Mengenal Society 5.0
Oleh :
Ares Faujian
Penulis Senior Karya Muda Belitung (KMB)
Pengurus Asosiasi Guru Penulis Indonesia Prov. Kep. Babel
Fasilitator Literasi Baca-Tulis Regional Sumatra
Dunia makin hari ke hari terus mengalami perubahan. Bahkan ada pepatah yang mengatakan, “berubah atau mati?”. Kalimat singkat padat makna ini membisikkan ke telinga kita bahwa jika manusia tidak berubah maka ia akan mati tertinggal oleh perubahan zaman. Dan hal ini seperti halnya hukum rimba. “Siapa yang kuat dia yang akan menang. Dan siapa yang kuat juga, dia yang akan bertahan.”
Perubahan sosial pasti dialami oleh seluruh manusia, terkecuali bagi manusia atau masyarakat tertentu yang menolak atau anti perubahan. Perubahan yang terkini adalah Revolusi Industri 4.0 yang dialami hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Walaupun ada beberapa negara yang siap menyongsong revolusi baru dengan kondisi dan desain negaranya yang sudah laju dalam maju.
Seiring berjalannya Revolusi Industri 4.0. Kini eksistensi masyarakat pun juga mengalami transformasi dari masa ke masa. Kondisi masyarakat tidak lagi sama dari waktu ke waktu karena adanya faktor penyebab perubahan sosial, seperti penemuan-penemuan baru, perubahan jumlah penduduk, pertentangan dalam masyarakat, pemberontakan, suatu revolusi, perubahan kondisi lingkungan fisik (alam), peperangan, kontak dengan kebudayaan asing, dan lain sebagainya.
Dalam perkembangan masyarakat abad ke-21, Pemerintah Jepang telah memperkenalkan konsep Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 pada Januari 2019. Di mana, digitalisasi diaplikasikan lebih intens dan berpusat pada kehidupan manusia. Tulisan Rosiana Haryanti (2019) yang dilansir oleh kompas.com menyebutkan bahwa dalam artikel Mayumi Fukuyama pada laman Japan Economic Foundation, tujuan penerapan Society 5.0 adalah untuk mewujudkan tempat di mana masyarakat dapat menikmati hidupnya. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi seharusnya bertujuan untuk itu, dan bukan hanya bagi sebagian kalangan. Dalam hal ini, big data dan Internet of Things (IoT) akan berubah bentuk menjadi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang menyentuh setiap aspek kehidupan masyarakat.

Sumber : CAO Japan
Salah satu landasan mengapa Jepang merilis Society 5.0 dikarenakan berkurangnya populasi penduduknya yang mengakibatkan terjadi pengurangan yang signifikan pada daerah-daerah yang memang sudah minim jumlah penduduk. Kekurangan tenaga kerja produktif juga menjadi faktor tambahan mengapa Jepang memerlukan konsep Masyarakat 5.0 ini. Bahkan, lebih dari 25% penduduk Jepang saat ini berada pada usia di atas 65 tahun.
Dengan kondisi yang terjadi ini, masyarakat yang terutama tinggal di daerah kekurangan penduduk kesulitan mendapatkan kelayakan akses transportasi yang memadai ke berbagai fasilitas pelayanan publik, seperti ke rumah sakit, kantor pemerintahan, toko/pasar, dan lain-lain. Sehingga kini Jepang diprediksi mengalami krisis penduduk yang akan berpengaruh terhadap kualitas dan daya saing peradaban bangsanya di masa depan.
Kecanggihan teknologi pun menjadi solusi. Kondisi yang memberatkan tadi dapat diselesaikan dengan konsep Masyarakat 5.0 yaitu dengan adanya big data, IoT dan AI yang mempermudah kehidupan manusia, seperti transportasi otomatis, pengiriman barang yang bisa menggunakan drone, robot asisten rumah tangga dan smart home seperti pada film ‘Iron Man’, perniagaan elektronik yang semakin inovatif, aplikasi atau robot yang membantu pekerjaan (smart work), dan lain-lain.

