Media Penyiaran Indonesia yang Sedang “Aneh-Aneh”-nya
Oleh:
Muhammad Aria Yudhabaskara
Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi
Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan Selatan
Editor:
Ares Faujian
Berbicara tentang media penyiaran, satu kata yang pasti langsung terlintas di kepala adalah televisi (TV). Padahal selain itu, ada contoh lainnya seperti radio dan bahkan sekarang handphone (HP) pun bisa menjadi media penyiaran di era digital sekarang ini. Akan tetapi, untuk kali ini penulis akan membahas mengenai TV. Mengapa TV? Karena dunia pertelevisian di Indonesia sedang “aneh-aneh”-nya.
Dunia pertelevisian kita sedang tidak baik-baik saja. Banyak acara di berbagai stasiun televisi di Indonesia yang ditayangkan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya, moral, etika, dan bahkan tidak sesuai pula dengan pedoman siaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Dilansir dari situs resmi KPI, bahwa banyak acara TV yang diberhentikan penayangannya oleh KPI karena melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Beberapa acara tersebut yaitu: 1) “Brownis” Trans TV; 2) “Pagi-Pagi Pasti Happy” Trans TV; 3) “Hotman Paris Show” INews TV. Selain itu juga masih banyak sekali acara lainnya yang ditegur keras oleh KPI karena melanggar P3SPS.
Itulah sedikit gambaran dunia pertelevisian kita saat ini, tentu sangat miris. Karena acara-acara tersebut sangat jauh dari nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dan juga sangat tidak mendidik bagi generasi bangsa Indonesia. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan kenapa dunia pertelevisian kita seperti ini, yaitu:
Selera Masyarakat
Ihwal ini merupakan faktor utama mengapa sampai dunia pertelevisian kita seperti saat ini. Selera masyarakat menentukan acara apa yang akan diproduksi stasiun TV, karena TV akan memproduksi suatu acara yang akan banyak ditonton oleh masyarakat.
Stasiun TV tidak akan memproduksi acara yang tidak akan banyak ditonton oleh masyarakat. TV pastinya akan mengejar rating yang tinggi, sehingga akan banyak iklan yang masuk ke acara tersebut. Hal inilah salah satu sumber penghasilan TV, yaitu iklan yang ada di saat jeda acara. Perusahaan yang mengiklankan produknya tidak akan tertarik memasang iklan apabila di acara tersebut sedikit ditonton oleh masyarakat.
Berangkat dari hal tersebut, artinya, semakin berkualitas selera masyarakat terhadap tontonan, semakin tinggi pula kualitas acara pertelevisian kita. Dan selanjutnya, mungkin tidak akan ada lagi sinetron yang menggambarkan kehidupan anak sekolah yang hedonis dengan kisah cinta mereka yang tak masuk akal!
Kualitas Kru Acara Televisi
Banyak kru (crew) di suatu acara yang tidak berkompeten dalam bidang penyiaran. Sebagian dari mereka adalah bukan lulusan sarjana broadcasting, yang mana akan lebih mengerti acara apa yang layak dibuat di TV. Karena mereka tidak mengemban pendidikan tentang penyiaran, mereka hanya membuat acara tanpa memikirkan ada beberapa hal penting yang tidak boleh disiarkan di TV.
Banyak dari mereka hanya memikirkan rating yang tinggi, sehingga meraup keuntungan yang banyak dari acara yang telah mereka produksi tanpa memikirkan dampaknya ke masyarakat luas. Tetapi bisa saja ada kru yang merupakan lulusan broadcasting, namun tidak mengimplementasikan apa yang mereka pelajari di perguruan tinggi, karena hanya memikirkan keuntungan yang akan didapat dari acara tersebut. Maka dari itu, ayo ‘anak-anak’ broadcast kalau lulus jangan kerja di bank atau tempat lainnya yang tidak relevan, tapi bekerjalah di TV. Perbaiki dunia pertelevisian kita!
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
Komisi penyiaran kita merupakan salah satu faktor mengapa pertelevisian kita bisa sampai seperti saat ini. Di mana, KPI saat ini kurang cepat tanggap dalam mengatasi acara-acara TV yang melanggar aturan yang telah ada. Kendatipun ada siaran yang melanggar, KPI sangat lambat menegur keras acara tersebut, menunggu pelanggaran tersebut viral terlebih dahulu di media sosial barulah mereka menegur acara tersebut.
Teguran mereka pun kadang tidak membuat jera acara tersebut untuk mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu, untuk memberhentikan suatu acara mereka sangat “aneh” dalam bertindak. Misalnya jika ada suatu acara yang telah diberhentikan, acara tersebut hanya tinggal mengganti namanya saja, padahal isi dari acara tersebut adalah sama. Hal seperti sangat janggal sekali. Sehingga membuat kepercayaan publik terhadap lembaga penyiaran ini menjadi berkurang.
KPI beberapa belakangan ini malah sibuk mengurusi sensor terhadap kartun anak-anak yang dianggap kurang penting dan malah dianggap konyol oleh publik. Seharusnya mereka lebih fokus untuk memberantas acara-acara yang tidak mendidik yang masih tayang di TV. Kartun disensor, acara talk show buka aib orang diluluskan!
Banyak hal yang harus sama-sama kita lakukan agar dapat memulihkan kondisi dunia pertelevisian kita saat ini. Marilah kita mulai dari faktor internal, yaitu diri kita sendiri. Bagaimana seharusnya tetap menjaga kualitas tontonan yang kita senangi, agar stasiun-stasiun TV pun menyiarkan acara yang berkualitas dan memiliki nilai moral yang tinggi. Barulah selanjutnya kita bisa fokus untuk memperbaiki lembaga-lembaga yang seharusnya bertanggung jawab atas berkecamuknya dunia pertelevisian Indonesia saat ini.