Pentingnya Bijak dalam Berselancar di Media Sosial
Oleh: Ferdinand Mirzan*
Editor: Ares Faujian
Di era digital 4.0, sudah banyak tercipta alat-alat teknologi yang bisa berperan membantu kehidupan manusia, terutama dalam aspek komunikasi di dunia maya. Bahkan, orang-orang lebih mementingkan kehidupan dunia maya dibandingkan kehidupan nyata, sebab media sosial kini memiliki banyak sekali manfaatnya seperti berbisnis, berteman, menjalankan proses pembelajaran, rapat, berorganisasi, dan manfaat lainnya. Hal ini tidak hanya dialami orang-orang dewasa, akan tetapi juga dialami oleh remaja.
Kehidupan dunia maya ini sangat berubungan erat dengan media sosial atau singkatan dari kata gaulnya yaitu medsos. Media sosial ini berhubungan erat dengan kehidupan di dunia maya, dikarenakan media sosial merupakan suatu perantara untuk melakukannya atau terjalinnya suatu komunikasi di dunia maya.
Menurut KBBI, media sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial. Menurut Gohar F. Khan dalam bukunya Social Media for Government menyatakan secara sederhana, bahwa media sosial merupakan sebuah platform berbasis internet yang mudah digunakan sehingga memungkinkan para penggunanya untuk memuat berbagai konten (informasi, opini, dan minat) dalam konteks yang beragam (edukatif, sindiran, kritik, dan sebagainnya) kepada khalayak yang lebih ramai.
Tiap hari kita seperti berenang dan juga bisa tenggelam di lautan konten media sosial, tanpa tau apa yang ada di dasar dari lautan konten-konten yang ada di media sosial, baik itu yang bermanfaat ataupun yang merugikan. Hampir setiap hari kita sebagai pengguna dari media sosial seperti para detektif-detektif yang sedang mencari atau menggali suatu informasi. Di mana hal ini dilakukan untuk menemukan kehidupan orang asing yang ditampilkan di layar smartphone atau gadget kita dengan menyaksikan aktivitas yang mereka lakukan.
Kita sebagai pengguna sudah pasti akan memberikan reaksi-reaksi ketika menonton berbagai konten di media sosial, seperti tertawa sendiri, memicingkan mata hingga timbulnya emosi dan membuat marah saat mengonsumsi konten-konten yang terdapat dalam media sosial. Kita juga sebagai pengguna seolah tidak mau ketinggalan update atau konten terbaru yang muncul di media sosial, sehingga menyebabkan seseorang mulai membuang semua fotonya dengan cara menyebarluaskan atau mengunggahnya ke media sosial. Dengan cara, memposting di berbagai aplikasi fotografi demi mendapatkan sebuah tanda hati, jempol, atau sekalipun pesan dari teman kita di akun media sosial. Kita memang hidup di zaman yang sudah sangat modern ini yang penuh dengan berbagai jebakan yang tanpa kita sadari kita masuk ke dalam jebakan itu.
Kita sebagai pengguna, tanpa kita sadari kehidupan yang kita miliki berjalan dalam bayangan media sosial. Seperti setiap hari memberitahukan kepada seluruh teman atau followers yang ada di akun media sosial di mana kita berada, bagaimana kondisi kita, apa yang kita lakukan. Bahkan, seperti para remaja ataupun orang dewasa rela mengeluarkan seluruh uangnya hanya demi keperluan di dunia maya, seperti makan di restoran termewah, jalan-jalan, dan lain sebagainya. Terkadang tanpa kita sadari setiap sebelum kita makan, makanan tersebut mau tidak mau harus difoto untuk diposting di media sosial. Sebenarnya perilaku kurang baik, karena bisa saja memicu terjadinya hal-hal yang tidak baik di media sosial bahkan di dunia nyata.
Dengan menyebarluaskan foto-foto atau video yang kita miliki ke media sosial yang bisa diliat di seluruh dunia, hal itu akan membuat seolah-olah tidak ada lagi privasi yang kita miliki dan bisa memicu terjadinya atau munculnya predator anak di dunia maya. Predator anak ini akan menentukan mangsanya melalui perantara media sosial, dia akan melihat anak-anak yang merasa kesepian, tanpa kasih sayang, keseringan memposting foto ataupun video, dan masih banyak lagi.
