+62 857 4037 0566
Logo
Menu
  • Home
  • Tentang Kami
  • Berita & Kegiatan
  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.)
  • Fiksi (Cerpen, Puisi, dll.)
  • Dokumentasi
  • Download
  • Hubungi Kami

Latest Blog

  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.)
  • 637
  • Aqila Hilmyra Zinta
  • 0 Comments

Pendidikan Karakter dalam Manifestasi Kepribadian Anak

Oleh: Aqila Hilmyra Zinta*

Editor: Ares Faujian

Masa muda merupakan masa terpenting untuk membentuk kepribadian anak.  Pendidikan karakter sejak dini merupakan kunci paling tepat untuk membangun bangsa. Mengapa? Karena dengan cara ini anak akan menjadi pribadi yang bermartabat. Hal yang paling berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak adalah lingkungan dan kepribadiannya yang sehat. Selanjutnya pentingnya peran keluarga, sekolah dan semua faktor yang terdapat dalam masyarakat juga mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.

Era serba teknologi ini membuat anak-anak terkesan sangat pasif dan jarang bersosialisasi di dalam keluarga bahkan di masyarakat. Kebanyakan anak zaman sekarang lebih fokus pada layar di depan matanya daripada bermain dengan teman sebayanya, bahkan mereka jarang terlihat memainkan permainan tradisional. Padahal, permainan tradisional dapat dijadikan sebagai kebiasaan untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dengan  teman sebaya dan untuk menjadi lebih akrab, serta menghasilkan ide-ide kreatif menggunakan permainan tradisional.

Dari kejadian ini, anak-anak akan menyia-nyiakan  waktu berharganya untuk bermain bersama keluarga, belajar, dan mengembangkan keterampilan atau bermain dengan teman. Hal ini dikarenakan perhatian telah teralihkan oleh layar ponsel atau teknologi yang  menarik perhatian itu.

Oleh karena itu, peran orang tua juga sangat penting bagi anak dalam membimbing, memantau dan memanajemen waktu anak-anaknya dari alat-alat digital yang mereka gunakan. Menurut Palupi dan Wates (2015), hal yang perlu dilakukan orang tua untuk anak-anak mereka dalam pengasuhan digital (digital parenting),  sebagai berikut:

  1. Meningkatkan dan memperbarui wawasan tentang internet dan gawai, karena  sebagian orang tua tidak dapat mengawasi anaknya jika  gagap dengan teknologi.        
  2. Jika ada internet di rumah, letakkan di ruang keluarga dan orang tua  dapat melihat apa yang dilakukan anak-anak ketika mereka mengakses Internet.    
  3. Batasi waktu anak menggunakan gawai dan internet.     
  4. Memberikan pemahaman dan kesadaran bersama tentang dampak negatif internet atau gawai.     
  5. Larangan seketat mungkin jika ada yang tidak pantas untuk ditonton. 
  6. Jalin komunikasi dua arah secara terbuka dengan anak.

Layaknya pendidik dan juga sebagai orang tua, hendaknya lebih mampu menjadi panutan bagi anak agar dapat membentuk kepribadian dan bahkan karakter anak dengan baik. Di era digital ini sangat mudah ditemukan dan bahkan mendapatkan informasi di internet.

Sebagai pendidik (di rumah), orang tua juga harus menjadi pengawas dan wali  yang berguna bagi anak untuk memperoleh informasi. Apalagi dengan usia anak yang belum bisa membedakan bahkan menyaring mana yang baik buruk. Di era digital ini, dikhawatirkan dengan adanya teknologi akan berdampak negatif karena minimnya pengawasan oleh pendidik bahkan orang tua. 

Baca Juga:

Terlemparnya Jiwa Milenial dalam Entakan Era Globalisasi

Menurut ilmu psikologi, pada usia 6 tahun, otak manusia berkembang dan dapat menerima serta menyerap banyak jenis informasi. Pada masa inilah perkembangan fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Oleh karena itu banyak orang yang mengatakan bahwa masa ini disebut masa keemasan anak  atau masa keemasan yang indah.

