negatif bagi tubuh kita, dan kebanyakan dari kita terlalu berfokus pada masalah ini. Namun ternyata, ada satu kebiasaan buruk yang juga menjadi masalah utama bagi pelajar saat ini atau bahkan orang dewasa sekalipun, yakni kecanduan PMO.
Istilah PMO terdengar asing bagi sebagian orang. Akan tetapi istilah ini penting untuk diketahui dan mungkin di antara kita bertanya-tanya, apa sih sebenarnya PMO itu?
Dikutip dari halodoc.com, PMO atau kepanjangan dari Porn, Masturbate, and Orgasm, adalah aktivitas masturbasi sambil menonton konten dewasa, hingga mencapai orgasme. Seseorang dikatakan PMO apabila orang tersebut sudah tidak bisa menahan gairahnya ketika ada sesuatu yang menggairahkan lewat depan mata mereka.
Seiring dengan berkembangnya teknologi digital termasuk handphone, hal ini menjadi salah satu faktor penyebab adanya aktivitas PMO, dikarenakan begitu cepat dan mudah bagi konten dewasa bertebaran di internet. Adapun faktor lain penyebab seseorang melakukan PMO adalah karena tidak bisa mengontrol hawa nafsunya sendiri.
Dilansir dari liputan6.com, setiap detik dalam sehari ada sebanyak 30.000.000 pengunjung situs dewasa yang menonton porn film. Pernah dilakukan penelitian oleh seseorang dari Universitas Montreal, dimana universitas ini menyurvei pria usia 20-an yang belum pernah menikmati konten dewasa. Hasilnya, ia tidak dapat menemukan satu pun. Berdasarkan survei yang dilaksanakan Kemenkes RI tahun 2017, sebanyak 94% siswa pernah mengakses konten porno yang diakses melalui komik sebanyak 43%, internet sebanyak 57%, game sebanyak 4%, film/ TV sebanyak 17%, media sosial sebanyak 34%, majalah sebanyak 19%, buku majalah 26%, dan lain-lain 4%.
Mirisnya, kebanyakan anak-anak menonton konten dewasa untuk pertama kalinya pada usia 10 tahun, yaitu dengan mengakses situs-situs dewasa tanpa pengawasan orang tua. Apabila anak melakukan hal buruk tersebut hingga berulang kali, dikhawatirkan mereka akan kecanduan dalam melakukan kebiasaan buruk tersebut. Oleh karena itu, peran orang tua sangatlah penting dalam mengawasi dan membatasi aktivitas anak dalam menggunakan handphone.
Sering tampak gugup apabila ada yang mengajak berkomunikasi, prestasi belajar menurun, enggan lepas dari gawainya (gadget) merupakan ciri-ciri anak yang sudah kecanduan PMO. Orang tua yang bijak sudah seharusnya memperhatikan apakah ada perubahan karakter pada anak dan harus ditindak lanjuti agar kebiasaan buruk tersebut tidak berlanjut.
Dampak Kecanduan PMO
Menurut dr. Nadia Nurotul Fuadah dari Alodokter (2022), PMO bisa menyebabkan kerusakan otak bagian depan (tepatnya lobus frontalis, di bagian belakang dahi). Kerusakan ini bisa terjadi karena otak terpapar senyawa erotoksin ketika menonton film porno.
Senyawa kimia ini diproduksi ketika seseorang terangsang secara seksual. Dampaknya, ketika erotoksin diproduksi secara besar-besaran di badan seseorang yang kecanduan PMO, maka hal tersebut juga berpengaruh pada perilaku yang bisa menjadi lebih impulsif, kompulsif, juga emosi yang jadi tidak stabil. Parahnya lagi, orang yang sudah kecanduan PMO tidak bisa membuat keputusan dengan bijak di saat-saat yang genting (dr. Nadia Nurotul Fuadah, 2022).
