Resesi dan Cara Jitu Masyarakat Kelas Menengah dalam Menghadapinya
Oleh: Obel Otsman Syabana
Siswa Kelas Sosioliterasi G4 SMAN 1 Manggar
Editor: Bryant Hadinata
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 menyebabkan keadaan negara ini menjadi kacau balau. Kekacauan itu berupa anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sehingga menyebabkan kerusuhan yang meluas. Kerusuhan itu dinamakan Kerusuhan 98, dimana mahasiswa Indonesia bersatu padu dalam upaya melengserkan Presiden Soeharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun.
Lengsernya Presiden Soeharto menyebabkan berubahnya era dari yang awalnya disebut era Orde Baru menjadi era Reformasi. Berganti era juga diikuti pergantian pemimpin. Akhirnya, Presiden B.J. Habibie diangkat menjadi pengganti Presiden Soeharto. Di bawah kendali Presiden B.J. Habibie ini, ia mampu menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjadi Rp.6.500,00 per dollar AS. Usia kekuasaan Presiden Habibie tergolong sangat singkat. Walaupun begitu, Presiden Habibie mampu menyeimbangkan kondisi ekonomi Indonesia yang sempat terpuruk.
Tahun demi tahun berlalu, perekonomian dunia terlihat baik-baik saja. Hingga pada 2008 krisis ekonomi kembali datang. Dilansir dari simulasikredit.com, krisis tampak mulai terjadi di Negeri Paman Sam (AS), yaitu ketika perusahaan raksasa firma jasa “Lehman Brother” menyatakan pailit. Lehman Brother menyatakan pailit pada tahun 2008 akibat dari gagalnya program yang dinamai dengan Subprime Mortgage.
Subprime Mortgage adalah program KPR khusus dan diperuntukkan bagi warga AS yang membayar rendah maupun tidak tetap. Para pemilik kredit Subprime Mortgage dianggap memiliki kemungkinan lebih kecil untuk membayar kredit mereka, sehingga peminjaman atau investor menjanjikan mendapatkan bunga yang lebih tinggi. Namun, karena pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global, jenis pinjaman seperti ini di AS, tingkat bunga yang diberikan tentu lebih rendah untuk tahun-tahun awal kredit yang dilakukan.
Senyatanya, fenomena krisis ekonomi global pada tahun 2008 adalah pemantik kecil dari kebangkrutan LBHI. Hal-hal lain yang memengaruhi adalah semakin menurunnya tingkat kepercayaan para investor dan perkembangan teknologi yang memungkinkan semakin banyak orang yang mengendus adanya Subprime Mortgage ini dan memutuskan turut andil dalam mengambil kredit rumah mereka. Pada titik inilah, beberapa bank mulai berpikir bahwa harga rumah nantinya akan memuncak tinggi karena tingginya permintaan pasar. Namun, kenyataan berkata lain, terutama setelah tahun pertama, satu hingga dua tahun pertama, suku bunga yang diturunkan, banyak kreditur rumah tersebut yang gagal bayar.
Rumah-rumah dimiliki oleh pasar, tetapi harga semakin anjlok. Problematika sifat AS meledak seketika. Pada akhirnya, tak hanya jumlah orang-orang yang gagal membayar tersebut menjadi tunawisma atau tidak memiliki tempat tinggal, tetapi bank-bank yang memfasilitasi juga kini memiliki masalah yang tak kalah rumit.
Kredit menjadi macet, nilai perumahan properti tersebut anjlok, dan nilai produk investasi di pasar tersebut juga tentunya jatuh. Itulah hasil dari kegagalan program Subprime Mortgage. Di saat tidak ada lagi bank yang mau menerima pinjaman kredit anggunan, di situlah titik keuangan AS terancam runtuh total. Krisis 2008 sangat cepat menyebar ke negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Namun, jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia dapat menahan dampak krisis lebih baik. Hal ini dikarenakan Indonesia kurang bergantung pada kegiatan ekspor.
Pada tahun 2022, dunia kembali dihebohkan dengan isu resesi global yang akan melanda dunia pada tahun 2023. Mengutip dari KBBI, resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya. Sementara itu, mengutip dari tirto.id, menurut Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Mojokerto, resesi adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam Produk Domestik Bruto (PDB) riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Mengutip dari cnnindonesia.com, sekurang-kurangnya ada lima fenomena utama yang dapat mengakibatkan sebuah negara dapat terjun ke dalam jurang resesi. Pertama, guncangan ekonomi mendadak akan menimbulkan kerusakan finansial yang serius. Contohnya, pada pandemi COVID-19. Di Indonesia, kebijakan lockdown dan PPKM telah menyebabkan aktivitas perekonomian hampir lumpuh.
Faktor kedua adalah utang yang berlebihan. Apalagi jika individu atau sebuah bisnis tidak sanggup membayar tagihan utang-utangnya.
Faktor ketiga adalah menggelembungnya aset. Ketika gelembung itu meletus, panic selling bisa membuat kehancuran pasar dan menyebabkan resesi.
Keempat, faktor penyebab resesi adalah inflasi. Seperti yang ada di KBBI, menurut KBBI, inflasi adalah kemerosotan nilai uang karena banyaknya dan cepatnya uang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Jika inflasi berkepanjangan, tren harga barang akan terus naik sehingga resesi bisa terjadi lantaran daya beli yang tergerus.
Faktor yang terakhir adalah perubahan teknologi. Teknologi yang semakin maju bisa menyebabkan profesi manusia menjadi tergantikan. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran di suatu negara. Tentunya peningkatan pengangguran berbanding terbalik dengan peningkatan daya beli dan konsumsi. Artinya, jika jumlah pengangguran mengalami peningkatan, maka yang terjadi adalah mengurangnya daya beli pada masyarakat, padahal daya beli merupakan salah satu penggerak perekonomian.
Selain mempunyai faktor penyebab, resesi juga memiliki dampak. Dampak yang dirasakan oleh kalangan menengah sebagai pekerja, yaitu tak lepas dari yang namanya PHK. Beberapa waktu yang lalu, ekosistem digital GoTo alias Gojek dan Tokopedia melakukan PHK sekitar 1.300 karyawan. PHK atau Pengurangan Harian Karyawan menjadi momok menakutkan bagi pekerja yang tidak memiliki usaha sampingan.
Jika resesi mempunyai dampak, tentunya ada solusi yang bisa diusahakan jika resesi itu tiba. Mengutip dari ekonomi.bisnis.com, ada 7 tips persiapan menghadapi resesi, yaitu: 1) Tambah tabungan darurat; 2) Pisahkan dana tabungan; 3) Diversifikasikan Investasi; 4) Lunasi utang; 5) Buat daftar anggaran pengeluaran; 6) Mencari pekerjaan sampingan; 7) Pertahankan jenis pekerjaan yang dapat bertahan atau yang selalu dibutuhkan di saat resesi.
Menurut penulis, tips yang paling penting bagi masyarakat kelas menengah dari ketujuh tips di atas adalah dengan menambahkan tabungan darurat. Kita tidak tahu sebesar apa dampaknya untuk Indonesia di masa depan. Jadi, dengan menambah tabungan darurat, dampak resesi terhadap kita mungkin tidak terlalu besar.
Penulis sangat berharap agar resesi 2023 tidak terlalu besar dampak negatifnya bagi Indonesia. Untuk masyarakat kelas menengah, semoga bisa menghadapi resesi dengan kondisi memiliki tabungan darurat dan mempunyai investasi berupa aset nyata. Aset tersebut bisa berupa emas ataupun surat berharga.