Good Morning, Mr. Christ (Bagian 4)
Oleh:
Bryant Hadinata
Editor:
Ares Faujian
Beberapa lembar surat kebanggaanku untuk kelas X IPS 4 hampir selesai. Tetapi, tanpa kusadari sebanyak 15 surat cacat dari 25 surat yang dicetak.
“Ahh, kenapa jadi begini?!” aku bergumam seorang diri. Tempat print sangat dekat dengan pintu masuk. Tanpa kusadari dekat pintu, Putri melihatku.
“Putri, ada apa? Udah berapa lama kamu diri di situ??” tanya diriku dengan sopan. Baru kali ini guru sepertiku harus takut siswanya marah jika ditanya.
“Ngak, Pak. Cuma lewat,” Putri langsung pergi. Aku pun kembali mengatur printer ini tanpa berpikir panjang.
Syukurlah, printer-nya sudah bisa dipakai dan semua surat sudah kucetak. Bukan aku yang memperbaiki printer-nya, tapi Pak Hasan yang perbaiki.
Dengan secepat kilat, aku langsung bertindak, memanggil Putri ke ruang guru untuk membagikan surat ini ke seluruh siswa di kelas. Saat Putri membaca surat itu di depanku, ia berkata dengan lembut,“Bapak kenapa segitunya dengan kami?” baru kali ini nada bicaranya lembut di depanku. Mimpi apa aku semalam?! Aku pun juga menjawabnya dengan lembut, “Bapak kan guru Bahasa Inggris kalian sekarang. Ya, mana mungkin Bapak biarin kalian kayak gitu? Nilai latihan kelas kamu yang tinggi cuma orang itu-itu aja, dan itu pun harus nyontek baru bisa tinggi. Bapak mana mungkin diam aja, kan? Udah, mending kamu bagi tuh suratnya.”
“Guru lain gak pernah begini ke kelas,” Putri masih belum beranjak dari mejaku.
“Hehe, kamu ini pintar berkomentar, ya. Bapak gak mau jadi guru yang hari ini latihan, nilainya kecil tinggi terserah, besoknya mencatat di papan tulis udah itu kalian belajar di rumah, terserah siswanya mau mengerti materi atau tidak, apa adanya yang kayak gitu bukan style Bapak mengajar. Bapak gak mau bidang Bapak terancam hanya gara-gara nilai siswa rendah semua satu kelas. Itu kan namanya aneh! Kan tugas guru itu mengajar, jadi harusnya masalah nilai itu gak mungkin, dong jadi masalah? Makanya Bapak gak mau sampai itu terjadi. Kalian pasti bisa, hanya butuh sedikit edit mindset. Bagaimana?? Understand???”
“Hmmm, yes…” baru kali ini juga Putri berbicara dengan Bahasa Inggrisnya yang kunantikan berhari-hari. Bak mendengar bayi mengucap kata pertama. Sudah jelas sepertinya semalam aku bermimpi aneh.
Di surat itu aku menulis permohonan izin kepada orang tua untuk mengizinkan mereka belajar pelajaran tambahan Bahasa Inggris setelah pulang sekolah selama kurang lebih 1 jam setiap hari Selasa dan Jumat. Aku harap dengan begitu, kelas ini dapat segera tercerahkan saat ujian.
Seperti yang aku duga, hampir semua siswa mengeluh. Begitu aku mampir ke kelas itu, mereka mulai menunjukkan wajah tidak senang di hadapanku.
“Pak, masa cuma kelas kita yang dikasih surat ini? Kan gak adil!” protes Doni.
“Siapa bilang gak adil? Hanya kelas ini kan yang nilainya anjlok terus? Itu artinya harus dikasih pelajaran tambahan. Salah kalian sendiri ribut terus pas Bapak lagi beri penjelasan. Pokoknya kalau kalian kabur, Bapak akan menemui orang tua kalian.”
“Aku tinggal sama nenek, Pak,” saut Putri.
