Kisah Pengalaman Kami dengan Guru Paling Sabar
Oleh: Meliza
Siswa SMPN 4 Kelapa Kampit
Pada saat hari pertamaku masuk sekolah SMP Negeri 4 Kelapa Kampit, aku sangat gugup karena semua serba baru, guru baru, teman baru dan lain-lainnya serba baru. Aku gugup karena takut dengan guru baru di sekolah baru itu. Namun lama-kelamaan rasa gugup dan takut itu hilang menjadi rasa sayang. Di situlah aku menemukan pengalamanku.
Aku mempunyai mata pelajaran dan guru favorit. Nama mata pelajaran favoritku adalah bahasa Indonesia dan guru favoritku adalah Bu Sri Utami yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia pula. Bu Sri Utami orangnya cantik, sabar, dan lucu. Bu Utami juga lucu karena bisa diajak bercanda, sebab itu aku memilih Bu Utami sebagai guru favoritku hingga saat ini.
Suatu hari, di sekolah tepatnya, di dalam kelas ada pelajaran Bahas Indonesia. Ada seorang siswa bernama Wicak. Dia sering protes di salah satu pelajaran yaitu pelajaran bersama Bu Utami. Setiap hari terjadi begitu terus, entah apa yang dipikirkan Wicak. Lama kelamaaan si Rahmat Soebarno kesabarannya habis, dan dia menegur Wicak
“Kenapa kamu selalu protes saat pelajaran Cak? “Apa salah guru itu kepada kita?” tanya Rahmat.
“Pelajarannya terlalu sulit terlalu, Gus,” jelas Wicak.
“Astagfirullah, kalau pelajarannya terlalu rumit kamu bisa menjelaskan yang baik dengan Bu Sri Utami, bukan malah menegurnya seperti itu Wicak,” jelas Rahmat
Tetapi dalam pelajaran lainnya Wicak tidak pernah protes. Hanya di pelajaran Bu Sri Utami saja.
Hari berikutnya saat pelajaran itu lagi, kembali kelakuan Wicak seperti biasa. Dan kali ini Rahmat tidak menegur lagi. Karena malamnya Rahmat menge-chat Bu Utami untuk menjelaskan semuanya.
“Bu, mohon maaf sebelumnya atas kejadian tadi saat pelajaran panjenengan ada teman yang protes. Saya berencana akan melaporkan ke Wali Kelas dan BK,“ jelas Rahmat.
“Tidak usah Mat, santai aja. Kita menghadapi hal yang seperti itu kita harus bisa sabar,” kata Bu Utami.
Keesokan paginya, waktunya pelajarannya Bu Utami. Selang beberapa menit di tengah-tengah pembelajaran, Bu Sri Utami berkata;
“Tolong biasakan kendalikan emosi. Siapa yang tidak menghormati gurunya, ilmu yang kalian dapat tidak akan bermanfaat dan tidak akan berkah. Jadi hormati Bapak dan Ibu Guru, supaya ilmu yang kalian dapat menjadi bermanfaat dan barokah, “ jelas Bu Sri Utami.
Beberapa hari kemudian pelajaran itu berhenti sementara, karena saat itu beliau ada tugas. Saya sangat merindukan pelajaran itu. Tiba-tiba Wicak menghampiri saya dan bertanya, “Gus, kamu merindukan pelajarannya Bu Uut?” tanya Wicak.
“Sebenarnya ya begitu, tapi beliau ada tugas, “ kata Rahmat
“Bagaimana kabarnya Bu Ut?” tanya Wicak.
“Kenapa kamu menanyakan Bu Sri Utami? Dulu beliau saat di tengah-tengah kita, kamu selalu protes dengan pelajaran beliau. Sekarang beliau tidak hadir, kamu menanyakannya. Seharusnya kamu malu,” kata Rahmat.
“Semoga Bu Sri Utami bisa hadir kembali ditengah-tengah kita lagi,” kata Rahmat dalam hati.
Alhamdulillah memasuki semester 2 pembelajaran Bu Sri Utami mulai lagi dan sikap Adhelia sudah mulai berubah. Ketika pembelajaran Bu Sri Utami. Wicak sudah tidak protes lagi dan mengikuti pembelajaran itu dengan senang hati.
***
Mulai masuk semester 2 ada cerita lagi. Cerita ini datang dari Danil, Redho, dan Daffa. Saat itu saat pelajaran Bahasa Indonesia sekaligus jadwal presentasi kelompoknya TRIO MARMUT, yaitu Widia, Cahaya, dan Yenni.
Setelah mereka berpresentasi pasti ada pertanyaan dari Bu Sri Utami. Tiga siswa yang mendapat pertanyaan yaitu Danil, Redho, dan Daffa. Setelah itu mereka bertiga tidak dapat menjawab pertanyaan dari Bu Sri Utami. Terus Bu Sri Utami berkata;
“Konsentrasi ya, kamu perlu konsentrasi. Your Focus ya! Kalau kamu tidak fokus dan hanya mengomentari orang lain kamu akan kehilangan sesuatu, ilmunya hilang. Kalau susah konsentrasi, coba sholat 5 waktunya itu ditertibkan. Kalau sudah tertib itu insyaallah akan ada peningkatan dalam diri kamu, “ jelas Bu Sri Utami
Setelah itu untuk mencairkan suasana, beliau memutar lagu Tombo Ati karaoke. Siswa pertama yang menyanyikan adalah Redho. Dan dari situlah Rahmad menamakan cerita itu dengan nama “Kisah Kelas Dibalik Pelajaran Tombo Ati Kerinduan”.
Memang bagi Rahmat, pembelajaran beliau selalu menginspirasi. Bukan hanya Rahmad saja, tapi siapa pun yang mengikuti pembelajaran bersama Bu Sri Utami akan merasakan kalau Bu Sri Utami adalah tokoh inspirasi.
Suatu hari Rahmad pernah mengeluh, “Kenapa ya dari dulu nilai tetap begini. Ini salahku karena tidak belajar?“ kata Rahmat.
Bu Sri Utami berkata,“ Sabar, tidak usah mengeluh, tetap berjuang. Seorang pendekar harus tangguh dan sabar, “ jelas Bu Sri Utami.
Memang Bu Sri Utami adalah salah satu guru favorit Rahmat, tokoh inspirasi dan cerita ini pun diambil dari beliau yang sangat menginspirasi dan selalu membuat semangat.
“Dari Bu Sri Utami saya belajar, bahwa semua manusia itu pasti akan mendapat ujian dari Allah. Bagaimana ketika kita diuji, jika kita diuji kita menghadapi ujian itu dengan kesabaran, tetap fokus untuk melangkah, tidak mengeluh, tetap tertib beribadah, insyaallah kita akan bisa melampaui ujian itu, dan bisa menuju kebahagiaan dan keberkahan dalam kehidupan,” ujar Rahmad.
Terima kasih ibu sudah memberikan kami ilmu yang bermanfaat dan maafkan kami bu jika selama ini kami banyak salah. Sekian cerita pendek dari saya saya ucapkan terimakasih.
.
TAMAT
Pic by Pixabay