Pendidikan Karakter dalam Manifestasi Kepribadian Anak
Oleh: Aqila Hilmyra Zinta*
Editor: Ares Faujian
Masa muda merupakan masa terpenting untuk membentuk kepribadian anak. Pendidikan karakter sejak dini merupakan kunci paling tepat untuk membangun bangsa. Mengapa? Karena dengan cara ini anak akan menjadi pribadi yang bermartabat. Hal yang paling berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak adalah lingkungan dan kepribadiannya yang sehat. Selanjutnya pentingnya peran keluarga, sekolah dan semua faktor yang terdapat dalam masyarakat juga mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang.
Era serba teknologi ini membuat anak-anak terkesan sangat pasif dan jarang bersosialisasi di dalam keluarga bahkan di masyarakat. Kebanyakan anak zaman sekarang lebih fokus pada layar di depan matanya daripada bermain dengan teman sebayanya, bahkan mereka jarang terlihat memainkan permainan tradisional. Padahal, permainan tradisional dapat dijadikan sebagai kebiasaan untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dengan teman sebaya dan untuk menjadi lebih akrab, serta menghasilkan ide-ide kreatif menggunakan permainan tradisional.
Dari kejadian ini, anak-anak akan menyia-nyiakan waktu berharganya untuk bermain bersama keluarga, belajar, dan mengembangkan keterampilan atau bermain dengan teman. Hal ini dikarenakan perhatian telah teralihkan oleh layar ponsel atau teknologi yang menarik perhatian itu.
Oleh karena itu, peran orang tua juga sangat penting bagi anak dalam membimbing, memantau dan memanajemen waktu anak-anaknya dari alat-alat digital yang mereka gunakan. Menurut Palupi dan Wates (2015), hal yang perlu dilakukan orang tua untuk anak-anak mereka dalam pengasuhan digital (digital parenting), sebagai berikut:
- Meningkatkan dan memperbarui wawasan tentang internet dan gawai, karena sebagian orang tua tidak dapat mengawasi anaknya jika gagap dengan teknologi.
- Jika ada internet di rumah, letakkan di ruang keluarga dan orang tua dapat melihat apa yang dilakukan anak-anak ketika mereka mengakses Internet.
- Batasi waktu anak menggunakan gawai dan internet.
- Memberikan pemahaman dan kesadaran bersama tentang dampak negatif internet atau gawai.
- Larangan seketat mungkin jika ada yang tidak pantas untuk ditonton.
- Jalin komunikasi dua arah secara terbuka dengan anak.
Layaknya pendidik dan juga sebagai orang tua, hendaknya lebih mampu menjadi panutan bagi anak agar dapat membentuk kepribadian dan bahkan karakter anak dengan baik. Di era digital ini sangat mudah ditemukan dan bahkan mendapatkan informasi di internet.
Sebagai pendidik (di rumah), orang tua juga harus menjadi pengawas dan wali yang berguna bagi anak untuk memperoleh informasi. Apalagi dengan usia anak yang belum bisa membedakan bahkan menyaring mana yang baik buruk. Di era digital ini, dikhawatirkan dengan adanya teknologi akan berdampak negatif karena minimnya pengawasan oleh pendidik bahkan orang tua.Â
Baca Juga:
Menurut ilmu psikologi, pada usia 6 tahun, otak manusia berkembang dan dapat menerima serta menyerap banyak jenis informasi. Pada masa inilah perkembangan fisik, mental dan spiritual anak mulai terbentuk. Oleh karena itu banyak orang yang mengatakan bahwa masa ini disebut masa keemasan anak atau masa keemasan yang indah.
Asumsi ini juga digunakan sebagai sarana sosialisasi yang harus dimiliki masyarakat untuk mengubah dirinya menjadi satu atau lebih individu yang lebih bermanfaat bagi lingkungan. Ini juga digunakan untuk tujuan pendidikan karakter (bpkpenabur.or.id, 2020), yaitu:
- Untuk dapat mengetahui kualitas yang berbeda dari seseorang.
- Untuk dapat memahami sisi yang baik menjalankan perilaku.
- Untuk dapat memahami dan menafsirkan kepribadian.
- Menggaris bawahi atau menerapkan contoh perilaku karakter orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah beberapa tujuan dasar pembentukan pendidikan karakter seseorang. Lalu apa saja dampak negatif dan positif dari teknologi ini?
Contoh yang paling umum dan meluas adalah cyber bullying, di mana dampaknya sangat berpengaruh terhadap korbannya. Dampaknya tidak hanya jangka pendek tetapi jangka panjang, juga dapat meluas hingga korban melanjutkan pendidikan hingga tingkat sekolah menengah. Dampak dari perisakan itu sendiri membuat korban merasa minder, tidak percaya diri, cenderung mengucilkan diri dari lingkaran sosial, terluka, atau lebih parahnya memiliki keinginan untuk bunuh diri.
Selain perundungan siber, situs pornografi adalah salah satu dampak negatif dari teknologi saat ini. Kemudahan akses dan distribusi video digital menunjukkan bahwa masih banyak disalahgunakan. Selain itu, pemerintah sendiri tidak membatasi akses ke situs porno di internet secara signifikan. Hal-hal seperti inilah yang menjadikan anak bangsa yang temperamennya selalu cenderung buruk.
Selain itu, beberapa dampak positif dari teknologi di antaranya, yaitu individu memiliki kebermanfaatan atau berguna bagi orang lain (sharing informasi), menjadi lebih menghargai orang lain (netiket atau memiliki etika berinternet), dan tentunya teknologi sejatinya merupakan sarang IPTEK, dsb.
Seiring dengan meningkatnya keterampilan berpikir, pendidikan karakter dalam era informasi dan teknologi ini memainkan peran yang sangat penting dalam mempengaruhi kemampuan berpikir individu siswa. Dengan demikian, kita akan lebih bijak dalam mengambil keputusan, agar tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Oleh karena itu, pendidikan karakter harus dilakukan sedini mungkin agar anak mampu menanamkan karakter yang baik, sehingga dapat terbawa hingga dewasa nanti. Pendidikan karakter di sekolah dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Setiap pertanyaan yang berkaitan dengan standar harus dikembangkan dan diterapkan. Dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Di era digital, peran orang tua bahkan pendidik sangat penting dalam meningkatkan karakter penerus bangsa di masa depan. Orang tua adalah tempat pertama di mana siswa dapat menjalani kehidupan mereka. Peran guru di sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Guru juga merupakan panutan bagi anak, sehingga guru menjadi acuan sikap siswa.
Guru tidak hanya mengajarkan konsep karakter yang baik. Tetapi bagaimana membimbing siswa agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Masyarakat sekitar pun berperan pula dalam mengawasi dan memotivasi pengembangan karakter siswa. Sehingga kolaborasi antarelemen masyarakat ini merupakan kesatuan untuh dalam menumbuhkan dan merawat pendidikan karakter ini.
*Penulis adalah peserta didik Kelas Sosioliterasi Gen 2 SMA Negeri 1 Manggar
Baca Juga: