Pembelajaran Jarak Jauh, Benarkah?
Oleh:
Hariyanto
Alumnus Magister Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret (UNS)
Editor:
Ares Faujian
Peperangan melawan serangan Covid-19 nampaknya masih belum berakhir. Sampai saat ini sudah lebih dari 14 ribu kasus positif dikonfirmasi di Indonesia. Keadaan ini jelas mempengaruhi semua lini kehidupan, tidak terkecuali dunia Pendidikan.
Seperti yang diketahui, untuk memutus rantai penyebaran virus dengan jenis SARS-CoV-2 ini, pemerintah pusat ataupun daerah telah mengeluarkan kebijakan untuk belajar dari rumah. Hal ini jelas mendorong setiap tingkatan pendidikan untuk memutar otak mencari alternatif pembelajaran yang tepat untuk mengantisipasi kebijakan tersebut.
Secara umum, salah satu pilihan yang dianggap paling efektif dan efisien adalah pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi. Pilihan ini diambil supaya peserta didik tetap dapat menerima pelajaran walaupun tanpa adanya kegiatan tatap muka secara langsung.
Saat ini banyak sekali aplikasi dari teknologi informasi yang dapat digunakan. Ada beberapa LMS (Learning Management System) gratis yang menyediakan layanan bagi pendidik dalam mengolah pelajaran. Selain itu, pendidik juga dapat menggunakan media sosial bahkan layanan online meeting. Namun, apakah setiap pendidik paham akan hal ini?
Mungkin bagi sebagian pendidik pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi menjadi hal yang biasa dan mudah dilakukan. Akan tetapi kenyataan dilapangan tidak sepenuhnya seperti itu. Banyak pendidik yang merasa kesulitan untuk memberikan pelajaran secara digital. Bahkan ada beberapa pendidik yang mungkin sama sekali tidak pernah memanfaatkan teknologi informasi dalam memberikan pembelajaran. Mereka kebingungan saat semuanya harus dilakukan secara digital. Lantas apa yang terjadi?
Saat kebingungan banyak dialami oleh pendidik, pembelajaran akhirnya menjadi momok yang sedikit menakutkan bagi peserta didik. Bagaimana tidak? Banyak dari pendidik yang merasa bahwa mereka sudah menunaikan kewajibannya saat mereka memberikan tugas berupa soal-soal dengan memanfaatkan teknologi informasi. Hal ini mungkin bukanlah sesuatu yang dapat dibilang sudah tepat. Soal pada dasarnya adalah suatu instrumen yang digunakan untuk melakukan assessment atau penilaian bagi peserta didik. Soal tidak disarankan untuk diberikan saat peserta didik belum belajar apapun mengenai materi pelajaran yang diberikan. Kecuali, soal diberikan untuk memberikan stimulus kepada siswa untuk menyelidiki suatu fenomena yang berkaitan dengan pembelajaran.
Pemberian soal-soal ini pada akhirnya tidak menjadikan peserta didik untuk belajar jarak jauh, namun hanya “ujian” jarak jauh. Hal ini jelas bukanlah yang kita harapkan. Pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi pada dasarnya sama saja dengan pembelajaran konvensional yang dilakukan secara langsung. Perlu dilakukannya tiga kegiatan utama pembelajaran yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, perlu dilakukan pula evaluasi ketika satu kompetensi dasar atau satu materi selesai dilakukan.
Kegiatan awal pembelajaran dapat dilakukan pendidik dengan memberikan apersepsi kepada peserta didik. Pendidik dapat memberikan satu gambar atau satu pertanyaan umum yang mengarahkan peserta didik pada materi yang hendak dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan mem-posting gambar/pertanyaan tersebut di media sosial dan peserta didik diminta memberikan tanggapan pada jam yang telah ditentukan. Ataupun, jika pendidik menggunakan LMS, pendidik dapat memberikan suatu halaman misalnya bagian “Ayo Berpikir” atau apapun itu tergantung tuntutan materi yang hendak diajarkan.
