Setiap Diri Kita Adalah Pemimpin
Oleh: M. Ghozi Ghazali
Ketua OSIS SMA Negeri 1 Manggar
Editor: Ares Faujian
Di dunia ini di mana pun kita berada, dan siapa pun kita, kita adalah seorang pemimpin. Pemimpin? Lho, kok bisa?
Banyak orang beranggapan bahwa pemimpin merupakan seorang komandan dari sebuah perkumpulan, kapten dalam suatu tim, serta kepala di sebuah organisasi maupun perusahaan. Hal ini memang bukanlah anggapan yang salah, tapi anggapan ini tidak sepenuhnya juga benar.
John Gage Allee mengatakan, “pemimpin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun, komandan”. Dari kutipan ini kita bisa berasumsi bahwa seorang pemimpin bukan hanya yang memimpin banyak orang, namun dengan menjadi pemimpin untuk diri kita sendiri, juga bisa dikatakan sebagai seorang pemimpin. Karena kita sebagai individu mempunyai hak untuk memandu, menuntun, serta menunjuk akan dibawa ke arah mana kehidupan kita masing-masing.
Hal ini juga disebutkan dalam sebuah hadis sahih yang berbunyi; “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Dari hadis ini kita dapat mengetahui bahwa pemimpin dimulai dari unsur terkecil di masyarakat, yaitu individu. Bahkan untuk menjadi pemimpin yang besar sekalipun, kita harus bisa memimpin pribadi kita terlebih dahulu. Mengatur dan mengurus sendiri, dan apa yang harus dilakukan dengan diri kita merupakan tanggung jawab masing-masing sebagai pemimpin dari diri kita sendiri.
Tanggung jawab? Mengapa tanggung jawab? Atau mengapa seseorang harus bertanggung jawab? Karena tanggung jawab merupakan salah satu hal yang harus dimiliki oleh pemimpin. Pertanyaan tersebut sedikit mudah untuk dijawab. Namun, tak banyak pula, orang yang bisa menjalankan hal tersebut. Kalimat tidak bertanggung jawab ini bisa kita ambil contoh dengan pribadi yang tak memiliki komitmen, bermalas-malasan atau biasa kita sebut dengan istilah “mager” atau malas gerak!! Seakan-akan mereka tidak peduli terhadap tanggung jawab mereka masing-masing.
Maksud dari penulis bukan untuk menyalahkan orang yang bermalas-malasan dan atau tak komitmen. Karena untuk bermalas-malasan sendiri sebenarnya adalah hal yang manusiawi, dan penulis juga sering melakukan itu, namun tetap dengan perhitungan waktu yang cukup, tidak berlebihan.
Yang menjadi sorotan penulis adalah pribadi yang mendapatkan tanggung jawab namun ia memiliki sifat tak komitmen dan malas. Sehingga tanggung jawab yang didapatkan tidak dilaksanakan. Tanggung jawab yang dimaksud bisa berupa tugas dari seorang guru atau dosen, amanah yang diberikan kepada seorang pemimpin, dan banyak lagi contoh lainnya. Namun kita mulai dari unsur yang terkecil saja yaitu guru atau dosen yang memberikan tugas kepada muridnya. Contoh ini diambil karena merupakan sebuah hal umum yang sudah dilakukan banyak orang.
Menilik dari lingkungan penulis sendiri, banyak para guru yang sering marah, naik pitam karena banyak para siswa-siswinya tidak mengerjakan tugas yang sudah diberikan. Ini merupakan salah satu contoh kecil tidak bertanggung jawabnya para siswa ketika diberikan tanggung jawab. Salah satu penyebab siswa-siswi tidak mengerjakan tugas biasanya yaitu kebiasan bermalas-malasan atau mager tadi sehingga lalai dari tugas yang diberikan.
Berbicara mengenai pemimpin, di sini penulis ingin menegaskan bedanya memimpin diri, memimpin tim dan organisasi, serta memimpin sebuah perusahaan menurut penulis. Untuk memimpin diri sendiri kurang lebihnya sudah penulis jelaskan pada bagian sebelumnya.
Nah, untuk memimpin tim atau organisasi sangatlah berbeda dengan memimpin diri sendiri. Di mana ketika kita menjadi pemimpin di suatu tim/ organisasi, maka kita tidak hanya memimpin diri kita sendiri. Namun, kita juga memimpin banyak orang, banyak pemikiran, banyak perangai dan kelakuan, yang tentunya terdapat banyak pola dan dinamika di dalamnya.