Asumsi ini juga digunakan sebagai sarana sosialisasi yang harus dimiliki masyarakat untuk mengubah dirinya menjadi satu atau lebih individu yang lebih bermanfaat bagi lingkungan. Ini juga digunakan untuk tujuan pendidikan karakter (bpkpenabur.or.id, 2020), yaitu:

  1. Untuk dapat mengetahui kualitas yang berbeda dari seseorang.
  2. Untuk dapat memahami sisi yang baik menjalankan perilaku.
  3. Untuk dapat memahami dan menafsirkan kepribadian.
  4. Menggaris bawahi atau menerapkan contoh perilaku karakter orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Inilah beberapa tujuan dasar pembentukan pendidikan karakter seseorang. Lalu apa saja dampak negatif dan positif dari teknologi ini?

Contoh yang paling umum dan meluas adalah cyber bullying, di mana dampaknya sangat berpengaruh terhadap korbannya. Dampaknya tidak hanya jangka pendek tetapi jangka panjang, juga dapat meluas hingga korban melanjutkan pendidikan hingga tingkat sekolah menengah. Dampak dari perisakan itu sendiri membuat korban merasa minder, tidak percaya diri, cenderung mengucilkan diri dari lingkaran sosial, terluka, atau lebih parahnya memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Selain perundungan siber, situs pornografi adalah salah satu dampak negatif dari teknologi saat ini. Kemudahan akses dan distribusi video digital menunjukkan bahwa masih banyak disalahgunakan. Selain itu, pemerintah sendiri tidak membatasi akses ke situs porno di internet secara signifikan. Hal-hal seperti inilah yang menjadikan anak bangsa yang temperamennya selalu cenderung buruk.

Selain itu, beberapa dampak positif dari teknologi di antaranya, yaitu individu memiliki kebermanfaatan atau berguna bagi orang lain (sharing informasi), menjadi lebih menghargai orang lain (netiket atau memiliki etika berinternet), dan tentunya teknologi sejatinya merupakan sarang IPTEK, dsb.

Seiring dengan meningkatnya keterampilan berpikir, pendidikan karakter dalam era informasi dan teknologi ini memainkan peran yang sangat penting dalam mempengaruhi kemampuan berpikir individu siswa. Dengan demikian, kita akan lebih bijak dalam mengambil keputusan, agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Oleh karena itu, pendidikan karakter harus dilakukan sedini mungkin agar anak mampu menanamkan karakter yang baik, sehingga dapat terbawa hingga dewasa nanti. Pendidikan karakter di sekolah dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Setiap pertanyaan yang berkaitan dengan standar harus dikembangkan dan diterapkan. Dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Di era digital, peran orang tua bahkan pendidik sangat penting dalam meningkatkan karakter penerus bangsa di masa depan. Orang tua adalah tempat pertama di mana siswa dapat menjalani kehidupan mereka. Peran guru di sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Guru juga merupakan panutan bagi anak, sehingga guru menjadi acuan sikap siswa.

Guru  tidak hanya mengajarkan konsep karakter yang baik. Tetapi bagaimana membimbing siswa agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Masyarakat sekitar pun berperan pula dalam mengawasi dan memotivasi pengembangan karakter siswa. Sehingga kolaborasi antarelemen masyarakat ini merupakan kesatuan untuh dalam menumbuhkan dan merawat pendidikan karakter ini.

*Penulis adalah peserta didik Kelas Sosioliterasi Gen 2 SMA Negeri 1 Manggar

Baca Juga:

Berliterasi di Kerajaan Kupu-Kupu Sulawesi
  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Pinterest
  • Linkedin

Write a comment Cancel reply

Recent Posts

  • Jauh Dari Kampung Halaman, IKPB Cabang Yogyakarta Semarakkan Agustusan di Tanah Rantau
  • Resesi dan Cara Jitu Masyarakat Kelas Menengah dalam Menghadapinya
  • Ibu, Terima Kasih!
  • Sepeda Baru
  • Sekolah Impian

Archives

  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • December 2022
  • November 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • August 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019

Categories

  • Beasiswa (2)
  • Fiksi (Cerpen, Puisi, dll.) (199)
  • Kegiatan KMB (17)
  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.) (209)
  • Prestasi (5)
  • Project KMB (10)
  • Redaksi (20)
  • Tokoh Pemuda (8)
© 2021 Karya Muda Belitung.