Lanjutan dari kegiatan awal adalah kegiatan inti yang di dalamnya berisikan tahap-tahap yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan suatu materi. Kegiatan ini sama halnya dengan kegiatan pada pembelajaran secara langsung. Jika hal ini kita lakukan secara jarak jauh, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah memberikan materi tersebut di media sosial ataupun pada halaman LMS yang digunakan. Pendidik pada dasarnya tidak harus memberikan materi secara penuh, namun dapat dilakukan bertahap. Pemberian materi ini dapat dipermudah pula dengan pemberiaan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang didasarkan pada model ataupun pendekatan tertentu yang digunakan. Selain sama halnya dengan pembelajaran secara langsung, LKPD juga dapat menuntun peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuannya.
Tahapan terakhir yang tetap harus ada dalam pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi adalah kegiatan penutup. Kegiatan ini biasanya berisikan reviu tentang materi pelajaran yang telah disampaikan oleh pendidik. Pendidik dalam tahapan ini secara umum dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap apa yang telah disampaikan. Secara daring, dalam hal ini pendidik dapat memberikan kesimpulan kepada peserta didik di media sosial yang digunakan, ataupun halaman LMS.
Secara garis besar, pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi sama halnya dengan pembelajaran secara langsung. Perlu adanya tiga kegiatan yang telah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya kegiatan pembelajaran pada setiap satuan pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, paradigma pembelajaran jarak jauh ini harus diubah. Pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang dilakukan tanpa tatap muka secara langsung namun tetap memperhatikan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang wajib dilakukan. Pembelajaran ini juga bukan hanya sebatas pemberian soal-soal yang pada akhirnya memberatkan siswa.
Namun demikian, apresiasi yang setingginya wajib kita berikan pada para pendidik. Mereka pada dasarnya telah berusaha dengan baik dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang saat ini kita hadapi. Tidak apa rasanya untuk saat ini pendidik masih mencoba mencari gaya pembelajaran jarak jauh yang hendak mereka gunakan. Setidaknya dengan adanya pandemi ini, dengan adanya kebingungan ini, banyak pendidik yang akhirnya “terpaksa” mendigitalisasi dirinya dan pembelajarannya. Jelas ini sangat baik mengingat kita telah masuk dalam era revolusi industri 4.0, di mana penguasaan teknologi informasi merupakan suatu keharusan.
Wih. Yantoo good tulisannya.
Sedikit info aja
Sy di sdit al fath pakai LMS juga.
N selain itu pakai zoom utk guru menjelaskan materi
N quizizz utk evaluasinya..
Selain itu
Banyak strategi pembelajaran yg di terapkan seperti tanya jawab, diskusi, penugasan sederhana n berkaitan dg kegiatan sehari-hari.. ini kaitan dlm aspek kognitinya
Kemudian utk pementauan aspek afktifnya
PJJ yg di sdh berlangsung diambil sikap disiplin dari kehadiran siswa saat greeting di jam 8.00, n selama zoom online sikap duduk n sikap disiplin dlm menghargai guru yg sedang memberiman materi juga dpt di nilai..terakhir pembelajaran atau saat end zoom siswa selalu mengucapkan terima kasih. Nah ini juga termasum penilaian dari rasa bersyukur. N penilaian tanggung jawab juga bisa dari waktu pengumpulan tugas.
N gimna klo aspek psikomotorik. Contohnya sprti pelajaran sport siswa melihat video lewat LMS atau bisa zoom online dg guru. Atau bisa jugaa saat penilaian duty yg setiap harinya berbeda2.
Pokoknya dg ada nya PJJ banyak positive nya.. jadi tambah melek teknologi n rasa bersyukur yg tinggi.
Itu aja yg bisa saya curhatkan.. karena 2 bulan belajar online ini.
Semoga bermanfaat komen sy yg pxl ini.
Makasih kak komentarnya. 🙂