Ulang Tahun Bersama Ibu
Oleh: Kania Putri
Siswa SMPN 3 Manggar
Editor: Ares Faujian
“Ayolah Bu, masa cuma aku di kelas yang tidak pernah merayakan ulang tahun? Semua teman-teman di kelasku ulang tahunnya dirayakan.” rengek Asa ke ibunya dengan setengah memaksa.
Tapi Ibu tetap menggeleng-gelengkan kepala. Asa terus memaksa sampai ibu menyetujuinya.
“Baiklah, ibu akan berusaha untuk merayakan ulang tahunmu semeriah mungkin. Besok lusa ulang tahunmu kan?”
Asa sangat senang mendengar ucapan sang Ibu.
“Kalau begitu, besok Ibu akan membuat kue ulang tahun untuk Asa ya.” ucap ibu yang dibalas anggukan senang dari Asa. Si ibu juga berencana akan membelikan Asa sebuah kejutan yang berisi boneka yang diinginkannya bulan lalu.
“Kalau begitu, besok kuenya akan ibu buat, tapi jangan dirayakan besok ya!”
“Kenapa tidak boleh bu?” tanya Asa.
“Kalau merayakan ulang tahun tanggalnya dimajukan, nanti bisa kena sial.” jawab ibunya.
Tapi Asa tetap bersikeras dan terus memaksa Ibu untuk merayakannya besok. Akhirnya, ibunya Asa mengalah. Asa dan ibunya pun mulai membuat kue dan menghias ruangan.
“Kue pun selesai juga. Akhirnya…” ucap Asa senang sambil melihat ke arah kue ulang tahun yang baru saja selesai dibuatnya.
***
Hari ini acara ulang tahun Asa sudah dimulai. Seisi ruangan sudah penuh dengan hiasan dan balon-balon warna-warni.
“Asa, Ibu pergi beli minyak goreng dulu ya! Cuma sebentar.”
“Bailah, iya bu.”
Asa mengangguk dan melambaikan tangan, walaupun tangannya masih sibuk menggunting pernak-pernik ulang tahunnya.
Tak lama kemudian, teman-teman Asa sudah datang. Beberapa ada yang membawa hadiah dan beberapa lagi ada yang bawa amplop. Singkatnya, acara ulang tahun Asa berjalan dengan baik sampai saat acara ulang tahunnya sudah berakhir.
Namun, ibunya Asa masih belum pulang dan hari mulai malam. Teman-teman Asa sedikit demi sedikit mulai berpamitan pulang.
“Duh, ibu kenapa masih belum pulang ya?” gumam Asa yang mulai cemas.
Tak lama kemudian telepon berdering. Asa mengangkat telepon dengan senang, mengira kalau yang menelepon itu adalah ibunya.
Seketika, rasa senang itu langsung lenyap, saat Asa tahu bahwa yang meneleponnya saat itu adalah petugas rumah sakit. Asa tidak percaya akan apa yang baru saja didengarnya. Ia mengira kalau petugas
rumah sakit mungkin saja salah menekan nomor telepon. Akan tetapi setelah berkali-kali Asa meyakinkan, namun benar bahwa petugas rumah sakit yakin ia menelepon nomor yang benar dan meminta Asa ataupun keluarganya untuk datang ke rumah sakit.
Dengan segera, Asa pergi ke rumah sakit dengan sepeda. Karena rumah sakit tersebut ternyata jaraknya tak jauh dari rumahnya. Setiba di rumah sakit, ia langsung bertanya tentang ibunya kepada petugas.
Langkah demi langkah terasa semakin berat, karena Asa tahu dia akan diarahkan ke mana, dan ia mengenali arah ruangan yang akan di tuju. Karena 2 tahun yang lalu ayahnya masuk pada ruangan yang sama.
Sesampainya di depan sebuah kamar, Asa tidak berani masuk. Walaupun firasatnya berkata bahwa ia sudah tahu ibunya telah berada di dalam kamar itu. Tapi ia memberanikan diri untuk masuk, demi dapat melihat ibu, mungkin untuk terakhir kalinya.
Asa pun masuk dan memberanikan diri untuk melihat salah satu jenazah yang terpapar di kamar mayat. Asa langsung menangis keras setelah melihat bahwa itu adalah benar-benar ibunya.
“Rasanya saat itu aku mendengar ibu berkata cuma akan pergi sebentar. Hiks, hiks, hiks… IBUUUU!!!”
-Selesai-
Ilustrasi: inilah.com