Sepeda Baru
Oleh: Wicitra Cahya Ningdias
Siswa SMPN 1 Damar
Editor: Ares Faujian
“Ayah.. Indra pulang!” begitulah terdengar teriakan seorang anak laki-laki yang baru saja pulang dari sekolahnya. Sumringah wajah ayahnya menjadi sahutan tanpa kata tapi membuat hati Indra senang. Adegan singkat siang itu berubah menjadi adegan serius saat makan malam tiba.
“Yah, kalau Indra minta sepeda baru, apakah Ayah akan membelikannya?” ujar Indra dengan nada tak terlalu yakin.
Dia tahu bahwa ayahnya akan menolak, akan tetapi rasa untuk memiliki sepeda baru mematahkan rasa ragu yang menyelimuti hatinya. Dan benar saja, ayahnya hanya terdiam tak berkutik. Tarikan napas yang dalam dia tarik sedalam-dalamnya.
“Ayah rasa, Ayah tak bisa membelikannya untukmu nak. Ayah hanya seorang petani yang berpenghasilan tidak tetap. Akhir-akhir ini banyak hama yang mengganggu hasil panen kebun kita.”
Indra hanya terdiam seribu bahasa. Dia tak ingin bicara sepatah kata pun, namun ayahnya sangat tahu bagaimana suasana hati Indra yang begitu bergejolak. Perasaan ayahnya bercampur aduk. Dia ingin mengabulkan permintaan anak semata wayangnya, karena hal ini memang tak sepatutnya dirasakan oleh anak yang berusia baru menginjak 10 tahun.
Ini adalah yang kesekian kalinya Indra menyatakan keinginannya untuk membeli sepeda baru. Acap kali dia bercerita tentang teman-temannya yang selalu diantar ke sekolah menggunakan sepeda motor, bahkan mobil.
Malam yang seharusnya menyenangkan dengan menikmati makan malam bersama ayah tercinta, kini berubah menjadi malam sunyi yang ditemani oleh suara sahutan jangkrik.
“Sudah nak, ayo dimakan. Nanti tidurnya jangan malam malam ya.” hibur ayahnya.
“Iya yah.” sahut Indra dengan mata yang berkaca-kaca.
Saat di kamar, Indra terus terbayang betapa bahagianya dia jika bisa menggunakan sepeda baru pengganti sepeda ontelnya yang sudah lama dan berkarat. Dan ia selalu berpikir bagaimana caranya agar mendapatkan sepeda baru.
“Hmmm.. Bagaimana ya caranya supaya aku bisa membantu Ayah untuk membeli sepeda baru?” gumam Indra.
Sempat terlintas di benaknya untuk berhenti sekolah dan membantu ayahnya bekerja di kebun ubi mereka. Tetapi Indra adalah seorang anak yang cerdas. Setelah lama berpikir, akhirnya dia menemukan ide yang lebih baik dari itu.
Mungkin kalian semua merasa bingung apa alasan Indra sangat menginginkan sepeda baru. Itu semua dikarenakan sepeda lamanya sudah tak layak pakai, walaupun sebenarnya sepeda itu merupakan satu-satunya alat transportasi di rumah mereka. Sepeda itu juga satu-satunya barang berharga peninggalan mendiang ibunya. Sehingga sepeda yang selalu mereka pakai ini selalu mengingatkan kenangan-kenangan indah yang kini tak bisa terganti. Begitu pula untuk menggantinya.
Selain itu, masalah lokasi juga menjadi kendala untuk membeli sepeda baru, karena jarak dari rumah ke kota itu cukup jauh. Hal ini juga akan menambah pengeluaran ketika membayar ongkos pulang-pergi.
***
Pagi harinya, ayah Indra bersiap untuk pergi ke kebun seperti hari-hari biasanya. Sesaat setelah dia membuka pintu kamarnya tak lebih dari 2 jengkal, dia melihat buah hatinya sedang memegang secangkir kopi di tangan kanannya dan sepiring ubi rebus di tangan kirinya. Wajah sambutan selamat pagi dari Indra membuat ayahnya menjadi semangat.
“Ayah aku ingin menjual ubi rebus untuk beli sepeda!” kata Indra tegas.
Raut muka ayahnya yang semula semangat menjadi tersentak berubah haru mendengar antusias anaknya, dia tak tega melihat anaknya harus berdagang di usianya yang masih muda. Tapi, dia juga ingin anaknya mendapat pengalaman dan merasakan pahit manisnya kehidupan. Ayahnya hanya membalas dengan
anggukan kecil.
“Hore! Indra pasti bisa beli sepeda baru!”
Indra begitu senang bukan kepalang. Dia tidak menyangka idenya akan diterima oleh ayahnya. Kini, di setiap hari libur, Indra selalu melakukan rutinitas dengan penuh semangat yang membara. Penantian yang sudah ditunggu begitu lama akhirnya membuahkan hasil yang lebih dari kata memuaskan.
Setelah penantian 9 bulan yang melelahkan, kini Indra telah mendapat sebuah sepeda. Ayahnya juga telah menjadi seorang petani ubi yang sukses dengan berbagai macam olahan ubi yang unik dan menarik. Kehidupan Indra berubah menjadi jauh lebih baik. Dia belajar bahwa setiap mimpi harus dikejar dengan usaha dan kesabaran. Bukan dengan rasa malas dan keluhan.
-Selesai-
Ilustrasi: http://ners.unair.ac.id/