“Pensi” Arus Sumpah Pemuda, Bukan Sampah Pemuda
Oleh:
Graffina
Editor:
Ares Faujian
Saat pertama kali mendengar kata “Sumpah Pemuda”, tentu bukanlah hal yang baru terdengar di telinga masyarakat Indonesia. Peristiwa Sumpah Pemuda merupakan sebuah peristiwa penting dalam perjalanan Indonesia menjadi sebuah bangsa. Peristiwa penting yang digerakkan oleh anak-anak muda Indonesia yang terjadi pada 88 tahun silam.
Salah seorang sejarawan senior (Taufik Abdullah) tak segan-segan menyebutkan Sumpah Pemuda sebagai salah satu dari “Tiga Peristiwa Satu Napas”, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, Proklamasi 17 Agustus 1945, dan Peristiwa 10 November 1945 (Abdullah, 2015). Meletakkan peristiwa Sumpah Pemuda sebagai salah satu dari elemen penting dari napas Indonesia bukan tanpa alasan. Sebab, pada momen inilah para pemuda-pemudi Indonesia menanggal sekat-sekat suku, agama dan ras.
Bahkan, perlu kita garis bawahi generasi muda sangatlah menentukan gerak garis dari bangsa Indonesia ini. Namun, nyatanya sekarang para pemuda Indonesia banyak yang menyimpang dari hal yang diinginkan oleh para leluhur bangsa Indonesia. Penulis berpendapat bahwa perlu hal yang menarik bagi para anak muda, untuk selalu mengingat peristiwa sumpah pemuda.
Dari judul kita membaca sebuah kata yaitu “Pensi”, mungkin para pembaca mengira pensi adalah kepanjangan dari pentas seni. Namun, “Pensi” di sini merupakan singkatan dari “Pemuda Ingat Sejarah Indonesia”. Karena bagi para pemuda, untuk selalu mengingat dan tidak melupakan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di masa lalu, mereka harus melalui sebuah proses yang asyik, menarik dan menyenangkan. Salah satunya dengan memanfaatkan sebuah media “Pensi”.
Dalam hal ini “Pensi” sendiri, merupakan sebuah perwujudan para pemuda Indonesia yang memiliki jiwa semangat nasionalisme dan patriotisme. Dalam hal ini dilakukan untuk selalu mengenang sejarah Indonesia yang sudah mulai pudar terdengar bagi para pemuda Indonesia.
Lingkunganlah yang menjadi patokan bagi para pemuda. Banyak pemuda yang salah melangkah dari gerak garis bangsa Indonesia. Salah satunya banyak pemuda yang terjerat kasus narkoba.
Pada tahun 2021 (bnn.go.id), Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) membeberkan data, 23 persen penghuni Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) merupakan pelaku pencurian, 17,8 persen terjerat tindak pidana narkotika diikuti dengan kasus asusila sebanyak 13,2 persen. KPAI juga membeberkan hasil survei terhadap kasus penyalahgunaan narkoba oleh anak-anak. Komisioner KPAI Divisi Monitoring dan Evaluasi, Jasa Putra menjabarkan 82,4 persen anak yang terjerat kasus narkotika berstatus pemakai. Sedangkan 47,1 persen berperan sebagai pengedar, dan 31,4 persen sebagai kurir.
Bukan hanya narkoba saja yang melahirkan sampah-sampah pemuda di negara Indonesia ini. Banyak kegiatan lainnya, jika dikaitkan dengan hal yang paling banyak digunakan oleh para pemuda salah satunya seperti media sosial. Di sini, media sosial banyak memberikan pengaruh buruk jika pemuda tersebut tidak menggunakan untuk hal-hal yang positif. Banyak pemuda yang memanfaatkan media sosial dengan cara yang salah, dengan media sosial banyak sekali terjadinya perundungan, hoaks, bahkan hal-hal negatif lainnya.
Melalui informasi di atas, kenakalan para pemuda menjadi hal yang perlu di waspadai dan lebih diperhatikan karena seiring berkembangnya seorang anak, sudah sewajarnya seorang pemuda melakukan sebuah kenakalan. Selama kenakalan itu masih pada tingkat yang wajar. Oleh karena itu, peran orang tua dalam mendidik seorang anak apalagi remaja sangat diperlukan penanaman nilai, dan norma yang diberikan sejak dini dapat mempengaruhi sikap, perbuatan mental seorang anak untuk dapat memilah mana hal yang perlu ditiru, dan mana hal yang tidak patut ditiru.