Sumber :https://www.gov-online.go.jp
Pada Masyarakat 5.0, mahakarya manusia berupa teknologi AI dan IoT berfungsi sebagai pengolah data dan menganalisis data yang bersumber pada manusia itu sendiri melalui sensor fisik atau berupa data pada manusia itu sendiri. Kemudian sensor atau data tersebut lalu mengumpanbalikkan data yang telah di proses oleh AI dan IoT kembali ke manusia dengan berbagai bentuk fisik. Hubungan manusia dan alam nyata kini terhubung erat dengan alam maya (big data, IoT dan AI ) sebagai suksesi kemudahan dan kebutuhan manusia dalam hidup.

Sumber : CAO Japan
Apa perbedaan Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0? Sebenarnya kedua future oriented ini tidak memiliki perbedaan yang terlalu sigifikan. Keduanya tetap pada ranah perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi yang semakin maju. Konsep Revolusi Industri 4.0 lebih menekankan pada kecerdasan buatan sebagai elemen yang membuat perubahan. Sedangkan Masyarakat 5.0 lebih menekankan pada manusia sebagai elemen utamanya (human centered), yaitu kehidupan manusia akan lebih baik ketika teknologi berperan sebagai penyempurna kemudahan dalam hidup sehari-hari. Termasuk meminimalisir kesenjangan sosial untuk daerah-daerah yang sulit terjangkau akses jalan, transportasi, medis, dan lain sebagainya.

Sumber : CAO Japan
Masyarakat 5.0 adalah bentuk lebih sempurna dari fase-fase sebelumnya. Secara kronologi waktu, pembagian masyarakat ini dapat dibagi menjadi bebarapa fase seperti dilansir Humas Pemerintah Jepang dalam https://www.gov-online.go.jp/cam/s5/eng/, yaitu, Masyarakat 1.0 (masyarakat berburu), Masyarakat 2.0 (masyarakat pertanian), Masyarakat 3.0 (masyarakat industri), Masyarakat 4.0 (masyarakat informasi) dan Masyarakat 5.0 (masyarakat teknologi yang fokus mempermudah kebutuhan hidup manusia atau disebut juga super smart society).

Sumber : https://www.gov-online.go.jp
Keberadaan Society 5.0 pasti memiliki dampak baik itu positif maupun negatif. Dampak positif pastilah sesuai dengan cita dari diciptakannya konsep masyarakat ini, yaitu teknologi sebagai upaya kemudahan pemenuhan kebutuhan manusia di masyarakat dalam berbagai bidang. Namun jika berbicara dampak negatif, tentunya yang dikhawatirkan adalah akan terjadi penggeseran keberadaan manusia dan pekerjaannya. Di mana, pengiriman sudah tidak lagi menggunakan jasa manusia, asisten rumah tangga yang sudah dikerjakan oleh robot, supir yang sudah bisa digantikan dengan transportasi otomatis (tanpa supir), kasir yang sudah digantikan mesin penghitung barang belanjaan, teller bank yang sudah digantikan dengan mesin ATM setor/ambil, hingga proses pembedahan (operasi) pun bisa dilakukan dengan baik oleh robot.
Cepat atau lambat, besar ataupun kecil, Masyarakat 5.0 akan menjadi bagian dari produk yang mendunia. Bukan hanya Jepang yang menggunakan konsep ini untuk saat ini. Namun negara maju yang lain sudah melakukannya sedikit demi sedikit seperti Amerika, Korea Selatan, Perancis, Jerman, Cina dan lain-lain, namun dalam takaran rerata untuk masyarakat elit menengah ke atas.
Kelemahan konsep Society 5.0 adalah konsep ini bisa membuat masyarakat menjadi ketergantungan berlebih terhadap teknologi, membuat manusia menjadi malas dan mental generasi muda yang mudah bosan karena efek serba ‘instanisasi’ dan ‘otomatisasi’. Selain itu, degradasi peran manusia yang tergantikan oleh AI adalah suatu ancaman dan tantangan yang nyata dalam era menuju Masyarakat 5.0 ini.
Bagaimana kondisi Indonesia dan keberadaan konsep Society 5.0 ini? Apakah Indonesia akan menerapkan gaya masyarakat Jepang ini? Semoga tulisan ini menjadi ‘salam perkenalan’ terhadap kondisi revolusi baru dari negara maju, serta menambah wawasan kita dalam menatap peluang, tantangan dan ancaman yang menanti di depan sana.