Hantu Taman Kota
Oleh: Ghulam Muhammad Ryu
Siswa SMPN 4 Manggar
Editor: Ares Faujian
Wanita itu tiba-tiba menghilang di keramaian. Sejak saat itu, aku tak pernah lagi melihatnya.
Sudah 3 tahun sejak terakhir kali aku bertemu dengan wanita cantik itu. Matanya yang merefleksikan pelangi itu masih bisa jelas aku ingat. Dia menghilang begitu saja saat festival Hari Pendidikan di Taman Kota.
Wanita itu tidak satu sekolah denganku, aku tak melihatnya memakai baju sekolah manapun. Tetapi aku terjatuh pada pandangan pertama, kontak mata selama 3 detik itu tak pernah kulupakan. Aku sangat ingin mengobrol dengannya, tetapi apa kata takdir? Dia menghilang begitu saja, bahkan aku tidak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengannya.
“Ah, ke mana dia pergi? Cepat sekali hilangnya!”
Aku tak pernah ingin bertemu dengannya, namun sekarang aku melihatnya setiap hari. Dia selalu di sana, di bayangan jendela, aku melihatnya di kopi pagiku, dan caranya memandangku. Dia adalah hantu Taman Kota.
Sekarang hari perayaan kelulusan. Suasana yang tidak berbeda sejak 3 tahun lalu, sinar matahari sore masih menyorot bangku yang biasa wanita itu duduki, tapi sayang bukan wanita itu yang mendudukinya.
Aku ingin sekali mengobrol dengan wanita itu. Wanita yang sungguh cantik, bulu matanya lentik, serta liuk tubuhnya yang elok. Semakin membuatku ingin lekas menemuinya lagi.
Hari semakin sore, saatnya acara penutupan.
Para murid tergesa-gesa dan berkerumun meninggalkan acara, tetapi di tengah-tengah kerumunan itu, aku melihat sesosok wanita yang tak familiar, dan tak salah lagi, aku melihat wanita itu di antara kerumunan siswa.
Aku bergegas mengejarnya. Menerobos masuk dalam kerumunan, berdesak-desakan. Namun hasilnya nihil. Wanita itu menghilang sekejap mata di kerumunan.
***
Waktu berlalu sekian tahun, kini umurku 26 tahun. Aku memutuskan untuk mengadu nasib di Jogja. Aku bekerja sebagai tukang pos di sana.
Sudah 8 tahun aku tidak kembali ke kampung halaman. Aku sungguh rindu dengan suasana taman, suasana sore yang menghangatkan, dan juga sosok wanita itu.
Karena tak tahan rindu dengan kampung halaman, akhirnya aku pulang ke rumah, Manggar.
“Alhamdulillah, kini aku bisa kembali ke Manggar, Kota 1001 Warung Kopi. Rindu sekali dengan suasana kota di sana. Walaupun sederhana, namun bertaburan makna.”
Setelah berada di Manggar, aku lekas pergi ke Taman Kota, menikmati hawa sejuk sekaligus hangat angin sore.
Kurasa dirgantara sedang bercanda denganku. Aku melihat wanita itu kembali di seberang jalan terminal kota. Seperti biasa, aku lekas mengejar wanita itu, dan seperti biasa pula, dia menghilang, ditelan bumi.
Sekarang umurku 38 tahun, dan masih bekerja sebagai tukang pos. Bedanya, sekarang aku bekerja di kampung halamanku.
Suatu hari, aku mendapat tugas mengirim surat ke suatu acara pernikahan, dan di sanalah aku melihat wanita itu. Duduk berdua di pelaminan bersama lelaki lain.
-Selesai-
Foto: Dyon Amuk
Lokasi: Taman Kota Manggar