Good Morning, Mr. Christ (Bagian 7)
Oleh:
Bryant Hadinata
Editor:
Ares Faujian
Awalnya, aku berpikir hanya kelas X IPS 4 yang tidak akan selamat dengan nilai ujian Bahasa Inggris. Nilai tertinggi adalah 92 dan ia adalah Raffy. Nilai terendah adalah 68. Dan orang itu adalah Putri. Hmmm, ya, setidaknya bukan 50. Setelah merenung dengan hasil ujian, aku langsung melaporkan ini semua kepada Bu Tiara sebagai sesama guru Bahasa Inggris. Ia pun langsung merespon,
“Ini serius, nih? Paling rendah 68??”
“Iya, tuh. Si Raffy aja 92. Rata-rata masih bisa ketolong sama nilainya,” curhat diriku.
“Putri itu gak pernah dapat setinggi itu, loh, Pak. Soalnya gue pernah ngajar di kelas itu juga. Dulu, kelas itu gak pernah dapat nilai aman kayak gini,” kata-kata Bu Tiara pun selalu disertai wajah terheran-heran.
“Masa, sih?? Apa soalnya terlalu gampang kali ya? Semua soal kelas X aku yang buat,” aku pun menunjukkan soal ujian kelas X.
“Semua soalnya standar. Gak terlalu gampang, gak terlalu susah juga. Wahh, berarti usaha Bapak gak sia-sia. Tapi, yakin mereka gak nyontek?” Bu Tiara langsung membuatku juga bertanya-tanya. Apa mungkin mereka curang??? Aku harus bertanya siapa pengawas ruang ujian mereka. Saat aku mencari info dengan beberapa guru dan Tata Usaha yang mengurus segalanya, ternyata saat itu yang mengawas ujian adalah Ibu Imelda, guru yang galak dan amat tegas di mata kalangan siswa sekolah ini. Jelas sekali jika ada yang tertangkap basah menyontek, mereka tidak akan pernah selamat dari ‘semprotan’ Bu Imelda. Setelah aku bertanya ke orangnya langsung, Bu Imel pun mengingat dengan jelas kalau tidak ada yang menyontek. Hanya gerak-gerik ingin menyontek saja yang tampak di kelas itu. Tapi, mereka tetap tidak berani curang, kata Ibu Imelda yang membuatku berbangga hati.
Sambil membanggakan diri di dalam hati, tapi bukan sombong, aku pun ingin memberitahu kabar nan indah ini langsung ke kelas X IPS 4. Saat aku mampir, para wanita kelas itu pun langsung bersorak gemulai, “Good Morning, Mr. Christtt!!!”
“Ini udah siang tahu. Oh iya, Bapak ingin memberitahu sesuatu.”
“Hah?? Apa, tuh?? Apa, tuh??? Pasti nilai kitaa!! Aku dapat berapa, Pak???” semua pun penasaran. Siswa dari kelas sebelah pun langsung ikut heboh.
“Tenang dulu. Rata-rata banyak yang tinggi. Khusus kelas X IPS 4, kalian bisa dibilang masih selamat. Paling rendah cuma 68.”
“HOREEEEEEEEE!” semuanya tampak bangga setelah mendengar nilai terendah di kelas itu hanya 68. Kemudian, aku memberitahu kalau Raffy paling tinggi. Raffy pun memasang ekspresi sombong dan pede. Kemudian, Putri datang menghampiriku,
“Pak? Yang paling rendah pasti aku ya, Pak?”
“Iya. Sayang banget, loh. Padahal, kamu sebenarnya udah ada peningkatan,” aku pun berkata demikian. Awalnya aku mengira Putri akan mengeluh karena soal yang kubuat terlalu sulit untuknya. Ternyata tidak. Justru aku dibuat terkejut kembali,
“Maaf ya, Pak.”
“Hahh?? Maaf???” aku memastikan kata yang keluar dari mulutnya.
“Iya. Putri kurang waktu untuk belajar di rumah, Pak.”
“Hmmm, biasanya kamu malas banget untuk belajar.”
“Ihhhhh! Bapak, mah!!” Putri sebel dengan candaanku.