“Mau tinggal sama bapak, emak, kakek, nenek, kakak, tante, om-om, tetangga, kakek-nenek buyut, tetap Bapak panggil. Is it clear???” aku membalas dengan tegas.
Setiap hari Selasa dan Jumat, sepertinya segalanya berjalan lancar. Aku terus berusaha membimbing mereka walaupun beberapa tampak tidak ikhlas. Putri contohnya. Ia harus berusaha melawan cobaan rasa malas dan godaan bel pulang sekolah yang selalu dinantikan semua siswa. Mereka harus ditindaki seperti ini. Toh, guru lain setuju sekali, walaupun sebenarnya pesimis dengan hasilnya. Aku tetap tidak peduli. Yang penting aku tetap berusaha sebaik mungkin.
Beberapa hari aku mengadakan pelajaran tambahan wajib ini, segalanya memang tampak lancar. Yang membuatku merasa bangga, nilai mereka sebagian besar lebih baik dari yang sebelumnya sangat mengerikan. Segalanya tampak aman terkendali, sampai pada suatu hari ada satu siswa yang mulai menghilang dari pelajaran tambahan. Ia adalah Raffy.
Raffy sering sekali bolos jam tambahan. Yang lebih buruk lagi ia selalu tidak fokus di kelas dan lebih fokus melihat keluar jendela dibandingkan aku. Sebenarnya, ia anak yang bisa dikatakan lebih cerdas dari yang lain. Tapi, tergantung mood-nya. Hingga suatu hari, aku bertanya kepadanya apa alasan bolosnya. Ia menjawab, “Orang tuaku gak setuju, Pak.”
“Masa orang tua kamu gak setuju? Kalau gitu besok Bapak ke rumah kamu, ya.”
Tiba-tiba, wajah Raffy berubah drastis. Ekspresi yang tidak bisa ditebak. Aku tidak peduli. Intinya ia harus menyampaikan pesanku kepada Ayah-Ibunya. Keesokan harinya, saat aku sedang mengajar di kelas lain, saat itu juga Bu Trisna, guru BK memanggilku.
“Permisi, Pak Christ. Eh, ada orang tua murid di ruang BK mau ketemu.”
“Oh iya? Perasaan saya gak bikin janji.”
“Pokoknya dia lagi nunggu, Pak. Yuk, cepat! Kayaknya mau bicara serius.”
Aku pun terpaksa memberikan latihan kecil di kelas. Saat berjalan ke ruang BK, terbesit perasaan panik dan penasaran.
Sesampainya di BK, seorang wanita yang tinggi, lengkap dengan dandanan tebal di wajahnya dan berjaket motif macan tutul sedang duduk di sofa.
“Bapak yang namanya Pak Christ, kan?” tanya wanita itu pedas. Aku pun mulai berpikir kalau suasana ini tidak akan begitu bagus.
“Iya. Ibu ini siapa, ya? aku kembali membalas dengan nada pedas tetapi ditutupi dengan senyuman.
“Saya Mamanya Raffy,” ia menjawab spontan yang membuatku kaget. Bu Trisna mulai berbicara,
“Raffy yang kelas X IPS 4 kan, ya?”
“Saya ini lagi berbicara dengan Pak Christ, Bu.” Suasana langsung berubah panas dengan aura yang kuat dari wanita bermulut pedas berbibir merah pekat lipstik. Bu Trisna terdiam. Aku tahu kalau sepertinya akan ada sesuatu yang tidak beres. Terlebih lagi aku ingin tahu apa yang Raffy sampaikan kepada Ibunya tentangku yang membuat Ibunya datang tanpa membuat janji.
Untuk pertama kalinya, aku bertemu dengan orang tua siswa yang tampak tidak senang dengan guru sepertiku.
*Bersambung
Bagian 1 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-1/
Bagian 2 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-2/
Bagian 3 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-3/
Bagian 5 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-5/
Bagian 6 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-6/
Bagian 7 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-7/
Bagian 8 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-8/
Bagian 9 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-9/
Bagian 10 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-10/