Getang: Jejak Hulu Ikat Kepala Masyarakat Belitong
Oleh: Bahrul Ulum
Editor: Ares Faujian
Ikat kepala merupakan bagian penting dari pakaian adat suatu daerah. Setiap daerah dikenali secara instan melalui ikat kepala pada pakaian adat yang mereka kenakan. Begitu pun Belitong, masyarakat Belitong juga memiliki ciri khas tersendiri, yaitu getang.
Nama ‘getang’ sendiri secara harfiah berarti kebat atau ikatan kencang. Kata getang merupakan kosakata dari Melayu Kedah. Ikat kepala khas Melayu Kedah yang satu ini digunakan oleh masyarakat Belitong sejak lama. Hal ini diperkirakan sudah masuk sejak abad ke-7.
Menurut Bambang Budi Utomo dalam https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/belitung-dalam-lintas-pelayaran-dan-perdagangan/ menjelaskan bahwa, jaringan pelayaran abad ke-7 Masehi menghubungkan Kanton (Tiongkok) ke Sriwijaya melalui Selat Bangka dari arah barat laut (Palembang sekarang). Selanjutnya, jaringan pelayaran antara Kanton-Jawa melalui perairan di antara Bangka dan Belitong. Kemudian, ada jalur pelayaran yang menghubungkan Chieh-cha (Kedah) dan Sriwijaya. Sementara itu, ada pula jalur lokal yang menghubungkan Sriwijaya dan Wijayapura di Kalimantan Barat.
Dengan demikian, bisa diasumsikan bahwa masuknya getang ke Belitong dapat dipengaruhi oleh jalur dagang Kedah-Sriwijaya yang memiliki titik persinggahan di pulau Belitung (Belitong). Sebagimana diketahui, gerbang pelayaran di pulau Belitung terdapat di bagian utara, yaitu Buding sebagai penyambut kedatangan pelaut dari Kedah untuk singgah.
Benang merah getang berasal dari Kedah juga diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Salina Abdul Manan, Hamdzun Haron serta Zuliskandar Bin Ramli dari Universiti Kebangsaan Malaysia dengan judul Tengkolok sebagai Seni Rupa Melayu. Mereka mencantumkan getang dalam jenis ikat kepala dari negeri Kedah Darul Iman.
Jenis Tengkolok dan Negeri
No. | Negeri | Nama Tengkolok |
1. | Melaka | Helang Bergelar |
2. | Johor Darul Takzim | Temenggung, Justar Singa Menoleh |
3. | Kedah Darul Iman | Pucuk Rebung, Dendam Tak Sudah, Lambung Belalai, Jantung Pisang, Seri Indera Putera, Dayung Emas, Serampang Perak, Bendahara, Bunga Tanjung, Limau Purut, Bunga Batu, Lang Melayang, Semarak, Bunga Padi, Sudu Itik, Getang, Bentara/ Jejawat |
4. | Kelantan Darul Naim | Ketam Budu, Setangan Isih, Bulang Hulu dan Berbulan |
5. | Negeri Sembilan Darul Khusus | Dendam Tak Sudah, Sarang Kerengga, Dendam Berahi, Kacang Dua Daun, Kacang Sehelai Daun, Helang Menyambar, Seluk Timba, Saluak, Tanjak Randai |
6. | Pahang Darul Makmur | Lang Menyongsong Angin, Cogan Daun Kopi, Raja Naik Bersiram, Sekelonsong Bunga, Sunda Menggamit (seperti Ranjau Pergi), Bugis Tak Balik, Getam Pekasam, Ayam Patah Kepak |
7. | Perak Darul Ridzuan | Ayam Patah Kepak, Patah Kepak, Belah Mumbang, Balung Ayam, Mumbang Belah Dua, Pucuk Pisang Patah, Anak Gajah Menyusu, Lang Menyongsong Angin/ Lang Menyusun Angin, Menyongsong Angin, Lang Sioh, Tengkolok Sering, Helang Mengeram, Getam Pekasam/ Garam Sebuku, Megat Terawis, Destar Kreatif, Sekalung Bunga Selingkar Rotan, Anggun Cik Tunggal, Helang/ Lang Patah Sayap |
8. | Perlis Indera Kayangan | Putera Kayangan |
9. | Selangor Darul Ehsan | Setanjuk Sultan, Ikatan Raja Muda, Tengkolok Alang, Helang Menyongsong Angin, Pari Mudik, Sebang Selat, Getam Pekasam, Temenggung, Bendahara, Bugis Tak Balik, Patendro, Gulung Belalai |
10. | Terengganu Darul | Belalai Gajah, Bendahara, Laksamana, Temenggung Datuk Bija Di Raja, Dagang Sakti Di Rantau, Helang Melayang, Jebak Puyuh, Bugis Tak Balik, Temalung Budu, Belah Mumbang, Musang Terjun |
Penggunaan getang di pulau Belitung pada dasarnya tidak berfokus pada reka bentuk seperti tanjakan maupun tengkolok. Getang di pulau Belitung secara hakikat merupakan ‘ikat kepala’ secara universal, sehingga penamaan getang di masyarakat hanya didasari oleh ciri serta metode pembuatan. Misalnya saja getang lilit yang dikenakan oleh lurah Simpang Tige hingga Tuk Laut. Getang jenis ini dinamai demikian disebabkan pembuatan serta bentuknya adalah kain yang dililit kemudian disemat.
Ada pula getang ikat bejumbai yang dikenakan oleh Tuk Ahmad Bujang Selat Nasik. Getang yang beliau kenakan ini dibuat dengan cara diikat, kemudian terdapat sisa kain yang berjuntai/ berjumbai. Penamaan getang ini pun disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Tak hanya dari metode pembuatan saja. Akan tetapi bentuk serta identitas pemakai juga mempengaruhi penamaan getang. Seperti getang aji/ getang haji, getang yang satu ini dikenakan oleh alumni haji sebagai penutup kepala yang secara nasional dikenal dengan sorban. Adapula getang sinding, getang jenis ini digunakan oleh pesilat sinding. Kemudian secara bentuk, adapula getang cacak yang dalam bahasa melayu kuno berarti tegak. Disebut tegak, sebab bentuk lambaian daun dari getang ini dibuat tegak menghadap ke depan yang menjadi simbol tegaknya sebagian agama sebab sudah menikah.
Terlepas dari itu semua, getang hendaklah dimaknai sebagai argot dari pulau Belitung untuk menyebut ikat kepala. Sebab Tuk Hamim (alm), Ayah dari Hasbullah Hamim (alm) salah seorang budayawan Belitong, selalu menggunakan istilah getang untuk merujuk pada ikat kepala. Beliau menyebut udeng Bali sebagai getang Bali, begitu pun udeng Lombok beliau sebut getang lombok.
Semoga tulisan ini semakin memperkaya khazanah keilmuan kita terkait getang dan jati diri Melayu di Bangka Belitung. Sebab, identitas dalam deskripsi jejak hulu ini adalah bagian penting dalam upaya pemajuan kebudayaan, terutama di Negeri Serumpun Sebalai, Kep. Bangka Belitung.

Sumber: Dokumentasi Bahrul Ulum