Tuan dan Nona
Langit dan bumi adalah umpama yang tepat menggambarkan hubungan tuan dan nona.
Tidak tampan dan belum mapan adalah paradigma yang disematkan pada tuan.
Sebaliknya sang nona indahnya bak cahaya purnama.
Nona pun didekati bak bunga yang sedang merekah.
.
Tak sedikitpun tuan berharap nona tahu apa yang ia rasakan.
Tentang rasa cinta yang tumbuh, namun perlahan layu.
Tentang rindu yang begitu menggebu, tapi teramat malu untuk bertemu.
Tentang serpihan harapan yang ada tapi seolah tak akan berhasil mengubah sang fana.
.
Jika dunia tak ada kelas, strata, dan kasta, apakah cinta tuan akan mudah kepada nona?
Ataukah memang tidak ada bedanya?
.
Tepat hari ini sang nona bersiap menempuh perjalanan senja.
Menambah kesiapan dan batang usianya.
Lebih matang dan siap nampaknya.
.
Namun tuan yang ada belum mampu juga untuk menyatakan dia sudah tak berdaya.
Menahan rasa yang ada, akan cinta yang menggelora.
.
Selamat bertambah memesona, bagi nona yang hari ini diberikan kesempatan.
Kesempatan dari Yang Kuasa untuk mulai berjalan, di atas dunia dan di bawah takdir yang berbeda.
Puisi karya Hariyanto
(Manggar, 18 Agustus 2020)