Lathi dan Nasionalisme dalam Era 4.0
Oleh:
Eki Piroza
Guru SMP Negeri 3 Kelapa Kampit
Editor:
Ares Faujian
“Lathi”, sebuah lagu dengan genre EDM (Electric Dance Music) beberapa minggu ini menjadi trending topic di jagat media sosial. Bermula di YouTube dengan sudah lebih 53 juta kali ditonton (per Minggu 14 Juni 2020), kemudian berlanjut di Tiktok Challenge, dengan menampilkan wajah yang penuh riasan. Lagu ini merupakan sebuah mahakarya genius dari sebuah grup music bernama Weird Genius (Reza ‘Arap’ Oktovian, Eka Gustiwana, dan Gerald Liu). Nama-nama yang sudah tidak asing dalam dunia hiburan di Indonesia.
Pesan yang terkandung dalam lagu “Lathi” berdasarkan pernyataan Reza ‘Arap’ Oktovian, bercerita tentang toxic relationship (hubungan penuh dusta dan ego) dalam kehidupan. Kata “Lathi” diambil dari bahasa Jawa yang berarti ucapan atau tutur kata. Music EDM yang mereka bawakan juga memasukan unsur-unsur lokal seperti beberapa suara gamelan dan lain-lain, serta di dalam lagu ini juga termuat bahasa Jawa yang dibawakan Sara Fajira.
Yang menarik dari Lathi adalah, efek dari lagu ini semakin membuat kita bangga dengan karya anak bangsa yang bisa menembus pasar internasional. Bahkan, membuat banyak pemuda-pemuda lain terpicu untuk bisa berkarya seperti yang dilakukan oleh Weird Genius. Beberapa peserta didik penulis di level SMP bahkan ada yang bercita-cita menjadi musisi EDM dan ingin mengenalkan budaya Indonesia karena terinspirasi dari mereka.
Secara tidak langsung, sebenarnya Lathi telah membangun alam bawah sadar para pemuda untuk lebih mencintai dan bangga pada kekayaan budaya yang dimiliki. Apa yang dilakukan oleh Weird Genius ini sebenarnya merupakan salah satu cara menumbuhkan ‘nasionalisme’. Di mana, nasionalisme berarti suatu paham yang menggangap bahwa kesetiaan tertinggi atas pribadi harus diserahkan kepada negara kebangsaan atau nation state. (Miriam Budiarjo, 1996).
Adapun jenis nasionalisme terdapat dua, yakni nasionalisme dalam arti sempit dan dalam arti luas. Sedangkan yang dikembangkan oleh Weird Genius masuk dalam kategori nasionalisme dalam arti luas, karena memunculkan perasaan cinta yang tinggi atau bangga terhadap tanah air dan tidak memandang rendah bangsa lain. Dan dalam era globalisasi inilah tantangan nasionalisme muncul.
Pada masa kini, seiring dengan era globalisasi, proses penyebarluasaan informasi terjadi secara luar biasa di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi Indonesia. Salah satunya yakni, semakin mempermudah mengetahui perkembangan dunia serta bagi sektor-sektor lainya seperti di bidang ekonomi, yaitu distribusi barang akan terjadi lebih meluas sampai ke belahan manapun.
Tetapi di sisi lain, globalisasi juga ibaratkan dua mata pisau. Di mana, ada dampak positif dan dampak negatif. Di sisi positif, salah satunya ditandai dengan semakin terhubungnya setiap individu di seluruh dunia satu sama lainya. Akan tetapi, disisi lainnya juga membawa dampak negatif seperti dengan adanya globalisasi yang ditandai dengan rendahnya rasa nasionalisme di kalangan anak muda. Hal ini bisa terlihat dengan semakin tingginya pengaruh budaya asing di dalam tata sosial pergaulan anak muda. Misalnya dari gaya berbusana, gaya bergaul dalam kehidupan, serta hal-hal lainya yang mengarahkan kepada berkurangnya penghargaan terhadap nilai-nilai lokal (local value).
Sehingga, sebenarnya apa yang digagas oleh Weird Genius merupakan salah satu sarana untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pada pemuda Indonesia dengan pendekatan kekinian. Hal ini senada dengan gaya hidup di era baru 4.0, di mana setiap orang bisa berkreasi dan berkarya tanpa batas dan memang benar adanya bahwa menumbuhkan nasionalisme pada masa sekarang tidak bisa hanya melalui lisan dan berbagai teori-teori yang disampaikan. Akan tetapi harus dalam bentuk lain yang lebih transformatif dan bisa dengan mudah diterima oleh kalangan muda, salah satu melalui sarana musik. Salut untuk Weird Genius, mereka bisa menjadi influencer bagi pemuda lain untuk lebih mengenalkan budaya lokal untuk bisa lebih dikenal di kancah internasional.
*Tulisan ini dibuat sambil mendengar “Lathi” Weird Genius