Namun, itu merupakan sebuah hal yang wajar. Karena manusia diciptakan dengan akal, pikiran, bahkan hati yang berbeda. Tugas kita sebagai pemimpin adalah Bagaimana cara kita mengerti dengan apa dan siapa yang kita pimpin. Salah satu cara agar kita sebagai pemimpin bisa mengerti dengan apa yang kita pimpin, yaitu dengan melakukan pendekatan-pendekatan dengan siapa yang kita pimpin. Menjalin hubungan yang baik merupakan sebuah tugas yang harus dilakukan bagi setiap pemimpin. Dengan menjalin hubungan yang baik (good relationship), akan membuat sistem dalam organisasi juga berjalan baik.
Seperti yang dinyanyikan dalam lirik sebuah lagu yang berjudul “Surat Buat Rakyat” karya Iwan Fals yang berbunyi “wakil rakyat seharusnya merakyat”. Ini juga berlaku ketika kita menjadi pimpinan di sebuah tim/ organisasi. Sebagai contoh ketika kita memimpin organisasi di tingkat sekolah seperti; katakanlah ketua OSIS. Maka, orang-orang yang kita pimpin adalah anggota OSIS dan seluruh siswa-siswi sekolah tersebut. Hal yang perlu dilakukan ketua OSIS adalah melakukan pendekatan-pendekatan ke anggota OSIS dan siswa-siswi sekolah tersebut. Pendekatan itu bisa berupa komunikasi yang baik antarwarga sekolah, sehingga bisa menjalin tali silaturahmi yang erat antarwarga sekolah. Dan perihal ini juga merupakan cara untuk bisa menghindari terjadinya masalah atau konflik di sekolah tersebut.
Untuk melakukan pendekatan ini bukan merupakan sebuah hal yang mudah. Tak banyak orang bisa melakukan hal tersebut, karena setiap individu memiliki karakter yang berbeda. Namun, ketika menjadi seorang pemimpin, hal tersebut harus bisa kita atasi. Dengan cara apa? Tentu jawabannya pun beragam. Namun penulis yakin setiap individu mempunyai jawabannya masing-masing tergantung tipe kepemimpinan, lalu bagaimana cara seorang pemimpin untuk mengolah dan melatih kemampuan memimpinnya.
Oleh karena itu, salah satu hal yang perlu dimiliki oleh pemimpin adalah pemimpin harus bisa bergaul dan menyesuaikan diri di semua kalangan. Beradaptasi dengan lingkungan yang dipimpin merupakan jawaban dari pertanyaan di atas.
Perlu diketahui, bahwa menjadi pemimpin (leader) berbeda dengan menjadi “bos”. Ketika menjadi seorang pemimpin, tugas dari pemimpin adalah merangkul serta mengajak para anggota untuk bisa berkontribusi sehingga bisa mencapai tujuan bersama secara bersama-sama.
Namun, ketika kita menjadi seorang bos, kita mempunyai wewenang penuh atas kerja anggota yang dipimpin, dan kadang keterlibatan diri juga tidak perlu terlalu jauh pada detail pekerjaan. Akan halnya pemimpin dan bos, kedua ini memiliki banyak kesamaan. Salah satunya adalah bertanggung jawab penuh akan apa dan siapa yang mereka pimpin.
Lalu mana yang akan kita pilih? Tentunya ini akan menjadi perjalanan yang menarik ketika kita menemui arti kebersamaan dalam organisasi.
Jadi, dapat kita ketahui bahwa setiap dari kita adalah pemimpin. Hanya saja yang membedakan hal ini adalah tanggung jawab. Semakin banyak orang yang ia pimpin, maka semakin besar pula tanggung jawab yang diemban pemimpin tersebut. Ketika sudah diberikan sebuah tanggung jawab, peganglah tanggung jawab tersebut, dan jadilah pemimpin yang amanah (dapat dipercaya).
Semoga kita semua bisa menjadi pemimpin yang bertanggung jawab dan amanah, paling tidak dimulai dari kita sendiri. Salam Literasi!!
Kerenn
Maju terus pak ketos ?
By Smith