+62 857 4037 0566
Logo
Menu
  • Home
  • Tentang Kami
  • Berita & Kegiatan
  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.)
  • Fiksi (Cerpen, Puisi, dll.)
  • Dokumentasi
  • Download
  • Hubungi Kami

Latest Blog

  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.)
  • 479
  • Bahrul Ulum
  • 0 Comments

Getang: Jejak Hulu Ikat Kepala Masyarakat Belitong

Oleh: Bahrul Ulum

Editor: Ares Faujian

Ikat kepala merupakan bagian penting dari pakaian adat suatu daerah. Setiap daerah dikenali secara instan melalui ikat kepala pada pakaian adat yang mereka kenakan. Begitu pun Belitong, masyarakat Belitong juga memiliki ciri khas tersendiri, yaitu getang.

Nama ‘getang’ sendiri secara harfiah berarti kebat atau ikatan kencang. Kata getang merupakan kosakata dari Melayu Kedah. Ikat kepala khas Melayu Kedah yang satu ini digunakan oleh masyarakat Belitong sejak lama. Hal ini diperkirakan sudah masuk sejak abad ke-7.

Menurut Bambang Budi Utomo dalam https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/belitung-dalam-lintas-pelayaran-dan-perdagangan/ menjelaskan bahwa, jaringan pelayaran abad ke-7 Masehi menghubungkan Kanton (Tiongkok) ke Sriwijaya melalui Selat Bangka dari arah barat laut (Palembang sekarang). Selanjutnya, jaringan pelayaran antara Kanton-Jawa melalui perairan di antara Bangka dan Belitong. Kemudian, ada jalur pelayaran yang menghubungkan Chieh-cha (Kedah) dan Sriwijaya. Sementara itu, ada pula jalur lokal yang menghubungkan Sriwijaya dan Wijayapura di Kalimantan Barat.

Dengan demikian, bisa diasumsikan bahwa masuknya getang ke Belitong dapat dipengaruhi oleh jalur dagang Kedah-Sriwijaya yang memiliki titik persinggahan di pulau Belitung (Belitong). Sebagimana diketahui, gerbang pelayaran di pulau Belitung terdapat di bagian utara, yaitu Buding sebagai penyambut kedatangan pelaut dari Kedah untuk singgah.

Benang merah getang berasal dari Kedah juga diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Salina Abdul Manan, Hamdzun Haron serta Zuliskandar Bin Ramli dari Universiti Kebangsaan Malaysia dengan judul Tengkolok sebagai Seni Rupa Melayu. Mereka mencantumkan getang dalam jenis ikat kepala dari negeri Kedah Darul Iman.

Jenis Tengkolok dan Negeri

No.NegeriNama Tengkolok
1.MelakaHelang Bergelar
2.Johor Darul TakzimTemenggung, Justar Singa Menoleh
3.Kedah Darul ImanPucuk Rebung, Dendam Tak Sudah, Lambung Belalai, Jantung Pisang, Seri Indera Putera, Dayung Emas, Serampang Perak, Bendahara, Bunga Tanjung, Limau Purut, Bunga Batu, Lang Melayang, Semarak, Bunga Padi, Sudu Itik, Getang, Bentara/ Jejawat
4.Kelantan Darul NaimKetam Budu, Setangan Isih, Bulang Hulu dan Berbulan
5.Negeri Sembilan Darul KhususDendam Tak Sudah, Sarang Kerengga, Dendam Berahi, Kacang Dua Daun, Kacang Sehelai Daun, Helang Menyambar, Seluk Timba, Saluak, Tanjak Randai
6.Pahang Darul MakmurLang Menyongsong Angin, Cogan Daun Kopi, Raja Naik Bersiram, Sekelonsong Bunga, Sunda Menggamit (seperti Ranjau Pergi), Bugis Tak Balik, Getam Pekasam, Ayam Patah Kepak
7.Perak Darul RidzuanAyam Patah Kepak, Patah Kepak, Belah Mumbang, Balung Ayam, Mumbang Belah Dua, Pucuk Pisang Patah, Anak Gajah Menyusu, Lang Menyongsong Angin/ Lang Menyusun Angin, Menyongsong Angin, Lang Sioh, Tengkolok Sering, Helang Mengeram, Getam Pekasam/ Garam Sebuku, Megat Terawis, Destar Kreatif, Sekalung Bunga Selingkar Rotan, Anggun Cik Tunggal, Helang/ Lang Patah Sayap
8.Perlis Indera KayanganPutera Kayangan
9.Selangor Darul EhsanSetanjuk Sultan, Ikatan Raja Muda, Tengkolok Alang, Helang Menyongsong Angin, Pari Mudik, Sebang Selat, Getam Pekasam, Temenggung, Bendahara, Bugis Tak Balik, Patendro, Gulung Belalai
10.Terengganu DarulBelalai Gajah, Bendahara, Laksamana, Temenggung Datuk Bija Di Raja, Dagang Sakti Di Rantau, Helang Melayang, Jebak Puyuh, Bugis Tak Balik, Temalung Budu, Belah Mumbang, Musang Terjun
Sumber: Conference Paper Persidangan Antarabangsa Pengajian Alam Melayu 2020 dengan Judul “Tengkolok Sebagai Hasil Seni Rupa Melayu” https://www.researchgate.net/publication/346445241