Pecandu PMO umumnya akan menjadikan film porno sebagai pelarian dari segala keadaan emosinya saat itu, baik saat ia senang, sedih, gelisah, ataupun hanya untuk mengisi kebosanannya. PMO diibaratkan sebagai ‘5 detik kenikmatan yang sesaat’ yang dapat membawamu ke jalan yang sesat. Apabila kamu semakin dalam menjelajahi gelapnya jalan kesesatan ini, maka dampaknya akan berpotensi mengancam masa depan kamu.
Mengapa demikian? Dari berita yang beredar, banyak kasus pernikahan dini dan pemerkosaan berawal dari pelaku yang seorang pecandu PMO. Tingginya hasrat seksual akibat PMO yang dimiliki pelaku menjadi salah satu penyebabnya.
Seperti halnya narkoba, kecanduan pornografi bisa menimbulkan masalah yang serius pada otak kita. Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, kerusakan otak ini juga bisa berakibat buruk pada anak-anak. Kerusakan otak yang ditimbulkan sama dengan kerusakan otak pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pornografi menyerang Pre Frontal Korteks (PFC) yang merupakan salah satu bagian otak manusia paling penting karena hanya manusia yang memiliki bagian otak ini, sehingga manusia memiliki attitude bila dibandingkan dengan binatang. Selain itu, bagian otak inilah yang menjadikan kita bisa membedakan benar dan salah, berpikir dan berencana untuk masa depan serta menata emosi kita.
Akan tetapi, apakah PMO memberikan efek depresi bagi si pecandu layaknya narkoba? Dewasa ini, semakin banyak penelitian yang membahas masturbasi dan hubungannya dengan kondisi psikis. Dahulu, banyak orang yang beranggapan bahwa masturbasi menjadi penyebab adanya gangguan mental. Namun, anggapan tersebut sudah dipatahkan oleh banyak peneliti. Padahal nyatanya, masturbasi ini bisa mendatangkan rasa gembira (sementara). Walaupun dari pandangan agama, budaya, maupun hubungan sosial, perilaku ini memberikan rasa bersalah kepada orang yang melakukannya.
Cara Mengatasi Kecanduan PMO
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi PMO. Salah satunya, bagi kamu pengguna aplikasi tiktok, mungkin tidak asing lagi dengan program yang bernama NNN challenge (Not Nut November).
NNN adalah sebuah challenge yang terdapat di media sosial yang mengharuskan pria untuk tidak masturbasi selama bulan November. Diharapkan apabila seseorang berhasil menjalankan tantangan ini selama satu bulan, kebiasaan untuk tidak masturbasi bisa dikurangi. Program ini bisa dilakukan untuk kamu yang ingin memperbaiki diri dari kebiasaan buruk tersebut. Walaupun tidak harus di bulan November saja.
Selain itu, untuk mengatasi kecanduan PMO, disarankan nikmati waktu kesendirian diisi dengan hal-hal positif seperti beribadah, belajar, berolahraga dan cobalah untuk mencari hobi baru yang dapat meningkatkan kualitas diri. Kalau masih merasa sulit untuk mengurangi frekuensi PMO, cobalah untuk bicarakan hal ini dengan psikolog.
Mengurangi-hingga akhirnya berhenti PMO memanglah bukan hal yang mudah, begitu kata dr. Nadia Nurotul Fuadah. Tetapi, alangkah baiknya, jangan pernah sesekali mencoba masuk ke jurang kelam ini! Karena sekalinya kamu masuk akan sulit untuk keluar.
Sebagai generasi penerus bangsa, tentunya kesehatan mental juga harus diprioritaskan dalam kehidupan kita sehari-hari. Ibarat air putih yang tidak akan berubah warna kecuali terdapat sesuatu yang tercampur di dalamnya, sehingga membuat air tersebut menjadi kotor. Begitu pula dengan otak kita yang harus senantiasa kita jaga agar jangan sampai ternodai dengan hal-hal yang negatif. Karena apabila otak kita sudah ternodai dengan hal-hal buruk, maka secara otomatis akan berpengaruh dengan kesehatan mental kita.
Keterangan:
Artikel opini ini diterbitkan pertama kali oleh surat kabar Belitong Ekspres edisi Senin, 5 Desember 2022.