Nomor 99
Oleh: Syukur Hidayat
Siswa SMPN 5 Manggar
Editor: Ares Faujian
“Jika kau pindah sekolah wahai sahabatku, siapa nanti yang akan mendengarkan curhatanku? Aku mohon jangan pindah. Hanya kau sahabatku satu-satunya.”
Aku hanya bisa murung meratapi betapa serunya pertemanan kita. Aku kesepian semenjak kau pindah. Semoga kita bisa bertemu kembali. Suka dan duka sudah kita lalui bersama sejak Sekolah Dasar.
“Kita bertemu lagi ya, nanti.”
“Kau mau pindah ke mana?”
Terlihat derap langkah yang semakin cepat pergi begitu saja. Tanpa kata-kata yang berlebih. Pertemuan kami berakhir di hari itu, dan mungkin juga untuk waktu yang lama, atau mungkin bisa selamanya?
Tak disangka, tiga minggu kemudian, aku melihat tubuh yang familer. Ya, aku melihat sahabatku itu tiba-tiba berada di sekolah. Lantas aku pun berlari menghampirinya dan langsung memeluknya sambil menangis. Air mata tak bisa kutahan, aku sangat senang bisa bertemu ia kembali.
Namun ternyata kesenangan itu hanya sementara. Karena ternyata sahabatku sudah dijemput kembali oleh ayahnya. Sontak aku pun terdiam. Lalu aku memutuskan untuk pulang mengurung diri di kamar.
“Kenapa Ya Allah kau harus memisahkannnya dariku?” ucap aku, sambil menatap langit.
Hari demi hari pun berlalu. Tanpa disadari, satu minggu lagi aku akan SMA. Aku sudah tidak sabar ingin masuk SMA, SMAN 2 Padang, yang 5 km berada dari rumahku.
SMA ini merupakan salah satu SMA favorit di daerahku. Bahkan dari siswa-siswi dari kecamatan luar pun datang berbondong-bondong untuk menjadi bagian SMA ini, bahkan dari kota sekalipun.
Akhirnya, waktu yang di tunggu-tunggu pun tiba. Aku langsung bergegas ke SMA tersebut untuk mendaftar. Ada 1.000 orang lebih yang mendaftar di sekolah tersebut, dan bangku yang tersedia hanya untuk 200 siswa di kelas X.
Aku tidak yakin dengan nilaiku. Karena aku termasuk pelajar yang biasa-biasa saja. Namun piagam lomba menyanyi adalah andalanku, pada saat juara di tingkat kabupaten.
Dua pekan kemudian, pengumuman tiba. Tanpa disangka-sangka, aku pun diterima di SMA tersebut. Terlihat namaku berada pada urutan ke-100, dari 200 orang yang diterima.
Tanpa sengaja, aku melihat nomor urut 99, nama di atas namaku pada daftar itu.
“Sepertinya nama ini tidak asing?”
Namun aku cuek saja. Karena aku pikir nama itu adalah nama sejuta umat di zaman sekarang. Ya, Nabila Nayla. Nama anak era milenial. Dia adalah nama sahabatku.
Namun tiba-tiba aku berpikir, apakah mungkin ini benar-benar nama dia? Karena ia pernah berjanji akan satu sekolah kembali bersamaku.
***
Hari pertama sekolah tiba. Sosok nama ke-99 selalu menghantuiku. Nama itu membuatku penasaran, apakah ia benar-benar sahabatku.
Hari pertama begitu asyik di SMA. Ini adalah pengalaman pertamaku, memasuki masa remaja menuju dewasa. Wali kelasku juga asyik dan seru. Ia guru mata pelajaran Sosiologi.
Hari kedua sekolah, wali kelasku masuk kembali di kelas. Namun kali ini adalah mata pelajarannya. Begitulah aktivitas belajar di SMA selama satu pekan. Belajar, belajar dan kami juga mengikuti ekstrakurikuler yang seru.
Sebenarnya, aku masih penasaran dengan nomor 99 itu. Namun setelah satu pekan bersekolah di sini. Aku tidak melihat orang yang aku kenal, yaitu sahabatku, Nabila Nayla. Mungkin nama itu hanya kebetulan saja. Karena aku sudah berusaha untuk mencarinya, tetapi tidak juga kunjung bertemu.
Memasuki pekan kedua sekolah. Kali ini pelajaran Sosiologi kembali. Hari kedua di setiap pekan, Selasa. Ya, pelajaran wali kelas kami. Namun kali ini beliau tidak datang sendiri. Beliau ditemani murid baru.
Aku sempat teringat ketika aku lelah mencari sahabatku pekan lalu. Di saat aku sudah lelah, aku melihat ke arah pintu gerbang, ada mobil berwarna hitam dan aku kenal desain mobilnya. Aku kira itu mobil sahabatku, namun ternyata itu adalah mobil guru.
“Ah, mana mungkin mobil itu? Mobil itu sudah lama sekali.” ucapku pelan-pelan kala itu.
“Baiklah, anak-anak, ini teman baru kita. Ia bernama Nabila Nayla. Ia baru saja pulang dari Belitung. Ia pindahan dari sana. Silakan berteman dengan akrab ya. Ada yang kenal?”
Ternyata, pertemuan di pekan kedua ini benar-benar mengejutkan. Karena siswa nomor 99 ini baru datang pada hari ini. Dan ini adalah pertemuan yang telah kami janjikan.
“Kau masih ingat dengan janji lama kita untuk masuk SMA yang sama, Bil?”
“Pasti. Karena kita adalah sahabat selamanya” ucap Nabila.
-Selesai-
Ilustrasi: pxfuel.com