Penggunaan getang di pulau Belitung pada dasarnya tidak berfokus pada reka bentuk seperti tanjakan maupun tengkolok. Getang di pulau Belitung secara hakikat merupakan ‘ikat kepala’ secara universal, sehingga penamaan getang di masyarakat hanya didasari oleh ciri serta metode pembuatan. Misalnya saja getang lilit yang dikenakan oleh lurah Simpang Tige hingga Tuk Laut. Getang jenis ini dinamai demikian disebabkan pembuatan serta bentuknya adalah kain yang dililit kemudian disemat.

Ada pula getang ikat bejumbai yang dikenakan oleh Tuk Ahmad Bujang Selat Nasik. Getang yang beliau kenakan ini dibuat dengan cara diikat, kemudian terdapat sisa kain yang berjuntai/ berjumbai. Penamaan getang ini pun disesuaikan dengan kondisi tersebut.

Tak hanya dari metode pembuatan saja. Akan tetapi bentuk serta identitas pemakai juga mempengaruhi penamaan getang. Seperti getang aji/ getang haji, getang yang satu ini dikenakan oleh alumni haji sebagai penutup kepala yang secara nasional dikenal dengan sorban. Adapula getang sinding, getang jenis ini digunakan oleh pesilat sinding. Kemudian secara bentuk, adapula getang cacak yang dalam bahasa melayu kuno berarti tegak. Disebut tegak, sebab bentuk lambaian daun dari getang ini dibuat tegak menghadap ke depan yang menjadi simbol tegaknya sebagian agama sebab sudah menikah.

Terlepas dari itu semua, getang hendaklah dimaknai sebagai argot dari pulau Belitung untuk menyebut ikat kepala. Sebab Tuk Hamim (alm), Ayah dari Hasbullah Hamim (alm) salah seorang budayawan Belitong, selalu menggunakan istilah getang untuk merujuk pada ikat kepala. Beliau menyebut udeng Bali sebagai getang Bali, begitu pun udeng Lombok beliau sebut getang lombok.

Semoga tulisan ini semakin memperkaya khazanah keilmuan kita terkait getang dan jati diri Melayu di Bangka Belitung. Sebab, identitas dalam deskripsi jejak hulu ini adalah bagian penting dalam upaya pemajuan kebudayaan, terutama di Negeri Serumpun Sebalai, Kep. Bangka Belitung.

Pemakaian Getang Cacak oleh Pengantin Laki-laki Belitong di Manggar Tahun 1970
Sumber: Dokumentasi Bahrul Ulum
  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Pinterest
  • Linkedin

Write a comment Cancel reply

Recent Posts

  • Jauh Dari Kampung Halaman, IKPB Cabang Yogyakarta Semarakkan Agustusan di Tanah Rantau
  • Resesi dan Cara Jitu Masyarakat Kelas Menengah dalam Menghadapinya
  • Ibu, Terima Kasih!
  • Sepeda Baru
  • Sekolah Impian

Archives

  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • December 2022
  • November 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • August 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019

Categories

  • Beasiswa (2)
  • Fiksi (Cerpen, Puisi, dll.) (199)
  • Kegiatan KMB (17)
  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.) (209)
  • Prestasi (5)
  • Project KMB (10)
  • Redaksi (20)
  • Tokoh Pemuda (8)
© 2021 Karya Muda Belitung.