Paje, Sang Inovator Muda Belitung
Fajar Kawolu atau akrab disapa Paje atau Bang Paje adalah putra Belitong kelahiran Tanjungpandan, 4 Februari 1986. Putra dari Bapak Sudiyono dan Ibu Suryati ini adalah sosok yang berprestasi dan merupakan salah satu pengusaha muda inspiratif di Pulau Belitung saat ini.
Latar belakang pendidikan dasar dan menengah diselesaikan Paje di Tanjungpandan, yaitu di SD Negeri 17 Tanjungpandan, SMP Negeri 3 Tanjungpandan, dan lulus di SMU Negeri 1 Tanjungpandan tahun 2003. Setelah lulus sekolah, ia pun kuliah di D3 Politeknik Manufaktur Negeri Bandung (POLMAN) dengan jurusan/program studi Mechatronic & Automation Technology (2003-2006).
Ketertarikan pada listrik membawa pemuda ini pernah memenangkan kontes robot cerdas (kategori robot berkaki) di Universitas Indonesia tahun 2006. Awal mula belajar tentang listrik dimulai sejak duduk di bangku SMP. Di mana dahulu Paje senang melihat tetangganya service TV dan amplifier. Dan dari situlah ia belajar lalu mulai menyukai dunia teknik, terutama bidang listrik secara otodidak.
Tidak hanya berhenti di situ saja. Mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) Elektro ketika SMP semakin menambah rasa suka Paje menekuni bidang listrik. Dengan guru yang bernama Pak Fauzi kala itu, ia mulai memahami dan semakin tertarik dengan bidang elektro melalui praktek-prakteknya membuat adaptor, lampu ‘kelap-kelip’, amplifier, dll.
Walaupun minat ini sempat mati suri ketika SMA dikarenakan tidak ada mata pelajaran atau ekskul tentang kelistrikan. Namun, ketertarikan pada dunia elektro ini muncul kembali ketika takdir membangkitkannya untuk kuliah di POLMAN Bandung.
Setelah kuliah D3, Paje diterima di perusahaan Halliburton Indonesia sebagai Teknisi Elektromekanik pada tahun 2006. Di perusahaan ini karirnya menjelajah dunia dimulai. Pada saat itu, setelah ia bekerja di Balikpapan (2 tahun lebih), ia melanjutkan karirnya di perusahaan yang sama namun bertempat di Angola (Afrika) selama 1 bulan, lalu melanjutkan kuliahnya kembali di Universitas Indonesia jurusan S1 Electrical Engineering (2009-2012).
Pasca kuliah S1 di UI, Paje menandatangani kontrak untuk kerja di Norwegia pada perusahaan yang sama (Halliburton) selama 3 tahun. Pekerjaan ini didapatkannya dari informasi teman-temannya di Angola dulu yang ingin mengajak Paje untuk kembali bekerja di perusahaan yang lama. Dengan kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan, akhirnya Paje diberikan pelatihan di Ipoh Malaysia (2012) dan juga menjadi lulusan terbaik di Halliburton Maintenance Professional School, Texas AS (2013).
Prestasi di Texas membuat Founder & Managing Director perusahaan Intekno Industri Indonesia (baca: Intekno) ini pernah bekerja di Kota Aberdeen walau cuma 1 bulan. Alasan fleksibilitas dan status tempat tinggal yang tetap membuat lelaki bergigi gingsul ini lebih memilih kerja di Halliburton Gabon (Afrika) daripada Halliburton Inggris selama hampir 3 tahun.
Pada tahun 2015, Paje akhirnya memutus hubungannya dengan dunia internasional untuk saat ini. Sempat traveling ke berbagai negara Eropa dan Afrika ketika bekerja di luar negeri, membuat pria yang tinggal di Pilang Tanjungpandan ini lebih memilih berwirausaha berkebun, hidroponik, dan investasi di pasar modal walaupun jatuh-bangun pasca bekerja di Halliburton.
Hingga pada tahun 2018, ia mencoba mendirikan perusahaannya sendiri bersama sahabat karibnya Redy Abdillah dengan nama Intekno. Yang mana perusahaan ini pada awalnya bergerak pada bidang teknologi hidrolik dan kontrol pelayanan PT Timah unit produksi Riau dan Kepri (2018). Kemudian pada tahun 2019 perusahaan ini pernah melaksanakan rehab alutsista meriam komposit 47 mm milik TNI AD Detasemen Arhanud 001 Lhokseumawe. Dan, pada tahun 2020 Intekno melakukan inovasi teknologi mendukung protokol tatanan kenormalan baru (new normal) serta inovasi permesinan untuk nelayan di pesisir.
Di perusahaan iniliah Paje mulai menemukan jati diri sesungguhnya. Di mana ia bangga sekaligus bahagia bisa kembali dan berkontribusi di daerah kelahirannya bersama Intekno yang berkedudukan di Pulau Belitung.
Dari pengalaman kerja yang ia jalani sejak 2006, traveling sembari bekerja adalah sajian yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Melalui traveling ke berbagai daerah dan negara, membuat kita melek dunia baru, menerima wawasan baru, dan belajar pengetahuan baru.
“Untuk anak muda Belitung, jikalau masih ada waktu dan kesempatan, carilah ilmu kemanapun, jangan khawatir jauh dari rumah. Berpetualanglah, bangunlah koneksi di sana. Cari kawan sebanyak-banyaknya, kemudian, ingat-ingatlah kampung halaman.” ujar Fajar. Selain itu, Paje pun berpesan, “Mungkin suatu saat kampung halaman akan memanggil tentang apa yang bisa kita buat atau tinggalkan sebagai legacy (warisan). Karena kalau mau membangun daerah tidak harus jadi politisi, namun kita bisa membangun daerah sesuai dengan kompetensi masing-masing. Intinya, berkaryalah. Bangun reputasi, lalu kembalilah ke kampung halaman.” begitu tukasnya. (AR)