Tips Menulis Artikel di Media Massa (Bagian 2)
Oleh:
Ares Faujian
Pemimpin Redaksi belitungmuda.com
Fasilitator Literasi Baca-Tulis Regional Sumatra
“Tulislah hal yang tak biasa jika ingin menjadi penulis luar biasa.”
–Ares Faujian
D. Buat Outline
Membuat outline atau kerangka berpikir bukanlah suatu keharusan. Meskipun demikian, dengan membuat pedoman atau rancangan rencana ini bisa menuntun seorang penulis untuk dapat menulis dengan sistematis, berstruktur jelas, dan menjaga agar penulis tidak keluar dari topik atau tema yang sudah dipilih. Membuat kerangka berpikir juga mempermudah seorang penulis dalam menyusun rangkaian ide-ide yang akan dituangkan dalam sebuah karya tulisan.
Ayah saya, Amiruddin Hamzah (alm.), pernah berkata, “Orang yang memiliki planning atau rencana saja bisa gagal. Apalagi jika tidak memiliki planning sama sekali”. Jadi, outline ini sangat berguna buat seorang penulis sebagai rencana untuk mencapai kesuksesan dalam menulis. Melalui outline, Anda akan mudah bongkar-pasang ide tanpa harus bingung meletakkanya di bagian manapun.
Jika Anda ingin mempermudah jalan keberhasilan dalam menulis tersebut. Buatlah outline sebagai dasar rencana dalam mempermudah pengembangan imajinasi, kreativitas ide atau gagasan. Semoga berhasil!
“If you got to work on your goals, your goals will go to work on you. If you go to work on your plan, your plan will go to work on you. Whatever good things we build end up buildings us” (Jika Anda bekerja pada tujuan Anda, tujuan Anda akan bekerja pada Anda. Jika Anda pergi bekerja pada rencana Anda, rencana Anda akan bekerja pada Anda. Apapun hal baik yang kita bangun, pada akhirnya akan membangunkan kita). –Jim Rohn, Pengusaha, Penulis, dan Motivator Amerika Serikat (1930-2009).
E. Cermati Konstruksi Tulisan
Untuk memperkokoh tulisan yang baik dan benar serta menarik, haruslah didukung dengan pilar-pilar konstruksi tulisan. Selain telah memiliki wajah (judul) yang memikat. Ada tiga pilar penting dalam membangun konstruksi tulisan, yaitu lead atau bagian (alinea) pembukaan, body atau bagian isi, dan closing atau bagian penutup.
Bagian pembuka dan penutup menjadi pilar yang paling besar dan berpengaruh dalam mendukung daya baca masyarakat untuk mengetahui bagian isi. Sehingga ketika membuat suatu tulisan, sajikan kalimat-kalimat yang menarik pada bagian pembukaan (paragraf I dan II) dan tinggalkan kesan dengan harapan atau solusi kreatif pada bagian penutup (paragraf-paragraf terakhir).
Itu sebabnya, lead memiliki fungsi yang sama dengan sebuah intro dalam musik disebut juga teaser, penggoda. Karena pada hakekatnya bagian awal dari tulisan tak ubahnya seperti penggoda agar pembaca tertarik untuk membaca terus. Istilah lain untuk lead adalah teras berita selain sering disebut juga mahkota berita. (Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, 2005: 127).
Kemudian, menurut Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat (2005: 130). Untuk menguji apakah sebuah lead itu “berbicara” adalah dengan membacanya keras-keras. Kalau kita membacanya dengan terengah-engah, berarti lead itu terlalu panjang. Itu artinya, segeralah sederhanakan lead. Hal ini juga berlaku pada paragraf terakhir atau bagian penutup.
Cermat dalam bagian ini adalah hal yang sangat penting dan menentukan. Karena kesempurnaan bacaan memang terdapat pada hidangan pembuka (bagian pembukaan) sebagai ‘chemistry’ sebelum menyantap sajian utama (bagian isi), dan tetap ingin diselesaikan dengan indah melalui penyelesaian akhir (bagian penutup). Kualitas imajinasi, kreativitas dan inovasi ide atau gagasan dipertaruhkan dalam membentuk konstruksi tulisan ini. Dan jangan lupa, tulisan harus tetap dalam roh “5W+1H”. Yaitu, what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), plus how (bagaimana).
“If you’re going to be a writer, the first essential is just to write. Do not wait for an idea. Start writing something and the ideas will come” (Jika Anda akan menjadi seorang penulis, esensi pertama adalah menulis. Jangan menunggu ide. Mulailah menulis sesuatu dan ide-ide akan datang). –Louis L’Amour, Penulis Amerika Serikat (1908-1988).
