Membumikan Kebudayaan Indonesia Melalui OSIS Yuk!
Oleh: Graffina
Divisi Kesenian OSIS SMAN 1 Manggar
Editor: Ares Faujian
Hingga saat ini, para remaja tak terelakkan dengan arus globalisasi yang tanpa surutnya dan perlahan menjadi tsunami di era digitalisasi. Pengaruh ini sangat erat berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan, baik itu dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, sosial dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan globalisasi adalah suatu hal yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Perkembangan yang sangat pesat pada globalisasi semakin meningkat bahkan lebih menuju untuk meracuni kebudayaan Indonesia, terutama budaya barat (westernisasi) dan budaya asing lainnya.
Globalisasi telah banyak meracuni pola pikir dan pandangan generasi muda Indonesia terhadap nilai-nilai seni tradisional, yang semula seni tradisi ini dijadikan sebagai kebanggaan bangsa. Di mana hingga era sekarang, kesenian telah menjadi suatu yang semakin terkikis nilainya. Sebenarnya ini bukan sepenuhnya kesalahan dari kemajuan zaman, akan tetapi lebih tepat pada ketidaksiapan generasi menerima kemajuan zaman.
Bisa kita lihat bersama, sekarang penduduk negara Indonesia lebih memilih dan meninggikan kebudayaan barat dan asing lainnya, terumata para remaja. Para remaja Indonesia bahkan lebih memilih kebudayaan asing yang memberikan efek tidak baik. Sehingga hal ini menimbulkan gaya hidup modern namun mengikis nilai kearifan lokal, berefek konsumtif, hingga bergaya hidup hedonis. Salah satu contohnya negara Korea. Walaupun tidak semua pengaruh buruk menjadi konsekuensinya.
Bisa kita lihat sendiri melalui gawai bahkan internet banyak sekali para remaja yang sangat terobsesi kepada kebudayaan barat atau asing lainnya. Misalnya gambar yang tak sepantasnya pada game online, film, dan tata cara berpakaian (fesyen) serta perilaku yang ‘bebas’.
Dengan begitu, hal itu berdampak buruk untuk dirinya sendiri (remaja), bahkan bagi para remaja lainnya yang akan terkena racun dari remaja yang telah teracuni oleh dampak negatif kebudayaan asing. Pada peristiwa ini para orang tua dituntut untuk selalu mendampingi anaknya dalam menggunakan gawainya, agar bisa menggunakan internet dengan baik sesuai dengan umurnya.
Hingga tahun 2021 ini, dengan adanya cobaan berupa pandemi Covid-19, membuat penghasilan masyarakat jadi menurun. Walaupun keadaan seperti ini, para remaja tetap saja tidak berhenti untuk meninggikan serta mengikuti kebudayaan asing, bahkan mereka sangat ingin mengikuti gaya orang barat atau kebudayaan asing lainnya dari atas rambut sampai keujung kaki dengan sama persis.
Dilihat dari sikap, sekarang banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun (dekadensi moral) dan cenderung cuek, tidak ada rasa peduli terhadap lingkungannya. Karena globalisasi menganut keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka.
Budaya Indonesia yang dulunya ramah tamah dan sopan sekarang berganti dengan budaya asing. Misalnya, pergaulan bebas yang dulunya anak-anak remaja masih banyak yang berminat untuk belajar tarian daerahnya atau alat musiknya, tetapi sekarang para remaja lebih memilih untuk nongkrong bersama teman-temannya untuk mencari WiFi agar bisa bermain internet (terutama game online). Bahkan sekarang ada beberapa tradisi daerah yang sedikit demi sedikit semakin lenyap di masyarakat Indonesia.
Para remaja juga merasa bahwa kebudayaannya sendiri terkesan sangat tidak mengikuti alur modernisasi. Sehingga beberapa dari mereka merasa gengsi, sehingga para remaja lebih menyukai kebudayaan asing dibandingkan kebudayaannya sendiri.
Masuknya budaya asing juga membuat remaja Indonesia menjadi individualisme. Di mana mereka tidak menginginkan banyak teman/ bersosialisasi, mereka lebih memilih untuk diam di rumah dengan ditemani gawainya. Kesibukan dengan dunia maya ini mengakibatkan mereka lupa bahwa ada dunia nyata yang sebenarnya tempat mereka berada sebagai makhuk sosial.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya kita. Pengaruhnya terlihat pada perkembangan tradisi di Indonesia. Tradisi dari kebiasaan hidup dan kebudayaan masyarakat Indonesia tergerus dengan perkembangan zaman. Menurut penulis, salah satu cara positif yang bisa dilakukan generasi penerus bangsa untuk bisa menanamkan kebudayaan lokal yang dimiliki negara Indonesia, dengan cara yang paling mudah terlebih dahulu, yaitu dengan berorganisasi.
