Liburan Di Desa Nenek
Karya: Decha Dwi Armita
SMPN 4 Kelapa Kampit
Editor: Bryant Hadinata
.
Pada suatu hari, Anna dan keluarganya hendak pergi liburan ke desa neneknya. Mereka menempuh perjalanan selama 3 jam dari kota ke desa neneknya. Saat sedang dalam perjalanan, mereka mampir sebentar ke sebuah toko buah.
“Pak, mangganya berapa sekilo?” tanya Pak Kadir, bapaknya Anna.
“Anggur sekilo ya, Pak,” ucap Pak Kadir.
“Mangganya satu kilo 15 ribu, Pak,” jawab pedagang buah tersebut.
“Ya udah mangganya 1 kilo sama anggur 1 kilo ya, Pak,” ujar Pak Kadir.
Setelah selesai membeli buah, mereka melanjutkan perjalanan ke desa.
“Dek, dek. Kamu beli anggur, ya?” tanya Anna.
“Iya, Kak,” jawab Anni.
“Hati-hati, loh!” ujar Anna menakut-nakuti.
“Emangnya kenapa, Kak?” jawab Azan mulai takut.
“Entar dianggurin. Hahaha!” Anna tertawa terbahak-bahak.
“Lah, kakak ini! Aku pikir kenapa,” ujar Anni.
“Kamu sih, serius kali,” jawab Anna.
“Udah-udah, jangan berisik,” tegur ibu mereka.
“Iya, Bu,” jawab mereka bersamaan.
Perjalanan sudah ditempuh dua jam. Tiba-tiba, ada suara kurung…
“Bunyi apa, tuh?” tanya Anna.
“Bunyi perutku. Hehehe!” jawab Anni.
“Kamu lapar, Ni?” tanya Pak Kadir.
“Ya, Pak.”
“Ya, udah kita mau makan apa?” tanya Pak Kadir.
“Aku ayam bakar aja, Pak.”
“Kalau Ibu, sih sate aja.”
“Kamu, Na?” tanya bapak kepada Anna.
“Bakso ada gak, Pak?” tanya Anna.
“Ada, kamu mau?” ujar Pak Kadir.
“Ya udah, iya,” ujar Anna.
Setelah makan, mereka melanjutkan perjalanan. Anna dan Anni tertidur pulas. Setelah lebih dari 21 jam, mereka datang di rumah nenek. Akan tetapi, mereka terkejut sebab rumah sudah ramai oleh warga setempat.
“Ada apa ini?” tanya Pak Kadir pada salah satu warga.
“Itu, Pak. Kek Suwito meninggal,” jawabnya.
“Apa?” tanya Pak Kadir terkejut.
“Iya , Pak,” jawabnya lagi.
“Kenapa gak ada yang menghubungi saya? Ibu di mana?”
“Nomor Pak Kadir gak aktif. Ibunya lagi di dalam, Pak,” jawab salah satu warga lain.
“Bu, yang sabar ya, Bu,” ucap buk Sifa.
“Bapak si, Bapak si,” ujar ibu seraya histeris
“Iya Bu, kita doakan saja Bapak,” ujar Bu Sita.
“Kek, kakek?!!” tangis Anna dan Anni pecah.
Jenazah kakek sudah dikubur sejak 2 jam yang lalu. Akan tetapi, tangis keluarga masih terdengar.
“Udah, jangan menangis lagi. Ikhlaskan kakek kalian, supaya ia bisa tenang di sana,” ujar Pak Kadir.
“Assalamualaikum,” seorang pria berjas rapi datang.
“Waalaikumsalam,” jawab keluarga kakek Suwito.
“Jadi niat saya ke sini ingin membagi warisan dan akan dibagi menjadi 4,” ujar pria itu.
“Di sini dituliskan dibagi kepada Pak Kadir, Nek Siti, Bu Rissa, dan Bu Ria.”
“Siapa itu Ria?” tanya Nek Siti.
“Istri muda Kek Suwito.”
“Apa?!!” pekik seluruh anggota keluarga.
.
Kelapa Kampit, 15 November 2022
.
Ilustrasi: gln.kemdikbud.go.id