F. Tata Kata dan Bahasa
Tata kata dan bahasa menjadi penting untuk membuat suatu karya hasil menulis yang monumental. Karena ketika topik, judul, hingga raga tulisan sudah baik namun tidak didukung dengan tata kata dan bahasa yang baik pula. Maka, karya tersebut akan menjadi tidak sempurna dan tentunya para pembaca menjadi tidak nikmat dalam membaca artikel seutuhnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat artikel yang baik dan benar. Menurut Solichin M. Awi (2011: 25-43) pada buku tentang menulis, mengapa menulis, dan menulislah!, dalam menulis harus “cermati bahasa!”. Di antaranya adalah harus memperhatikan: 1) Penulisan kata; 2) Penulisan huruf kapital; 3) Penulisan huruf kursif (miring); 4) Tanda baca; 5) Kata transisi (contohnya, apalagi, selain itu, bagaimanapun, namun, dengan demikian, maka, agar, sementara itu, tetapi, bahwa, dsb.); 6) Gaya selingkung (gaya penulisan khusus untuk media massa tertentu); 7) Beberapa kasus penulisan yang lainya seperti penyebutan/penulisan nama, singkatan, akronim, nama tempat, bentuk jamak dan tunggal, kata-kata mubazir hingga kesalahan penempatan kata transisi.
Selain itu, untuk membuat tulisan yang memiliki tata kata dan bahasa yang baik serta menarik. Gunakanlah diksi yang variatif dengan berpedoman pada EYD (Ejaan yang Disempurnakan) atau sekarang dikenal dengan istilah PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Dengan memiliki ragam diksi dalam suatu tulisan. Maka pembaca tidak akan bosan dengan pemakaian kata yang ‘itu-itu’ saja dan tentunya akan memperkaya kualitas tulisan Anda.
Selanjutnya, koreksilah tulisan Anda dengan membacanya berulang-ulang untuk meminimalisir berbagai kesalahan. Jika Anda menemui kesulitan, editor, redaktur, penulis senior atau penulis yang lebih berpengalaman bisa menjadi media yang tepat untuk membantu editing tulisan Anda menjadi lebih baik. Tentunya itu pun jika Anda kenal dan ia pun juga berkenan.
“Easy reading is damn hard writing”. (Bacaan yang enak dibaca adalah tulisan yang sulit dibuat) –Nathaniel Hawthorne, Penulis Amerika Serikat (1804-1864).
G. Miliki Gaya Penulisan
Gaya penulisan atau bisa disebut juga gaya menulis adalah ciri khas dari seorang penulis. Termasuk ihwal ini yang akan membedakan tulisan yang ia buat dengan penulis-penulis lainnya. Artinya, setiap penulis memiliki ciri khas atau karakter dengan gaya bahasa dan gaya menulisnya masing-masing. Sehingga tulisan setiap orang tidak akan memiliki gaya kepenulisan yang sama persis.
Hal ini seperti perbedaan karakteristik kepribadian. Di mana, setiap orang pasti memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda. Dan hal ini pun sama halnya dengan tulisan yang ia hasilkan. Sehingga, ada yang memiliki gaya penulisan yang formal (baku), semi formal, santai, gaul, humoris, kekinian (kontemporer), akademik (ilmiah), serius, sastrawi, naratif, curhat, kombinasi, dan lain sebagainya. Tokoh penulis panutan, bahan bacaan yang sering dibaca, hingga passion terhadap minat atau gaya tertentu menjadi faktor-faktor penentu terhadap eksistensi gaya penulisan seorang penulis.
Seorang penulis pun bisa memiliki berbagai macam gaya menulis. Layaknya seseorang yang memiliki berbagai bakat atau kemampuan. Seperti berbakat dalam sepakbola, menyanyi, menari, dan menulis sekaligus (sama baiknya) di dalam diri seseorang individu. Walaupun seperti itu, gaya menulis atau karakter khas tulisan seorang penulis tertentu tetap bisa dirasakan oleh para pembaca yang peka, terutama pembaca setianya. Lalu, bagaimana dengan kamu?
“You can be true to the character all you want but you’ve got to go home with yourself”. (Kamu bisa menjadi semua karakter yang kamu inginkan, tetapi kamu harus pulang ke rumah dengan dirimu sendiri). –Julia Roberts, Aktris Film Internasional.
Catatan:
Materi Tips Menulis Artikel di Media Massa ini Terdapat pada Buku “Gerbang Menulis” Karya Ares Faujian
Oleh: Ares Faujian


Penulis: Ares Faujian

Penulis: Ares Faujian
Bagian 1
https://belitungmuda.com/tips-menulis-artikel-di-media-massa-bagian-1/