Selingkuh Itu Indah
Kemarin, aku bertemu dengannya
Melamar hatinya dengan mata
Menggigit raganya dengan rasa
Nakal, memang benar-benar nakal
.
Warung kopi menjadi bisu, namun saksi
Kopi semakin manis rasanya, karena seksi
Kutatap lekuknya tak berjeda
Kulihat dia semakin mempesona
.
Aduh, aku semakin tak tertahan
Hari demi hari wanita itu semakin rupawan
Wanginya membuatku tak tahan
Apakah ini karena kegoyahan iman?
.
Akhirnya waktu membalasku dengan cintanya
Tanpa setengah hati, tanpa lagi basa-basi
.
Indah!
Memang indah, aku dan dia
Berdansa romansa tanpa logika
Memetik buah simalakama
.
Seketika dunia maya mulai berubah
Permaisuri di rumah mulai resah tak tabah
Indah untukku, tak elok untuknya
Hujat dan sumpah serapah mulai bagai panah
.
Genderang perang sudah dimulai
Anak-anak berhamburan mencari pertolongan
Karena pernikahan mulai serasa mantan
Hambar dan mati tak ada masa depan
.
Indah, memang indah
Aku dan dia merajut cinta
Cinta yang membutakan masa depan
Indah yang membakar bahagia sesungguhnya
.
Puisi karya Pluvio
(Belitong, 27 September 2020)
Pic by boredpanda.com