Aku pun bertanya apa alasannya. Tetapi, Putri tampak tidak mau untuk membahasnya. Apapun itu masalahnya, aku pun kembali berkata padanya, “Yaa, yang penting kan kamu udah berusaha semampu-mampunya juga udah syukur banget, loh. Bapak gak nyangka Putri sekarang ada kemajuan. Kelas kamu juga, loh. Yang penting juga, nilai kamu ngak ambruk banget,” setelah aku memberinya semangat, Putri langsung berkata,
“Ehh, waktu itu Putri lihat Bapak print surat untuk kita. Jadi, dari situ ada rasa gak enak kalau Putri gak bisa dapat nilai yang tinggi. Bapak udah berusaha untuk kita. Gak pernah guru lain seantusias itu ke kita. Karena kita kelas terbandel. Tapi, cuma Bapak yang masih sanggup sama kita, bahkan sama Putri,” aku tak menyangka ia akan berkata seperti itu. Ternyata, dibalik kegarangannya, Putri memang siswi yang baik. Hanya saja, pasti ada alasan mengapa ia menjadi anak yang bertindak semaunya. Aku merasa sangat bersyukur dan semakin membanggakan diri. Haha! Rupanya, tidak sia-sia semua yang kulakukan untuk mereka. Walaupun, ini baru sebagian kecil, tapi aku sudah sangat bersyukur. Aku pun memegang bahunya dan berkata pelan,
“Bapak kan di sini tujuannya untuk mendidik dan mengajar kalian. Makanya Bapak berusaha semaksimal mungkin. Walaupun, Bapak guru yang masih baru di sini. Bapak tahu, kok kalau Putri sama kawan-kawan kelas kamu itu cuma butuh lebih diperhatikan aja. Buktinya, yaa, inilah buktinya. Bapak gak peduli kalian mau benci Bapak atau ngak, yang penting Bapak tetap berusaha sebaik mungkin,” ternyata anak-anak lain menguping apa yang aku bicarakan dengan Putri. Mereka memasang wajah terharu sambil berkata,
“Ahhhh, Bapak so sweet, deh. Hahahahaha!”
Aku merasa jadi agak malu. Ya, itulah kisah hari ini. Mungkin bisa dibilang, aku guru muda yang terlalu dekat dengan siswa. Tetapi, tetap saja aku tahu kalau aku adalah guru. Aku hanya berusaha untuk membuat mereka senang, tidak merasa terbebani atau sengsara saat bersekolah.
Saat liburan sekolah tiba dan semua siswa dinyatakan naik kelas, aku pun menikmati waktu yang kumiliki. Berlibur dengan orang tua yang masih ada untukku, bersantai di rumah, atau menyeruput coklat hangat setiap pagi sambil membaca buku Bahasa Inggris dan buku kesukaanku. Ada hari di mana aku merasa sangat malas untuk keluar dari rumah.
Setelah berbulan-bulan lamanya, hari untuk kembali bersekolah pun tiba. Tentu ada rasa malas di hari Senin. Wajar. Namanya juga hari Senin. Tetapi, aku harus semangat. Ini adalah hari penyambutan siswa baru. Saat aku melihat adik kelas yang baru, aku jadi teringat dengan masa saat aku masuk pertama kali ke SMA. Aku ingat saat itu hanya diriku yang mengenakan seragam olahraga SMP. Ingin aku tertawa mengingat semua masa laluku.
Beberapa hari setelahnya, aku pun diberitahu kalau ternyata aku adalah wali kelas di salah satu kelas XI. Aku terkejut sekali. Penasaran dengan kelas yang akan aku tempatkan, aku pun bertanya ke Tata Usaha. Dan ternyata aku adalah wali kelas XI IPS 4.
*Bersambung
Bagian 1 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-1/
Bagian 2 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-2/
Bagian 3 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-3/
Bagian 4 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-4/
Bagian 5 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-5/
Bagian 6 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-6/
Bagian 8 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-8/
Bagian 9 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-9/
Bagian 10 https://belitungmuda.com/good-morning-mr-christ-bagian-10/
One Comment