+62 857 4037 0566
Logo
Menu
  • Home
  • Tentang Kami
  • Berita & Kegiatan
  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.)
  • Fiksi (Cerpen, Puisi, dll.)
  • Dokumentasi
  • Download
  • Hubungi Kami

Latest Blog

  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.)
  • 137
  • Rifania Aufadira
  • 0 Comments

Penyimpangan Senioritas di Dunia Pendidikan

Oleh: Rifania Aufadira
Siswa Kelas Sosioliterasi G4
SMAN 1 Manggar

Editor: Ares Faujian

Pendidikan merupakan sesuatu yang menjadi kebutuhan, karena tanpa adanya pendidikan, mungkin sekarang kita tak tahu apa itu baca-tulis. Pendidikan juga sangatlah penting untuk kemajuan suatu bangsa dan negara. Tanpa adanya pendidikan, generasi emas dengan pola pikir cerdas tak akan tercipta. Disamping pendidikan itu sendiri, karakter yang kuat juga menjadi fondasi terciptanya generasi yang berkualitas. Maka dari itu, dibuatlah kebijakan yakni “Pendidikan Karakter”.

Mengapa pendidikan harus dibarengi dengan edukasi karakter? Karena karakter sangat penting untuk menjadikan seorang manusia menjadi orang yang baik dan bijak, dan juga karakter merupakan cerminan bagaimana kepribadian seseorang, baik secara perilaku, sikap, dan juga mental. Apalagi di era yang serba digital seperti sekarang, tak dipungkiri bahwa remaja yang masih dalam kategori labil bisa terpengaruh dan melakukan tindakan-tindakan tak bermoral yang didapatkan melalui media digital. Maka dari itu, karakter bukan lagi harus, tetapi merupakan bagian wajib untuk ditanamkan pada generasi muda dari sejak dini.

Selain itu usia remaja sangat diutamakan dalam hal pendidikan, karena mereka perlu dibekali dengan banyak hal untuk menginjak usia dewasa, seperti ilmu, pemahaman, keterampilan, dan juga keahlian yang bermanfaat. Karena usia remaja menjadi penentu bagaimana nantinya seorang remaja tersebut ketika kelak beranjak dewasa. Remaja yang notabenya cenderung memiliki kondisi labil akan mudah menerima dan memproses segala sesuatu yang mereka terima. Masa pembentukan seorang remaja sangat ditentukan dari segala hal yang diterimanya. Selain itu, faktor lingkungan pendidikan yang aman, kondusif, tanpa permasalahan bagi pelajar juga menjadi alasan untuk dapat mewujudkan generasi emas harapan bangsa.

Tetapi, apa pernah kita berpikir bahwa dunia pendidikan di Indonesia sudah aman bagi para pelajar? Sering kali kita melihat berita-berita mengenai tindakan tak bermoral di dunia pendidikan yang beredar di dunia maya, bahkan tak jarang hal itu terjadi di sekitar kita. Hal itu membuktikan bahwa dunia pendidikan kita masih belum di kondisi aman.

Seseorang yang pernah atau tengah menjalani dunia pendidikan pastinya tak asing lagi mendengar kata “senioritas”. Keadaan seseorang yang lebih tinggi baik dari usia, pengalaman, maupun pangkat, secara umum tingkatan yang kita kenal sebagai senior dan junior itulah senioritas.

Tingkatan antara senior dan junior itu awal mulanya sebagai bentuk penghormatan adik kelas kepada kakak kelasnya. Namun seiring berjalannya waktu, tingkatan ini mulai mengalami penyimpangan dan kerap kali disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Tak jarang kita temui bahwa senioritas ini melibatkan kekerasan yang sangat merugikan, bahkan menimbulkan korban jiwa. Meskipun senioritas ini sudah sering kali ditindak dan mulai dihilangkan dari dunia pendidikan, tetapi masih banyak oknum yang melakukan tindakan senioritas di sekolah dan dunia pendidikan lainnya dengan melibatkan kekerasan.

Contoh tindak penyimpangan senioritas yang kerap kali terjadi antara lain:

1. Menindas junior, yang sering disebut sebut melatih mental, padahal tak jarang tindakan yang dilakukan sudah jauh dari batas wajar dan tak sedikit pula yang melibatkan kekerasan;

2. Mengatur junior hal yang tidak berhak mereka atur, seperti melarang juniornya untuk tidak melakukan hal-hal yang mereka sebutkan, padahal hal tersebut tidak ada dalam aturan;

3. Menyebarkan gosip buruk yang tak sesuai fakta tentang junior, hal ini biasanya terjadi akibat timbulnya iri hati karena merasa ada sesuatu yang lebih dari junior yang tidak dimiliki oleh senior;

4. Labrak-labrakan, penyebab hal ini terjadi juga serupa dengan tindakan nomor 3, dan tak jarang pula melibatkan kekerasan; serta hal lainnya yang masih banyak perilaku tak berkarakter lain yang dilakukan senior kepada junior/ adik tingkatnya.

