Membolos Sekolah, Salah Siapa?
Oleh: Nadira Marsya Alliyah
Siswa Kelas Sosioliterasi G4 SMAN 1 Manggar
Editor: Ares Faujian
Sekolah adalah tempat menempa siswa menjadi lebih baik. Untuk menciptakan ketertiban dan tujuan pendidikan di sekolah, pihak sekolah telah membuat aturan serta tata tertib siswa yang harus ditaati oleh semua warga di sekolah. Hal ini dilakukan sebagai benteng untuk membatasi perilaku siswa yang menyimpang.
Namun pada kenyataannya, aturan atau tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah tidak dapat membentengi perilaku menyimpang siswa secara maksimal. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya siswa yang sering melakukan praktik bolos di sekolah.
Apa sih pengertian dari membolos? Mendengar kata “membolos”, sudah tidak asing lagi bukan di telinga kita. Membolos di sekolah merupakan salah satu bentuk perilaku kenakalan remaja yang dilakukan siswa dalam bentuk bermacam-macam.
Menurut Mustaqim dan Wahib (dalam Khanisa, 2012) perilaku membolos adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan peserta didik dengan sengaja meninggalkan pelajaran atau meninggalkan sekolah tanpa izin atau biasa juga disebut tanpa keterangan. Sedangkan menurut Setyowati (2004), membolos adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk pelanggaran tata tertib sekolah atau meninggalkan sekolah pada jam pelajaran tertentu. Dari kedua uraian di atas, bisa kita simpulkan bahwa membolos adalah suatu perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak jelas, serta siswa yang meninggalkan jam-jam pelajaran tanpa izin dari guru yang bersangkutan.
Bolos sekolah menjadi masalah yang tidak ada ujungnya. Pada zaman sekarang ini kenakalan seorang siswa sulit untuk diatasi. Meninggalkan jam pelajaran atau bolos yang dilakukan siswa di sekolah bukanlah permasalahan baru yang dihadapi oleh pihak sekolah. Yang mana bolos sekolah bukan hanya dilakukan oleh siswa laki-laki saja, tetapi siswa perempuan pun sering melakukan hal ini.
Dilihat dari perkembangan zaman sekarang, jumlah siswa yang membolos pada jam pelajaran sekolah selalu ada. Maka dari itu harus segera ditindak lanjuti agar tidak terjadi pada siswa lainnya.
Apa saja sih faktor penyebab seorang siswa melakukan bolos di sekolah? Banyak sekali faktor penyebab seorang siswa melakukan bolos sekolah. Kebiasaan membolos dapat bersumber dari berbagai faktor, yakni faktor Internal dan faktor eksternal.
Secara internal, kebiasaan membolos bersumber dari dalam diri siswa yang antara lain berkaitan erat dengan faktor kecakapan potensial maupun aktual, kematangan perkembangan, sikap dan kebiasaan, minat, kestabilan emosi, pengalaman, kemandirian, motivasi berprestasi, kualitas kepribadian, dan sebagainya.
Faktor eksternal merupakan faktor yang dapat bersumber dari lingkungan sekolah dan keluarga. Faktor dalam keluarga yang menjadi sumber timbulnya kebiasaan membolos, yaitu kurangnya keharmonisan hubungan dalam keluarga, kurangnya dukungan dari orang tua, hingga suasana keluarga yang kurang memotivasi.
Namun tidak hanya deskripsi dari faktor-faktor tersebut yang bisa membuat seorang siswa ingin melakukan bolos. Bisa saja seorang siswa ingin melakukan bolos karena hasutan atau ajakan dari teman-temannya, sehingga siswa tersebut terpengaruh dan ikut-ikutan membolos di sekolah. Oleh sebab itu, kita juga harus pintar dalam memilih teman, jangan sampai perilaku teman kita yang tidak baik kita contoh, dan kita pun ikut terjerumus ke jalan yang salah.
Apa saja sih kerugian yang dialami jika kita melakukan bolos di sekolah? Menurut penulis, jika kita melakukan pembolosan di sekolah, kita akan mengalami banyak sekali kerugian. Salah satunya kita akan ketinggalan materi pembelajaran dengan teman-teman sekelas kita. Hal ini pun akan menyebabkan kita sulit untuk paham dengan soal-soal latihan yang akan diberikan pada pertemuan berikutnya. Sehingga di saat diadakan ulangan di sekolah, kita akan kesulitan untuk mengisi soal karena kita tidak paham dengan materi tersebut.
Menurut Henry (2007), konsekuensi dari perilaku membolos ini akan menghasilkan implikasi negatif untuk berbagai lapisan di masyarakat. Dalam jangka pendek, membolos memprediksi kinerja akademis yang buruk, putus sekolah, penyalahgunaan narkoba, kenakalan dan kehamilan di usia remaja. Selain itu, perilaku membolos memberikan efek negatif pada masyarakat, karena berhubungan dengan kenakalan, kejahatan, dan akan berdampak negatif lainnya pada saat dewasa.
Bagaimana cara mengatasi perilaku siswa membolos? Untuk mengatasi perilaku siswa membolos, kita harus mencari tahu dahulu apa penyebab dari siswa tersebut melakukan pembolosan. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku tersebut yakni: Pertama, melakukan pendekatan terhadap siswa yang sering bolos. Dengan melakukan pendekatan terhadap siswa tersebut, supaya kita bisa mengetahui penyebab siswa tersebut melakukan bolos sekolah.
Kedua, peran guru BK. Guru BK berperan mengatasi permasalahan-permasalahan siswa di sekolah. Guru BK bisa menjadi tempat curhat bagi siswa-siswi yang sedang mengahadapi masalah dengan tujuan guru BK tersebut bisa memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi oleh siswa tersebut.
Ketiga, memberikan motivasi kepada siswa. Memberikan masukan dengan kalimat positif serta memberikan dorongan kepada siswa supaya lebih bersemangat lagi untuk belajar, maka hal ini semoga akan mengurangi niat siswa tersebut untuk melakukan pembolosan.
Keempat, berikan pemahaman tentang manfaat belajar. Agar seorang siswa tersebut lebih bersemangat dalam belajar, maka guru harus memberikan pemahaman tentang manfaat dari belajar, yaitu menambah pengetahuan, mengasa kemampuan otak , mempermudah kita untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan, dengan begitu siswa tersebut akan lebih paham pentingnya belajar.
Membolos adalah suatu hal yang lumrah kita temui di lingkungan sekolah. Namun hal ini bukan semata-mata salah dari siswa itu sendiri. Karena ada banyak latar belakang yang membuat siswa berperilaku seperti itu. Semoga kita bisa meminimalisir penyimpangan dan kejahatan-kejahatan yang besar dengan bermula mengatasi perilaku bolos di lingkungan sekolah.