Dalam berorganisasi, para remaja bisa menjadi organisasi penggerak dengan gerakan sadar budaya. Selanjutnya, keberadaan organisasi ini juga dapat sebagai media bersosialisasi dengan banyak orang di sekitarnya.
Tidak hanya itu saja, bahkan di dalam organisasi pun para remaja bisa mengekspresikan kreativitasnya, yang nantinya bisa dikembangkan bersama teman-teman di dalam organisasi tersebut. Yang mana nanti aktivitas ini akan menghasilkan sebuah tujuan yang menjadi hak dan tanggung jawab bersama anggota organisasi itu, yaitu eksistensi dan prestasi.
Organisasi yang bisa dilakukan para remaja di sekolah salah satunya adalah OSIS. OSIS merupakan kependekan dari Organisasi Siswa Intra Sekolah. Organisasi ini berada di tingkat sekolah dan dibentuk di sekolah menengah yaitu SMP dan SMA. Melalui OSIS, para generasi muda bisa berkomunikasi dengan baik bersama orang-orang di sekitarnya, bahkan para generasi muda dilatih untuk bertanggung jawab dalam melakukan tugasnya, termasuk melestarikan kearifan lokal di daerahnya.
OSIS memiliki beberapa bidang di dalamnya, salah satunya bidang kesenian. OSIS di bidang kesenian ini merupakan media apresiasi dan dapat menyerap berjuta karya kreasi yang sangat menarik dari kebudayaan lokal. Karena tradisi Indonesia ini sudah banyak ditinggalkan, seperti tarian-tarian tradisional, seni lukis tradisional, dan beberapa seni tradisi lain sudah jarang yang diminati. Di negara kita, Indonesia, mempunyai banyak sekali hasil kebudayaan yang harus dilestarikan oleh para generasi penerusnya, salah satu contohnya batik.
Sejarah batik ini di Indonesia terkait erat dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa. Bahkan sekarang batik tidak hanya ada di pulau Jawa, karena pulau di Indonesia memiliki nilai khasnya tersendiri. Maka dari itu pulau lain yang ada di Indonesia pun mempunyai batik dengan corak khas daerahnya masing-masing.
Menurut penulis, melalui organisasi OSIS ini, para remaja bisa menumbuhkan sedikit demi sedikit rasa cintanya kepada kebudayaannya sendiri. Dimulai dari cara berpenampilan hingga cara bertingkah laku. Kegiatan yang bisa dilakukan di sekolah untuk menanamkan kebudayaan Indonesia salah satunya fashion show baju adat, baju batik motif lokal, dan melakukan pentas seni tarian adat.
Melalui kegiatan fashion show dan pentas seni ini, para remaja akan mengenal dan mengetahui kebudayaannya sendiri, yang juga menyimpan dan memiliki banyak sekali keunggulan tersendiri. Yang mana perihal ini nantinya akan menjadi daya tarik untuk para orang-orang asing atau wisatawan yang akan berkunjung.
Kebudayaan Indonesia sebenarnya lebih kaya dari budaya barat atau budaya asing lainnya. Kondisi multikultural ini pun membuat Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki pelangi kultural akan budayanya. Tak salah jika banyak warga asing yang betah ke Indonesia, hingga ada yang menikah dengan orang lokal Indonesia, disamping biaya hidup di Indonesia yang tak terlalu mahal.
Maka dari itu, para remaja kita sebenarnya tidak harus gengsi dan tidak mengatakan bahwa kebudayaannya itu katrok atau kampungan. Oleh sebab itu, sebagai generasi muda yang menjadi pewaris budaya bangsa hendaknya menjaga budaya kita demi masa depan anak-cucu serta siapa pun yang nantinya akan menjadi penerus budaya kita. Khususnya bagi para remaja, melalui organisasi OSIS marilah kita jaga bersama-sama kebudayaan nenek moyang kita jangan sampai dijajah, dikikis, hingga direbut kembali oleh negara lain. Buktikan pada dunia bahwa negara kita kaya akan budaya, bahkan tidak ketinggalan dengan alur modernisasi. Bagaimana caranya? OSIS salah satu media yang bisa membumikannya. Yuklah!