Dilansir dari www.kpai.go.id (2017), sebanyak 84% anak di Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. Angka ini didapat berdasarkan data yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menurut survei International Center for Research on Women (ICRW). Angka tersebut lebih tinggi dari Vietnam (79%), Nepal (79%), Kamboja (73%), dan Pakistan (43%).

Dalam data tersebut, Indonesia mencapai angka yang paling tinggi, yang artinya Indonesia menduduki peringkat pertama dalam kasus kekerasan di sekolah. Hal ini seharusnya menjadi perhatian kita bersama dan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Penindaklanjutan yang tegas agar maraknya kasus bisa diminimalisir dan tidak terulang perlu dilakukan, mengetahui penyebab persoalan itu terjadi juga menjadi langkah awal pemberantasan.

Adapun penyebab yang diduga awal dari penyimpangan senioritas yakni:

1. Ada hal dari junior yang tidak dimiliki oleh senior, bahasa lainnya kalah saing atau iri;

2. Gila hormat;

3. Membutuhkan pengakuan atau validasi;

4. Biasanya para senior membutuhkan pengakuan atas keberadaannya agar mereka tak terlupakan saat kedatangan junior;

5. Senior yang merasa lebih hebat dan jagoan dari juniornya;

6. Kurangnya pendidikan karakter, dan masih banyak lagi penyebab yang tidak pasti dari adanya tindakan tersebut.

Tindakan senioritas dapat menimbulkan dampak positif dan dampak negatif, yang pastinya akan berpengaruh pada fisik dan mental. Dampak positif timbul apabila tindakan senioritas dilakukan sesuai dengan aturan dan batas wajar. Apa saja contoh dampak positif yang ditimbulkan? Antara lain, melatih mental dan kedisiplinan junior, mengajarkan junior supaya lebih hormat dan sopan kepada yang lebih tua, serta mengajarkan senior bagaimana cara menaungi juniornya.

Selain itu, tindak senioritas yang dilakukan tak sesuai aturan dan di luar batas wajar dapat menimbulkan dampak negatif. Apa saja contoh dampak negatif yang ditimbulkan? Antara lain, menimbulkan trauma bagi junior yang merasakan, menimbulkan dendam bagi junior yang bisa saja mereka melanjutkan tindak tersebut di angkatan selanjutnya. Apabila terdapat tindak kekerasan yang fatal, bisa menyebabkan korban jiwa.

Lalu, bagaimana cara agar bisa mengatasi tindakan senioritas ini? Apabila terjadi tindak penyimpangan senioritas, kita harus berani bersuara dan mengumpulkan bukti agar bisa dilaporkan ke pihak sekolah atau pihak berwajib (apabila sudah melanggar hukum). Hal ini dilakukan agar diberikan penindakan tegas.

Selanjutnya, kita sebaiknya bisa menjalin hubungan baik dengan senior, dan menunjukkan rasa percaya diri. Saat menghadapi senior yang berlagak hebat, hadapi dengan sabar dan bijak agar mereka segan, serta tunjukkan kemampuan kita melalui pencapaian-pencapaian yang bisa kita lakukan, serta masih banyak lagi lainnya yang bisa kita lakukan.

Penulis berharap tindak senioritas yang menyimpang tidak menjadi tradisi di dunia pendidikan. Karena dikhawatirkan akan menimbulkan dendam dan terjadi secara terus menerus, apalagi sampai menimbulkan persoalan yang fatal. Mari bersama-sama kita cegah penyimpangan senioritas dan tindakan tak bermoral lain yang mengganggu ketentraman dunia pendidikan. Mari wujudkan lingkungan pendidikan yang aman, damai, dan harmonis agar tercipta generasi emas harapan bangsa yang berkualitas dan berkarakter.

  • Facebook
  • Twitter
  • Google Plus
  • Pinterest
  • Linkedin

Write a comment Cancel reply

Recent Posts

  • Jauh Dari Kampung Halaman, IKPB Cabang Yogyakarta Semarakkan Agustusan di Tanah Rantau
  • Resesi dan Cara Jitu Masyarakat Kelas Menengah dalam Menghadapinya
  • Ibu, Terima Kasih!
  • Sepeda Baru
  • Sekolah Impian

Archives

  • August 2023
  • July 2023
  • June 2023
  • May 2023
  • April 2023
  • March 2023
  • February 2023
  • January 2023
  • December 2022
  • November 2022
  • October 2022
  • September 2022
  • June 2022
  • May 2022
  • April 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • December 2021
  • November 2021
  • October 2021
  • August 2021
  • June 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020
  • October 2020
  • September 2020
  • August 2020
  • July 2020
  • June 2020
  • May 2020
  • April 2020
  • March 2020
  • February 2020
  • January 2020
  • December 2019
  • November 2019
  • October 2019
  • September 2019
  • August 2019
  • July 2019
  • June 2019
  • May 2019

Categories

  • Beasiswa (2)
  • Fiksi (Cerpen, Puisi, dll.) (199)
  • Kegiatan KMB (17)
  • Non Fiksi (Artikel Ilmiah, Opini, dll.) (209)
  • Prestasi (5)
  • Project KMB (10)
  • Redaksi (20)
  • Tokoh Pemuda (8)
© 2021 Karya Muda Belitung.