Tiap tahun kejahatan seksual terhadap anak di dalam lingkup media sosial mengalami peningkatan. Menurut data dari KPAI dan Jurnal Sosio Informa Komensos tahun 2012, ada sebelas kasus anak sebagai korban kejahatan seksual online dan 27 kasus anak sebagai korban prostitusi online. Angka tersebut mulai meningkat pada tahun 2016 menjadi 78 kasus anak sebagai korban kejahatan seksual online dan 62 kasus anak sebagai korban prostitusi.
Kita harus selalu waspada karena bisa saja kerugian-kerugian di media sosial akan dialami oleh kita. Salah satunya, yaitu waspada terhadap cyberbullying. Menurut unicef.org, cyberbullying (perundungan dunia maya) merupakan perundungan dengan menggunakan teknologi digital. Hal ini dapat terjadi di media sosial, platform chatting, platform bermain game, dan ponsel.
Beberapa contoh dari cyberbullying menurut situs unicef.org yaitu, menyebarluaskan kebohongan tentang seseorang atau memposting foto memalukan tentang seseorang di media sosial. Selanjutnya, mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan melalui platform chatting, menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar, atau memposting sesuatu yang memalukan atau menyakitkan serta menyindir di media sosial.
Tidak hanya itu, dalam situs tersebut juga memaparkan bahwa perundungan digital ini ada pula dalam tindakan mengucilkan, mengecualikan, anak-anak dari game online, aktivitas, atau grup pertemanan. Ada juga tindakan lainnya seperti membuat akun palsu, membajak, atau mencuri identitas online untuk mempermalukan seseorang atau menyebabkan masalah dalam menggunakna nama mereka, dan masih banyak lagi.
Terkadang tanpa kita sadari, kita banyak melakukan perbuatan-perbuatan cyberbullying ini. Seperti membuat lelucon atau candaan kepada teman yang kita pikir itu hanya sebuah candaan, akan tetapi menurut sisi pendidikan karakter atau teman kita itu merupakan sebuah tindakan bullying.
Bermedia sosial memang sangat penting di kehidupan sekarang, dikarenakan memiliki banyak manfaatnya. Akan tetapi, seperti halnya kita berenang ke suatu danau, tanpa kita sadari di dasar danau tersebut terdapat banyak sekali hewan-hewan predator yang hidup, seperti buaya, ular, dan sebagainya. Pernyataan itu memiliki arti, bahwa kita sebagai pengguna dari media sosial hanya tau manfaat-manfaat yang akan didapatkan, tanpa mengetahui ada berbagai jebakan dan kerugian-kerugian di balik dari manfaat-manfaat itu.
Di zaman sebelum tahun 2000-an, anak-anak sangat aktif bermain di dunia luar bahkan tanpa menghiraukan apa akibat-akibat yang akan dialami, seperti luka, terjatuh, dan sebagainnya. Sangat berbeda dengan zaman sekarang, yang mana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah dengan smartphone atau gawainya masing-masing, seperti bermain game Free Fire, PUBG, Mobile Legend; bermain tiktokan; live instagram; menonton youtube, dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa yang membawa tanggung jawab terhadap negara kita tercinta, Indonesia. Kita harus menjaga nama baik negara kita dengan cara bijaklah dalam berselancar di media sosial, karena bukan siapa lagi selain kita yang akan menanggung semua efek terjadinya dari kejahatan-kejahatan di media sosial nantinya di masa depan.
Bermedia sosial memang boleh. Akan tetapi sebagai pengguna yang bijak, kita harus memperhatikan etika, emosi, dan menjaga komunikasi di media sosial agar kehidupan di dunia maya menjadi nyaman bagi seluruh penggunanya.
*Penulis adalah peserta didik SMP Negeri 1 Manggar
Ganteng OOO endinan by M. Putra