Pada intinya, seorang anak dapat melihat mana yang baik dan mana yang tidak baik. Di sini peran orang tua bisa dimulai dengan selalu membiasakan atau mendukung anak untuk terlibat dalam kegiatan sosial yang positif di lingkungan masyarakat. Serta peran orang tua yang sangat dibutuhkan bagi para anak yaitu, menjadi seorang pendengar keluh kesah anak dengan penuh perhatian dan membantu menyelesaikannya.
Apabila peran orang tua tidak maksimal sejak anak masih kecil, pada saat tumbuh menjadi seorang remaja pun tidak menutup kemungkinan seorang remaja berbuat hal yang melanggar aturan. Seperti banyak contoh yang terjadi, seorang remaja kedapatan sedang merokok, meminum-minuman keras, sampai seks bebas dilakukan tanpa rasa bersalah. Hal itu karena tidak adanya pengawasan orang tua, atau kurangnya perhatian dari orang tua.
Sudah sangat jelas bahwa lingkungan memberi peran yang amat besar bagi para pemuda untuk melakukan kegiatan-kegiatan negatif. Oleh karena itu, sinergitas para pemuda sangat dibutuhkan, untuk merangkul dan menjadi sebuah role model bagi para teman sebaya mereka untuk menghindari hal negatif. Dengan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya sejarah dan perjuangan para pahlawan serta memberi bekal kepada mereka untuk selalu mengingat JAS MERAH “Jangan sekali-sekali Melupakan Sejarah”. Hal ini, dapat berdampak pada tingginya kesadaran di masyarakat akan pentingnya mengingat sumpah pemuda, bukan menjadi sampah pemuda.
Metode “Pensi” sendiri memiliki banyak manfaat bagi para pemuda untuk saling merangkul teman sebayanya agar menjauhi dampak negatif yang bisa menambah sampah pemuda. Bagi para pemuda, metode “Pensi” dapat mempelajari ilmu yang berkaitan dengan peristiwa sejarah Indonesia bersama teman-teman. Selain itu, menjadi ajang bagi para pemuda untuk memoles jiwa nasionalisme dan patriotisme, serta “pensi” sendiri merupakan sebuah wadah untuk para pemuda agar bisa menjadi seorang role model bagi teman sebaya serta menjadi relawan di daerahnya masing-masing.
Sebagai pemuda generasi penerus bangsa, tentunya ada beberapa peran pemuda yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut :
- Menjadi agen perubahan
Peran pemuda yang pertama dapat dilihat dari peran pemuda sebagai agen perubahan. Hal ini dapat diwujudkan dengan pemuda ikut mendukung perubahan-perubahan dalam lingkungan masyarakat, baik secara nasional maupun daerah, menuju kepada arah yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang.
- Menjadi agen perubahan
Agen pembangunan di sini bukan hanya sebatas pembangunan secara fisik maupun non fisik, tetapi juga menyangkut juga kemampuan pengembangan potensi generasi muda lainnya. Potensi dan produktivitas yang ada di diri para generasi muda perlu dikembangkan demi mencapai tujuan pembangunan bangsa Indonesia.
- Menjadi agen pembaharuan
Sebagai agen pembaharuan, artinya pemuda Indonesia harus memiliki kemampuan dalam menganalisis perubahan zaman sehingga mereka dapat memilih mana yang memang perlu untuk diubah dan juga mana yang seharusnya dipertahankan.
Selain itu, metode “Pensi” sendiri juga memiliki transisi 5 P, dimana transisi ini adalah sebuah patokan bagi para pemuda untuk memulai menjadi seorang role model bagi teman sebaya. Lima transisi tersebut, yakni :
- Pemuda yang aktif, kreatif, dan inovatif.
- Pemuda penerap ciri khas bangsa.
- Pemuda berani menyampaikan pendapat.
- Pemuda yang tidak melupakan “Jas merah”.
- Pemuda berjiwa nasionalisme dan patriotisme.
Selain memiliki sebuah manfaat edukatif dan inspiratif, metode “Pensi” mempunyai manfaat lainnya yaitu bersifat rekreatif bagi para pemuda penerus bangsa. Dalam metode ini, proses pembelajaran ataupun penyuluhan lebih terpusat kepada para pemuda serta para orang tua dan guru yang berperan sebagai fasilitator.
*Penulis adalah siswa SMA Negeri 1 Manggar